;

Rabu, 01 Mei 2013

Varietas Sawit Tahanan Gonoderma Segera Beredar!


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixdh3ruvX5cms6Ktl0Gb-NUiAro1-2MLi4WPYZoMB2HxR1QwxDHMolTbYm20Ras-TKhRbekwM_LH1_Tgolt3DmNdgtVbQdLiXrlslAOYdchfzWyLXvlZZP-dGk5-0NVOIHLQFwPtXRu5Fm/s320/socfindo2.jpg 
Mengejutkan! Namun ini menjadi kabar baik bagi pekebun sawit yang akan melakukan replanting. Jika sebelumnya penyakit Gonoderma menjadi momok, namun saat ini sudah muncul varietas tahan gonoderma.
Varietas unggul ini dihasilkan oleh PT. Socfindo yang dikenal sebagai produsen benih sawit terkemuka di Indonesia. Hasil percobaan di areal endemik gonoderma, di wilayah Sumatera, varietas ini relatif resisten terhadap serangan penyakit ini dibandingkan varietas pembanding.
Sebagaimana diketahui penyakit ini sangat menakutkan bagi pekebun karena belum ada penangkalnya.  Serangannya bersifat gradual dan dapat mengakibatkan tanaman mendadak sekarat.
Varietas ini tentu sangat sesuai bagi areal perkebunan replanting yang tersebar di wilayah Sumatera, Kalimanta dan Sulawesi.  Selain itu produktivitasnya cukup tinggi, dengan rata-rata bisa mencapai 30 sd 35 Ton TBS/ ha/tahun.  Dengan potensi CPO mencapai 8 Ton per tahun. Sehingga keunggulan varietas ini  cukup komplit bagi pekebun.
Hanya saja, pihak Socfindo masih merahasiakan nama varietas ini. Bahkan waktu lauching dan penjualan perdana juga tidak diketahui kapan. Karena Socfindo ingin melakukannya melalui momen yang penuh kejutan.  Karena ini merupakan maha karya sumber benih tersebut bagi sawit Indonesia, yang juga merupakan sebuah terobosan baru.
Apakah Anda ini mendapatkan varietas ini?

Kamis, 28 Februari 2013

Sulbar Memiliki Kebun Plasma Nutfah Kakao


 Syamsuddin Hatta dengan salah satu klon unggulnya
  

Tidak banyak yang mengetahui, ternyata Sulbar memiliki kebun koleksi kakao. Seluruh klon-klon unggul asal propinsi pemekaran dari Sulses dikumpulkan di atas lahan seluas 5 ha.

Berawal dari keinginan Syamsuddin Hatta, yang juga anggota DPRD Propinsi Sulawesi Barat, untuk membuat sebuah kebun percontohan untuk pelatihan petani. Iapun menanami sebagian dari lahannya seluas 5 ha dengan tanaman kakao.  Namun tanaman yang gunakan adalah klon unggulan yang ia kumpulkan dari berbagai kebun masyarakat.

Senin, 25 Februari 2013

Aslan, Pewaralaba Bibit Sawit Sukses Asal Sulbar



Meskipun usianya masih muda, namun ia sukses menjadi pewaralaba bibit kelapa sawit di daerah Sulawesi Barat. Hebatnya, ia menjadi satu-satunya penangkar yang mendapatkan kepercayaan dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai partner di Propinsi pemekaran dari Sulsel tersebut.

Aslan pemilik usaha KSU Harapan Jasa mencoba peruntungan di bisnis bibit kelapa sawit pada tahun 2007 dengan menangkarkan benih asal PPKS sebanyak 50.000. Namun, menurut entrepreneur yang baru berusia 30 tahun ini, usaha perdananya tersebut tidak terlalu mengembirakan.

Selasa, 08 Januari 2013

Benih Socfin Merambah Pasar Afrika


 


Ternyata produsen benih Socfindo tidak hanya diminati pasar domestik namun juga di luar negeri. Terbukti pada tahun 2012 kecambah asal sumber benih yang belokasi di Sumatera Utara tersebut diekspor hingga ke Afrika.

Rabu, 29 Agustus 2012

Mendapatkan Benih Sawit Sulit?


Tahukah Anda, jika di Indonesia stok benih sawit unggul pada dasarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kelapa sawit selama 1 tahun. Namun ironisnya banyak pekebun yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan benih sawit.

 Ada banyak faktor mengapa benih unggul sepertinya langka. Pertama, karena tidak sesuainya preferensi pekebun dengan kondisi benih sawit unggul. Jika Anda berharap mendapatkan benih sawit dengan harga Rp. 200 ribu per kantung atau Rp. 2.000 per biji, maka dijamin Anda tidak akan mendapatkan benih unggul. Pasalnya benih resmi tidak dijual per paket dan dijual berkisar Rp. 7.000 sd 12.000,-.

Kedua, sebagian sumber benih hanya melayani pemesanan minimal 5000 butir. Hanya PPKS Medan yang bersedia menyediakan benih sawit dalam partai kecil, namun pekebun harus mengambil langsung ke Medan. Bisa dibayangkan jika seorang petani asal Sulawesi Selatan hanya membutuhkan 500 biji dengan harga Rp. 6.000,- maka biaya yang untuk membeli kecambah hanya Rp. 3.000.000,- . Namun biaya transportasi dan akomodasi dari Sulsel hingga Sumut bisa jauh lebih mahal dari harga benih.

Ketiga, kondisi demikian diperparah dengan eksklusifnya sumber benih. Ada sebuah kejadian dimana seorang pekebun tidak menyadari jika ia tinggal dekat dengan sumber benih. Sejumlah sumber benih relatif “malas” berbagai informasi produknya. Tentu hal tersebut bukan tanpa dasar, karena sebagian besar produsen tersebut masih menyupply kebutuhan perusahaan sendiri. Tapi kedepannya kondisi demikian akan menciptakan kesan jika benih sawit unggul langka.

Cilakanya, oknum pemalsu yang semakin kreatif. Tentu kita sudah sering mendengar jika saat ini banyak benih oplosan yang dijual dengan label, dan memiliki dokumen seperti benih resmi. Belum lagi mereka secara gigih mempromosikan jika benih yang dipasarkan berjenis Costrarica, Supergene, yang bisa mencapai produksi hingga 40 ton/ha/tahun. Menariknya dengan berbagai layanan menarik seperti harga yang lebih murah dan benih tersedia di lapangan.

Rabu, 06 Juni 2012

Permintaan dan Penyediaan Benih Sawit Tidak “Nyambung”



Salah satu ciri kecambah sawit bermutu dari sumber benih adalah Percaya tidak percaya, bahwa saat ini stok benih sawit berlebih. Hanya, di lapangan pekebun kesulitan mendapatkan benih bermutu. Mengapa demikian?

Tidak lain karena tidak nyambungnya permintaan dan penyediaan benih sawit. Apa yang ada dibenak pekebun soal penyediaan benih sawit adalah, bahwa benih unggul tersedia di lapangan, harganya tidak kurang dari Rp. 6.000,- untuk kecambah, atau bibit satu tahun kurang dari Rp. 20.000,-. Benih bisa dibeli melalui agen yang ada di daerah dan dipasarkan berupa paket per kantung atau per peti.

Tentu ini berbeda dengan konsep penyediaan benih oleh produsen benih. Harga resmi penjualan benih sawit ditetapkan per semester oleh sumber benih dan disampaikan pada pemerintah secara resmi. Saat ini harga kecambah sawit berkisar Rp. 7.000, sd Rp. 12.000,- per biji dan tidak dijual paket-an. Selain itu sumber benih tidak memiliki agen di daerah dan untuk pemesananya produsen benih umumnya menetapkan batas pesanan minimal.

Ketidaknyambungan ini seringkali membuat pekebun begitu terkejut saat mengetahui harga benih yang cukup mahal dan akhirnya enggan membeli yang resmi. Ini bukan karena mereka tidak sanggup, tapi karena ekspektasi mereka jauh lebih rendah dari harga yang sebenarnya. Berbeda ketika pekebun membeli lahan perkebunan. Ia berani membayar hingga puluhan juta karena informasi harga lahan bisa ia akses dengan mudah.

Jelas sumber benih memiliki andil atas kurangnya informasi benih yang beredar di masyarakat. Tapi perlu juga diketahui bahwa beberapa sumber benih memang tidak terlalu agresif melakukan pemasaran, karena alasan awalnya mendirikan usaha penyediaan benih adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri, khususnya sumber benih milik perusahaan kelapa sawit besar. Sedangkan sumber benih yang memang khusus fokus pada penyediaan benih tanpa memiliki kebun kelapa sawit hanya 3 perusahaan salah satunya adalah PPKS Medan.

Sehingga ada kesan bahwa sumber benih tersebut eksklusif. Selain itu pemerintah juga memang sengaja menciptakan prosedur yang panjang untuk penyediaan benih, dengan tujuan untuk menjaga kualitas benih yang sampai di pengguna. Hanya saja kondisi demikian menciptakan kondisi yang sulit bagi pekebun khususnya yang memiliki kebun dengan areal terbatas.

Oleh sebab itu solusi bagi para pekebun untuk mendapatkan benih sawit bermutu, tentu menyiapkan dana untuk pembelian benih dan pesanlah langsung dari sumber benih. Karena membeli benih sawit tidak membutuhkan spekulasi, karena saat ini hanya ada 13 sumber benih dan tidak ada sumber benih lain. Harganyapun resmi. Untuk jumlah pesanan yang kecil, pekebun bisa melakukan pemesanan secara kolektif.

Senin, 16 April 2012

MENGAPA PETANI TIDAK "KAPOK" MENGGUNAKAN BENIH PALSU?


Banyak petani yang menggunakan benih asalan, namun tidak merasa sudah dirugikan. Mengapa demikian?

Ada anggapan yang keliru dari para petani, jika kebun yang menggunakan benih palsu dipastikan tidak akan menghasilkan buah. “Jika tanaman di kebun masih berbuah maka itu bibitnya benar”ungkap seorang petani.

Kenyataannya tidak demikian. Tanaman asal benih palsu juga menghasilkan buah. Kebanyakan petani merasa sukses ketika tanaman sudah menghasilkan, tanpa pernah menghitung berapa hasil aktual yang sesungguhnya ia peroleh.

Kerugian akibat benih palsu baru terlihat jika petani melakukan perhitungan panen. Umumnya produksi kebun yang menggunakan bahan tanam asalan, mengacu pada penelitian PPKS, hanya 50 persen dari hasil yang bisa dicapai jika menggunakan benih bermutu.

Petani kelapa sawit di salah satu Kabupaten di Sumatera Utara, melalui sebuah penelitian LSM kelapa sawit, hanya bisa memperoleh hasil 10 ton TBS/ha/tahun, meskipun umur tanamannya sudah mencapai 14 tahun.

Padahal jika menggunakan benih bermutu petani bisa meraih produksi hingga 20 ton/ha/tahun dengan pemeliharaan yang kurang baik. Dan bisa mencapai 30 Ton TBS/ha/tahun bahkan 35 Ton TBS/ha/tahun jika melakukan pemeliharaan yang intensif.

Dengan harga TBS Rp. 1.500 /kg maka dengan menggunakan benih palsu maka petani kehilangan pendapatan hingga Rp. 15 juta per ha setiap tahunnya dengan asumsi kehilangan hasil 10 ton per ha.

Proses penyebaran benih palsu umumnya terjadi ketika salah satu petani yang sudah membeli, menunjukkan pada rekannya bahwa tanamannya sudah menghasilkan. Sehingga petani lainnyapun tertarik membeli dari sumber yang sama dari rekannya, yang nyatanya tidak jelas asal usulnya.

Oleh sebab itu, kerugian akibat menggunakan benih palsu tidak selalu berupa tanaman tidak menghasilkan. Bisa saja tanaman menghasilkan namun produktivitasnya jauh dibawah tanaman yang berasal dari benih bermutu.

Minggu, 15 April 2012

BUKTI BENIH SAWIT LEGAL

Ada beberapa indikator bahwa Anda mendapatkan benih sawit bermutu atau tidak, yakni:

Pertama, harga benih tidak lebih murah dari Rp. 7.000, per biji. Harga benih sawit di Indonesia bervariasi antara Rp. 7.000 sd $ 12. Dan harga ini ditetapkan secara per semestar dan disampaikan pemerintah setiap kali pertemuan koordinasi sumber benih.

Kedua, pembelian benih tidak melalui agen, melainkan langsung berhubungan dengan sumber benih, termasuk untuk pembayaran. DI Indonesia sendiri ada 9 sumber benih resmi.

Ketiga, penyerahan benih dilengkapi dokumen antara lain sertifikasi, DO, bukti persilangan, surat karantian, surat pemeriksaan dari BP2MB atau UPT Perbenihan. Untuk pemesanannya pun harus terlebih dahulu mengurus dokumen SP2BKS.

Dapatkan informasi lengkap perbenihan dan budidaya kelapa sawit