;

Rabu, 29 April 2009

INDONESIA AKAN EKSPLORASI KEKAYAAN PLASMA NUTFAH SAWIT BRAZIL


Indonesia akan melakukan eksplorasi materi genetis kelapa sawit ke Brazilia. Kegiatan ini ditargetkan akan dilaksanakan tahun ini. Dan saat ini pemerintah Indonesia tengah melakukan persiapan termasuk di dalamnya menyusun draft Memorandum of Understanding dengan pemerintah Brazil.

Brazil merupakan negara asal kelapa sawit untuk jenis Elaeis oleifera. Namun di negara tersebut kelapa sawit belum berkembang seintensif industri sawit di Indonesia. Adapun jenis yang akan dikumpulkan Tim eksplorasi asal Indonesia adalah jenis Elaeis oleifera, baik turunan Sinu, Coari, dan Manicoari, yang kesemuanya dapat ditermukan di daerah Amazona, sebelah utara negara Brazil.

Eksplorasi plasma nutfah jenis Elaeis oleifera diharapkan dapat memperkaya keragaman hayati kelapa sawit di Indonesia yang pada umumnya menggunakan kelapa sawit jenis Elaeis guineensis asal Afrika. Kelapa sawit jenis Elaeis oleifera memiliki beberapa penciri utama yang lebih unggul dibandingkan dengan jenis Elaeis guineensis, yaitu tingginya nilai Carotene.

Disamping itu laju pertumbuhan sawit jenis ini lebih lambat sehingga tanamannya tidak setinggi jenis Elaeis guineensis. Materi genetis tersebut nantinya akan digunakan dalam persilangan untuk menghasilkan jenis sawit silangan baru yang memiliki karakteristik yang unggul.

Sebagai pertukaran dari materi genetis yang diperoleh dari Brazil, Indonesia akan menyumbangkan beberapa materi genetis, milik sumber benih nasional. Baik jenis tenera, atau tanaman jantan maupun dura, tanaman betina.

UNDANGAN PENDAFTARAN ANGGOTA MAKSI


Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia (MAKSI) untuk kepengurusan MAKSI periode 2009-2011,mengundang semua pihak yangterkait dengan perkelapa-sawitan Indonesia, baik peneliti, akademisi, pengusaha dan pelaku bisnis serta pekebun; pemegang kebijakan ataupun pemerhati, untuk bergabung bersama kami dan berpartisipasi sebagai anggota.

Ada aktivitas yang dilaksanakan oleh MAKSI antara lain:

1) Menyelenggarakan inventarisasi dan dokumentasi data dan informasi karya-karya ilmiah, laporan perkembangan industri dan teknologi serta kinerja institusi di bidang
perkelapa-sawitan.

2) Menjadi wadah dan atau mengusahakan kerjasama yang serasi antara pelaku perkelapa-sawitan (pemerintah, swasta, perguruan tinggi, litbang pemerintah dan pelaku lainnya) untuk pengembangan perkelapa-sawitan dari hulu sampai hilir melalui kerjasama penelitian dan pengembangan, pengkajian dan penerapan teknologi, pelatihan, konsultasi dan sebagainya.

3) Menyelenggarakan pertemuan, (seminar, simposium, diskusi dan sebagainya) di bidang perkelapa-sawitan.

4) Mengusahakan kerjasama dengan perhimpunan-perhimpunan ilmiah dan profesi yang relevan baik di dalam maupun di luar negeri.

5) Menyampaikan masukan kepada pemerintah dalam menentukan arah pembangunan perkelapa-sawitan di Indonesia dan untuk mengatasi masalah-masalah dalam
pengembangan perkelapa-sawitan di Indonesia. a

Untuk informasi pendaftaran, silahkan untuk menghubungi Sekretariat MAKSI di Gedung PAU Lantai 2 Kampus IPB Darmaga, Bogor, melalui telp 0251-621560. Atau melalui contact person Ibu Yuli Sukmawati, STP, melalui nomor 081382224045.

Kamis, 23 April 2009

PROSES PERSILANGAN UNTUK PRODUKSI BENIH SAWIT

Benih sawit unggul komersial dihasilkan dengan menyilangkan 2 tanaman induk. Dimana proses ini sendiri cukup rumit dan memakan waktu. Itu sebabnya mengapa benih sawit unggul tidak bisa didapatkan secara asalan, melainkan harus dari sumber benih yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Gambar di bawah menunjukkan bagaimana proses persilangan dilakukan di PPKS Medan, salah satu sumber benih sawit di Indonesia. Dimana proses ini berlangsung disertai aktivitas control ketat untuk menjamin kualitas benih yang dihasilkan.


Sumber: PPKS Medan

Selasa, 21 April 2009

PENYAKIT VANILI DI MADAGASKAR


Madagaskar adalah penghasil utama vanili dunia dan mensuplay 50 – 60% kebutuhan industry vanilla dunia setiap tahunnya, sedang Indonesia hanya menduduki urutan kedua mensupplay 15 – 25%.

Beberapa pemberitaan dari internet menjelaskan bahwa sejak tahun 2008 pertanaman vanili di Madagaskar terserang penyakit jamur yang sangat serius. Pemerintah Madagaskar menjelaskan bahwa telah menyerang sekitar 80% pertanaman vanili di Sambava dan Andapa merupakan pusat pertanaman vanili di Negara itu.

Artinya bahwa produksi Madagaskar akan turun drastis dalam beberapa tahun kedepan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh petani vanili di Indonesia untuk mengambil alih dan mensupply kebutuhan dunia paling kurang sekitar 50%.

Di Indonesia penyakit vanili yang disebut Busuk batang vanili (BBV) juga pernah menghancurkan tanaman vanili di Jawa Tengah, Bali, Sumatra Utara, Jawa Timur dan daerah penghasil vanili lainnya. BBV disebabkan oleh Jamur Fusarium oxysporum , f.sp.vanillae yang bertahan dalam tanah selama 10 tahun, menyerang seluruh bagian tanaman pada semua tingkat umur, menular melalaui stek batang.

Selama beberapa tahun terahir ini peneliti vanili di Indonesia telah menghasilkan beberapa teknologi untuk mengatasi penyakit BBV. Salah satu diantaranya adalah teknologi BioFOB yang menggunakan pendekatan budidaya organic (ramah lingkungan).

Paket teknologi itu telah dikomersialkan melalui CV.Meori Agro yaitu; bibit vanili BioFOB, OrganoTRIBA, BioTRIBA dan Mitol 20EC. Sehingga masalah penyakit vanili di Indonesia sudah tersedia paket teknologinya bagi petani.

Sumber: Bio-Fob

Minggu, 19 April 2009

ENTRES KAKAO CUKUP UNTUK MENDUKUNG REHABILITASI DI 4 PROPINSI SULAWESI


Saat ini kebutuhan benih untuk melaksanakan rehabilitasi diperkirakan tercukupi. Sebanyak 118 juta stek entres telah tersedia untuk mendukung rehabilitasi kakao seluas 58.400 ha di 4 Propinsi di Sulawesi dalam rangka Gernas. Stek entres tersebut dihasilkan dari kebun produksi petani yang telah dimurnikan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Jenis klon yang bakal dihasilkan dari kebun produksi milik petani tersebut adalahSulawesi 1 dan Sulawesi 2. Kedua klon tersebut merupakan benih bina yang digunakan secara luas di wilayah Sulawesi. Adapun kebun-kebun tersebut dimurnikan dan dievaluasi oleh tim yang terdiri dari wakil dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBT2TP), serta Dinas Perkebunan Propinsi/Kabupaten.

Untuk merehabilitasi tanaman kakao seluas 58.400 ha maka diperlukan stek entres sebanyak 116,8 juta. Maka dengan potensi produksi stek entres hingga 118 juta maka khusus wilayah Sulawesi terjadi kelebihan stek entres sebanyak 1.600.000.

Terkait dengan penyediaan stek entres, pemurniaan kebun produksi petani juga akan dilaksanakan di 2 propinsi lainnya, tempat pelaksanaan Gernas yakni NTT dan Papua. Untuk kemudian ditetapkan oleh kepala Dinas Propinsi yang membidangi Perkbunan, kebun mana saja yang bakal menjadi sumber benih untuk stek entres, berdasarkan hasil penilaian Tim.

Pemerintah berupaya mendorong kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi hasil pertanaman kakao petani. Melalui program Gernas yang rencananya akan dilaksanakan dalam waktu 3 tahun, 2009 s/d 20011, diharapkan mampu mendongkrak produktivitas tanaman kakao petani.

Hal ini diwujudkan melalui peremajaan dan rehabilitas tanaman kakako milik petani menggunakan benih bermutu. Untuk peremajaan benih yang digunakan adalah bibit embriogenesis somatik (SE) asal Puslikoka. Diperkirakan pada tahun 2009 kebutuhan bibit SE tersebut bisa mencapai 20 juta batang
(Sumber: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi)

Kamis, 02 April 2009

VISUALISASI BIBIT KAKAO UNTUK BEBERAPA TEKNIK PERBANYAKAN

Di bawah ini adalah tampilan secara fisik bibit kakao yang dihasilkan dari beberapa jenis perbanyakan. Anda bisa meninju perbedaan hasilnya dilihat dari jumlah dan ukuran akar, batang dan daun.

Sumber: Pusat Penilitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember