;

Rabu, 24 September 2008

PERILAKU BEBERAPA TEBU VARIETAS ANJURAN


Varietas bina adalah varietas yang secara resmi telah disahkan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Pertanian RI. Baik varietas hasil rakitan sendiri maupun introduksi, melalui sidang komisi Penilai dan Pelepas Varietas, setelah memperoleh dokumen dari Lembaga pengusul, akan memberikan saran dan masukan kepada Badan Benih Nasional untuk usulan pelepasan varietas. Demikian pula tidak terkecuali untuk peredaran varietas tebu di masyarakat.

Setiap varietas memerlukan kondisi tertentu dalam pengelolaan tanamannya. Perilaku yang berbeda-beda antar varietas tersebut perlu dipahami agar potensi keunggulan secara maksimal dapat ditampakkan. Oleh karena itu pemahaman perilaku dan karakter-karakter varietas untuk dikembangkan (data teknis pengembangan) perlu dipahami agar konstribusi varietas unggul baru menjadi kenyataan.

Tulisan ini mengulas beberapa varietas unggul baru yang direkomendasikan untuk segera dapat dikembangkan di tingkat praktisi.

1. Varietas Unggul PS 851

PS 851 merupakan varietas unggul baru yang dilepas Menteri Kehutanan dan Perkebunan (waktu itu) pada tahun 1998. PS 851 sebelumnya dikenal dengan nomor seleksi PS 85-21460, yang merupakan hasil persilangan Ps 57 (varietas unggul yang dilepas P3GI tahun 1985) dengan B 37172 (varietas introduksi dari Barbados, Amerika Latin).

PS 851 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal dan pembentukan tunas yang serempak, berbatang tegak, diameter sedang, lubang kecil, berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah (Juni-Agustus) dengan KDT panjang, kadar sabut sekitar 13%. Mudahnya daun tua diklentek dengan tanaman tegak memberikan tingkat potensi rendemen tinggi. Dalam 5 tahun terakhir (2003-2006) PS 851 telah memberikan konstribusi juara rendemen PG-PG di Jawa. Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu pertumbuhan pemanjangan batang yang normal. Pada kondisi kekeringan atau sebaliknya kelebihan air yang drainasinya terganggu akan terjadi pemendekan ruas batang. Dari hasil orientasi varietas, PS 851 menunjukkan tingkat adaptasi yang cukup luas di berbagai kondisi jenis tanah dan iklim, namun kurang sesuai pada lahan-lahan dengan drainase terganggu.

Kepekaannya terhadap penyakit bakteriosis, maka pada lahan dengan drainase terganggu akan mudah terserang penyakit tersebut. Akibatnya banyak rumpun mati (saat masuk bulan kering) dan timbul lubang besar dari batang bawah. Pada kondisi terserang bakteriosis, maka keprasannya banyak tidak tumbuh. Pada kondisi sehat, perkecambahan mata tunas sangat mudah dan cepat tumbuh serempak, tetapi setelah terserang bakteriosis perkecambahan kurang baik. Oleh karena ini penyehatan sumber bibit pada PS 851 adalah penting.

Respon terhadap pupuk N yang sangat tinggi mempunyai pengaruh bahwa apabila kekurangan N akan mudah berbunga. Oleh karena ini dosis N yang memadai dengan aplikasi yang tepat waktu sangat diinginkan oleh varietas ini.

2. Varietas Unggul PS 862


PS 862 sebelumnya dikenal dengan nama seri PS 86-8504 merupakan keturunan dari induk F 162 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian tahun 1998. PS 862 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal dan pembentukan tunas yang serempak, berbatang tegak, diameter besar, lubang kecil-sedang, berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah dengan KDT terbatas, kadar sabut sekitar 12%. Mudahnya daun tua diklentek dengan tanaman tegak dan serempak memberikan tingkat potensi rendemen tinggi. Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu pertumbuhan pemanjangan batang yang normal. Pada kondisi kekeringan atau drainasinya terganggu akan terjadi pemendekan ruas batang.

Perkecambahan mata tunas sangat mudah dan cepat tumbuh serempak. Respon terhadap pupuk N yang sangat tinggi mempunyai pengaruh bahwa apabila kekurangan N akan mudah berbunga. Oleh karena ini dosis N yang memadai dengan aplikasi yang tepat waktu sangat diinginkan oleh varietas ini.

Varietas Ps 862 cocok dikembangkan pada tanah ringan sampai geluhan (Regosol, Mediteran, Alluvial). Anakan agak kurang dan sulit membentuk sogolan, oleh karena itu jumlah bibit pada saat tanam agak lebih rapat. Varietas ini memerlukan pengairan yang cukup dan masa tanam awal. Rendemen potensialnya sangat tinggi (12 %) pada awal giling (Mei-Juni), tetapi daya tahan rendemen relatif pendek. Pertumbuhan tegak, mudah klentek daun dan tebu tidak terlalu tinggi.

3. Varietas Unggul PS 863

PS 863 sebelumnya dikenal dengan nama seri PS 86-17538 merupakan keturunan dari induk F 162 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian tahun 1998. PS 863 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal dan pembentukan tunas relatif serempak, diameter besar, lubang sedang, berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah dengan KDT terbatas, kadar sabut sekitar 13%. Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu pertumbuhan pemanjangan batang yang normal dan cenderung cepat.

Perkecambahan mata tunas sangat mudah dan cepat tumbuh serempak. Respon terhadap pupuk N yang sangat tinggi mempunyai pengaruh terhadap kerobohan karena cepatnya pertumbuhan. Oleh karena ini dosis N yang memadai dengan aplikasi yang tepat waktu sangat diinginkan oleh varietas ini.

Varietas Ps 863 cocok dikembangkan pada lahan yang cukup pengairannya dengan tipe tanah ringan sampai geluhan (Regosol, Mediteran, Alluvial), pada masa tanam awal. Pertumbuhan sangat cepat hingga cenderung roboh. Respon terhadap N yang sangat tinggi, maka pada awal pertumbuhan memerlukan pemupukan yang tepat waktu. Pada saat roboh akan membentuk tunas-tunas sogolan. Lubang batang sedang-besar, mudah klentek daun. Optimal rendemen terjadi pada awal-tengah giling (Mei-Juni), dengan daya tahan sedang.

4. Varietas Unggul PS 864

PS 864 sebelumnya dikenal dengan seri PS 86-10029, merupakan keturunan dari PR 1117 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2004. Perkecambahan varietas ini adalah sangat baik dengan anakan yang serempak, klentekan mudah. Sifat dasar pembungaan adalah sedikit atau sporadis, tetapi akan menjadi lebat apabila ditanam pada lahan-lahan marginal, terganggu drainasenya dan atau kekurangan pupuk Nitrogen (karena respon terhadap N yang sangat tinggi). Walaupun terjadi pembungaan, karena diikuti munculnya siwil sekitar 3 mata pucuk, maka proses penggabusan akan dihentikan oleh adanya siwilan tersebut. Sehingga walaupun ditebang agak terlambat, PS 864 masih dapat bertahan KDT nya.

Pada lahan–lahan bertekstur ringan sampai berat, PS 864 masih cukup baik pertumbuhannya. Bahkan pada lahan tegalan dimana kondisi kering panjang terjadi, dijumpai keadaan tanaman tinggal 3-5 daun hijau, masih menunjukkan tingkat kelengasan batang yang cukup tinggi. Potensi produksi tebu cukup tinggi dengan rendemen sedikit dibawah PS 851. Tipe kemasakan terdapat kecenderungan pada kelompok tengah lambat. Kadar sabut berkisar 13%.

PS 864 menunjukkan tingkat toleransi kekeringan yang lebih tinggi dibandingkan PS 851. Untuk daerah tegalan dengan pola tanam awal penghujan varietas ini akan cocok dikembangkan.

5. Varietas Unggul PSBM 901


PSBM 901 secara resmi dilepas tahun 2004 dari nama seri PSBM 90-44. PSBM 901 merupakan keturunan persilangan polycross yang dipanen dari tetua betina (induk) PS 78-127. Keunggulan utama varietas ini adalah cocok untuk tipe lahan Podsolik Merah Kuning, dengan iklim yang relatif basah. Untuk adaptasi di Jawa Timur lebih diarahkan pada lahan geluh pasiran dengan kecukupan air sejak awal pertumbuhan.

Perkecambahan cepat dan baik, jumlah batang rapat, diameter batang sedang sampai besar (2,5 - 3,0 cm), tidak berbunga atau sporadis, serangan penggerek batang dan penggerek pucuk kurang dari 5%, relatif tahan penyakit leaf scorch, sedikit tampak serangan karat daun tetapi lebih rendah dari pada Q 90. Batang umumnya masif dan kadang-kadang ditemukan lubang kecil di tengah batang, kadar sabut 13%, kemasakan awal sampai tengahan.

6. Varietas Unggul PS 921

PS 921 sebelumnya dikenal sebagai seri PS 92-3092, merupakan keturunan dari PS 80-1007 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2004. PS 921 merupakan varietas yang pertumbuhannya relatif cepat, dengan perkecambahan sedang, jumlah anakan cukup. Varietas ini lebih cocok untuk lahan dengan air cukup memadai. Pada kondisi drainase terganggu tampaknya PS 921 lebih toleran dibandingkan PS 851. Karena kekerasan kulit yang lebih tinggi dibanding varietas PS 851, maka varietas tersebut dikenal pertama kali tidak diminati hama tikus (karena masih tersedia varietas lain yang lebih lunak) walaupun di beberapa tempat juga masih terserang tikus tetapi tidak parah. Kletekan pelepah daun agak sulit, dengan potensi kadar sabut sekitar 16%. Kemasakan mempunyai tipe seperti PS 851 yaitu cenderung tengahan. Varietas ini rentan terhadap penyakit luka api, oleh karena itu untuk daerah endemik dan kekurangan air, maka perlu secara hati-hati mengembangkan varietas ini.

7. Varietas Unggul PS 951

PS 951 sebelumnya dikenal dengan seri PS 95-792, merupakan keturunan persilangan dari BR 913 x PS 60, dan dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2004. Perkecambahan atas varietas ini adalah cukup baik, tingkat pertumbuhan cepat dan terus tumbuh walaupun telah berumur lebih dari 8 bulan. Kerapatan batang agak kurang dengan kompensasi diameter besar dan batang yang tinggi, maka bobot tebu juga tinggi. Untuk memanipulasi pertunasan yang kurang tersebut, maka tanam dengan bibit yang lebih banyak sangat dianjurkan (8 mata per meter).

Sangat cocok pada lahan berat (banyak kandungan liatnya), tidak berbunga, hingga mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Oleh karena itu PS 951 cenderung masak tengah lambat dan dapat digunakan sebagai pengganti BZ 148. Walaupun fisiknya seperti PS 77-1553, tetapi kadar sabut varietas ini jauh lebih rendah, yaitu sekitar 14%. agak toleran terhadap gangguan drainase dan kekeringan sehingga dapat dikembangkan untuk lahan-lahan tegalan.

8. Varietas Unggul BULULAWANG (BL)

Varietas BULULAWANG merupakan hasil pemutihan varietas yang ditemukan pertama kali di wilayah Kecamatan Bululawang, Malang Selatan. Melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 2004, maka varietas ini dilepas resmi untuk digunakan sebagai benih bina. BL lebih cocok pada lahan-lahan ringan (geluhan/liat berpasir) dengan sistem drainase yang baik dan pemupukan N yang cukup. Sementara itu pada lahan berat dengan drainase terganggu tampak keragaan pertumbuhan tanaman sangat tertekan. BL tampaknya memerlukan lahan dengan kondisi kecukupan air pada kondisi drainase yang baik. Khususnya lahan ringan sampai geluhan lebih disukai varietas ini dari pada pada lahan berat.

BL merupakan varietas yang selalu tumbuh dengan munculnya tunas-tunas baru atau disebut sogolan. Oleh karena itu potensi bobot tebu akan sangat tinggi karena apabila sogolan ikut dipanen akan menambah bobot tebu secara nyata. Melihat munculnya tunas-tunas baru yang terus terjadi walaupun umur tanaman sudah menjelang tebang, maka kategori tingkat kemasakan termasuk tengah-lambat, yaitu baru masak setelah memasuki akhir bulan Juli.

9. Varietas Unggul PSCO 902

PSCO 902 sebelumnya merupakan seri seleksi PSCO 90-2411, merupakan hasil persilangan polycross varietas POJ 2722 pada tahun 1990. Biji hasil persilangan disemaikan dan diseleksi di lahan tegalan wilayah Comal, Jawa Tengah. Sifat perkecambahan dan pertunasannya tergolong sedang dengan diameter berukuran sedang. PSCO 902 cocok dikembangkan pada lahan geluh berpasir (ringan) yang relatif cukup air. Namun demikian tolerasi kekeringannya cukup tinggi. Meskipun sifat pembungaannya tergolong sedang dan sifat kemasakannya tergolong sangat awal dengan potensi rendemen yang tinggi (12%), namun KDT relatif pendek, kadar sabut sekitar 14%. Varietas ini nampaknya sangat cocok untuk dikembangkan di lahan tegalan dan sawah di Jawa dengan daya kepras yang cukup baik.

Berdasarkan hasil-hasil pengujian dan evaluasi terhadap sifat-sifat baiknya, maka varietas PSCO 902 layak untuk dilepas sebagai varietas tebu unggul baru agar dapat segera dikembangkan tipe iklim dan jenis tanah yang cocok yaitu C2 ALU; C2 GRU; C3 MED. Secara spesifik varietas unggul baru ini menunjukkan tingkat pertumbuhan awal yang cepat, pada umur vegetatif maksimum telah menunjukkan kadar gula total (TSAI) yang tinggi dan stabil, sehingga diusulkan secara khusus untuk dapat dikembangkan untuk pertanaman tebu di lahan sawah dan tegalan di Jawa pada sistem produksi bioetanol.

10. Varietas Unggul PSJT 941

PSJT 941 sebelumnya merupakan seri seleksi PSJT94-33 merupakan hasil persilangan polycross BP 1854 pada tahun 1994, sejak dini disemaikan dan diseleksi pada tipologi lahan kering di Jatitujuh Jawa Barat. Hasil pengujian di 23 lokasi, PSJT 941 menunjukkan produktivitas yang cukup baik. Karena daya keprasan sangat baik dan toleransi kekeringan yang tinggi, maka PSJT 941 menunjukkan keunggulan yang sangat nyata di lahan tegalan beriklim kering.

Adaptasi di beberapa lokasi di lahan mediteran sampai pasiran menunjukkan bahwa pertumbuhan awal serempak dan cepat, dengan pertunasan yang cukup rapat, pertumbuhan tegak, diameter sedang sampai besar. Berbunga sedikit sampai sporadis, kadar sabut sekitar 14%, agak sulit diklentek. Tahan terhadap hama penggerek batang dan penggerek pucuk, dan tahan terdap penyakit luka api. Produktivitas tebu cukup tinggi, dengan rendemen lebih rendah dari PS 851 tetapi diatas PS 864, tingkat kemasakan tengahan.

11. Varietas Unggul Kidang Kencana (KK)

Penyebaran varietas tebu PA 198 yang awalnya beradaptasi dan berkembang dusun Kidangkencana, Jawa Barat terus meningkat dan produktivitasnya cukup baik. Dalam waktu relatif singkat bahkan telah mulai diminati oleh para petani di Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Jawa Timur. Varietas yang sama juga berkembang di pertanaman petani tebu rakyat wilayah PG Bungamayang Lampung yang dikenal dengan nama BM 96-05, wilayah PT Gunung Madu Plantation Lampung dengan nama GM 25 serta wilayah PG Cintamanis Sumatera Selatan dengan nama CM 47. Karena varietas ini tidak diketahui secara pasti asal usulnya, sehingga dilakukan usulan pemutihan dengan nama Kidang Kencana (KK).

Varietas tebu KK menunjukkan keragaan tanaman yang memuaskan pada lahan geluh-liat (tekstur sedang sampai berat) dengan air cukup tersedia. Sementara itu pada lahan tanpa pengairan, tampaknya KK menunjukkan keragaan yang kurang memuaskan, sehingga kesesuaian tipologi wilayah pengembangannya adalah pada lahan yang tersedia lengas tanah cukup (sawah berpengairan).

Hasil pengamatan secara deskriptif terlihat bahwa pada jenis lahan berat, terlihat keragaan tanaman seragam pertumbuhannya dengan jumlah batang yang rapat. Pertunasan terjadi secara serempak, berbatang tegak, diameter sedang sampai besar. Jarang berbunga, diameter sedang sampai besar, hasil tebu cukup tinggi, rendemen tinggi, kemasakan awal tengah, kadar sabut sekitar 13%.

Pada kondisi kebun yang terganggu drainasenya terjadi pengecilan diameter batang dan pertumbuhan agak terhambat. Sementara itu pada lahan yang kekurangan air akan terjadi pemendekan ruas batang, dan pengaruhnya pada populasi batang pada tanaman keprasannya akan berkurang. Tampaknya varietas tebu KK lebih sesuai untuk lahan Aluvial dan Mediteran dengan kadar liat yang tidak terlalu tinggi dengan pengairan.yang cukup serta tidak terjadi gangguan drainase (Eka Sugiyarta, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan)

Bapak Eka Sugiyarta merupakan peneliti dan ekspert dalam bidang pembibitan dan budidaya komoditas tebu. Untuk berkonsultasi dengan beliau dapat menghubungi P3GI melalui Tlp. 0343-421086, atau via pengelola blog ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

terkecuali untuk peredaran varietas tebu di masyarakat.