;

Kamis, 04 September 2008

INDONESIA TIDAK MAU KENAIKAN PRODUKSI SAWIT DARI PERLUASAN LAHAN

Dirjen Perkebunan Achmad Mangga Barani menyatakan perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2007-2008 ini sangat pesat. “Kalau LSM tahu mereka pasti kaget. Tahun 2007 perluasan areal mencapai 800.000 ha sedang tahun 2008 mencapai 1 juta ha. Data resmi masih menunjukkan luas perkebunan kelapa sawit mencapai 6,7 juta ha, tetapi diperkirakan saat ini sudah mencapai 8 juta ha. Tahun ini akan diadakan sensus khusus untuk mengetahui secara persis luas lahan kebun kelapa sawit” katanya. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai produsen nomor satu juga luas lahannya paling luas.

Meskipun areal yang potensial masih luas tetapi harus dijaga jangan sampai kenaikan produksi didapat dari perluasan lahan terus menerus. “Perluasan cukup 9 juta ha saja. Setelah itu kenaikan produksi dilakukan dengan kemampuan koleksi dan breeding sehingga bisa dihasilkan benih sawit dengan produksi yang tinggi, dua kali lipat dari produksi sekarang. Beberapa daerah seperti Sumut sudah waktunya diganti.

Kalau hal ini bisa dilakukan maka sawit asal Indonesia bebas dari desakan LSM karena tidak merambah sampai masuk hutan lindung atau areal lainnya. Sawit dari kebun seperti ini bisa dipasarakan ke mana saja sehingga tidak perlu diklaim sawit bermasalah. Selama ini karena data lahan yang tidak jelas sering pembangunan kebun baru menjadi areal yang bermasalah.
Indonesia tidak boleh kalah dengan Kostarika yang mampu menghasilkan 40-50 ton TBS/ha dengan daya hidup sampai 40 tahun.

Bandingkan dengan Indonesia yang baru 14 ton CPO dengan daya hidup 25 tahun. Pemuliaan harus dapat menghasilkan pohon yang lebih pendek, pelepah lebih pendek sehingga per ha lebih banyak dan mudahkan panen. Kalau peremajaan sudah bisa menggunakan benih seperti ini maka perluasan lahan sama sekali tidak diperlukan lagi.

Melihat hal ini maka jadi kepentingan bersama Indonesia sebagai negara dengan produksi kelapa sawit terbesar dan luas lahan terluas untuk punya kebun plasma sendiri. “Masa Negara sawit terbesar kebun plasmanya tidak ada yang dimiliki bersama. Kita hanya punya plasma nutfah di masing-masing kebun dan kebun raya.

Masa tidak bisa membangun kebun plama nutfah. Membangun kebun plasma nutfah ini merupakan tugas pemerintah dan Mentan setuju ada anggaran tahun 2009 untuk membangun kebun ini. Bupati Sijunjung sudah menyerahkan lahan 1000 ha secara cuma-cuma. Targetnya Juni 2009 sudah ditanam 100 ha. Pengusaha-pengusaha benih kelapa sawit menyerahkan koleksi plasma nuftahnya pada kebun ini. Selain itu juga untuk mendapatkan sumber yang beragam mereka sudah ekspedisi ke Kamerun dan mendapatkan 103 aksesi yang akan ditanam di kebun plasma nutfah ini.

Perusahaan benih sawit di Indonesia yang saat ini tercatat 8 perusahaan sekarang kewalahan menghadapi tinggi kebutuhan benih kelapa sawit. Kebutuhan benih tahun 2007 mencapai 210 juta sedang tahun 2008 230 juta benih. Kemampuan 8 perusahaan pembenihan mencapai 176 juta benih sehingga Indonesia merupakan negara terbesar di dunia produsen benih sawit.

Malaysia sendiri hanya 60 juta benih sawit, Kostarika 40 juta benih sawit dan Papua New Guinea 26 juta benih sawit. Masalahnya dengan tingginya kebutuhan Indonesia selain merupakan produsen benih sawit terbesar juga istimewanya importir benih sawit terbesar tahun 2007 impor mencapai 30 juta benih sedang tahun ini diperkirakan 40 juta benih.

Bisnis benih kelapa sawit ini bisnis yang tidak irasional, semakin mahal harganya semakin cepat terjual, sedang yang agak murah lambat terjual Harganya sekarang berkisar antara Rp4000-10.000 (USD1,2)/benih. Benih dengan harga Rp10.000 sudah habis terpesan sampai tahun 2009 sedang yang harganya Rp4000 masih ada stok.

Harga benih impor sendiri mencapai USD1,5/benih. Khusus untuk benih dari Kostarika harus diinapkan dulu selama 3-4 hari di Miami dan disana diberi perlakukan ulang dan dipackaging diganti lagi sehingga identitas benihnya bukan lagi berasal dari Kostarika dan harus menggunakan rekomendasi impor baru..Tujuannya supaya benih itu tidak membawa penyakit hawar daun yang mematikan pohon karet karena Indonesia juga produsen karet terbesar nomor dua di dunia..”Meskipun prosedur impornya sulit tetapi tetapi tetap tiap minggu saya menandatangani izin impor 4-5 juta benih” katanya.

Animo masyarakat menanam kelapa sawit sangat tinggi dalam 2-3 tahun terakhir . Hal ini berbeda dengan tahun 2005 dimana perusahaan benih hanya menghasilkan sedikit itupun harus ada yang dimusnahkan karena tidak ada yang beli.

“Sekarang harga sawit naik gila-gilaan pembeli jadi gila. Siapa meyangka harga CPO sekarang bisa diatas USD1000/ton, tidak pernah terbayangkan. Padahal biaya produksi hanya USD300/ton untuk perkebunan besar swasta dan petani kalau efisien dengan perhitungan harga pupuk sudah naik. dan USD400/ton untuk PTPN karena dibebani berbagai misi sosial seperti harus menampung lapangan kerja” katanya.

Pengusaha mengeluh karena ada pungutan ekspor dan mereka mengomel keuntungan besar tidak dinikmati pengusaha tetapi diambil pemerintah. Dalam kesulitan negara sekarang ini Pungutan Ekspor bisa sedikit menutupi berbagai keperluan negara. “Inilah sumbangan pengusaha kelapa sawit kepada pemerintah yang sedang mengalami kesulitan.

Kapan lagi pengusaha menyumbang pemerintah. Nanti kalau negara bagus PE akan diperkecil bahkan mungkin tidak ada” kata Mangga. Beberapa perusahaan benih sudah mengajukan surat minta izin menaikkan harga pada semester dua tahun ini. Dirjen setuju dengan catatan khusus untuk kepentingan perusahaan perkebunan saja.

Sedang untuk kepentingan masyarakat yaitu petani plasma tidak perlu dinaikkan karena sudah tercantum di DIPA sudah tercantum. Sudah ada kesepakatan 30% dari produksi benih dialokasikan untuk petani dan kalau pengusaha tetap menaikkan juga harga untuk petani maka mengurangi bagian yang seharusnya menjadi hak petani (Media Perkebunan).

(Bagi rekan-rekan yang berminat mengenal lebih lanjut profil media perkebunan, majalah pertama yang khusus membahas tentang perkebunan, dapat mengunjungi situsnya di http://www.mediaperkebunancyber.com/teknologi.html)

Tidak ada komentar: