;

Minggu, 27 Juli 2008

PENAWARAN MINYAK NILAM

Tersedia minyak nilam 500 liter milik kelompok tani asal Dairi. Minyak tersebut ditawarkan di bawah harga pasar setempat. Namun kelompok tani tersebut hendak juga menawarkan kemitraan dengan perusahaan sebagai penampung termasuk juga melakukan quality control agar nilam kualitas satu dapat dihasilkan.

Kelompok tani ini diasuh oleh Petugas dari Dinas Perkebunan, potensi produksi yang dapat dicapai 50 kg/bulan (namun masih dapat ditingkatkan karena masih tersedia lahan). Dan minyak nilam asal Dairi termasuk salah satu produk ekspor potensial.

Selama ini minyak nilam petani dijual di pasar tradisional. Persoalan yang dihadapi harga cenderung tidak stabil dan petani dirugikan oleh pedagang besar.

Bagi rekan-rekan yang berminat dapat menghubungi Bapak Hendra Sipayung (pengelola blog ini) di 085925077652 .

Pengasuh Kelompok Tani:
Bapak Pardede, Bapak Sibuea
Dinas Perkebunan Dairi
Sidikalang

Jumat, 25 Juli 2008

HAL YANG PERLU ANDA KETAHUI TENTANG PEMILIHAN VARIETAS NILAM

Nilam varietas Tapaktuan dengan keunggulan produktivitas terna yang tinggi memberikan keuntungan usaha tani tertinggi.

Nilam varietas Lhokseumawe dengan tingkat rendemen yang tinggi memberikan keuntungan agroindustri penyulingan yang tertinggi.

Dengan menghargai tingkat rendemen minyak yang tinggi pada terna varietas Lhokseumawe, petani akan tertarik menanam varietas Lhokseumawe dibandingkan varietas Tapaktuan sehingga keuntungan akan didapat kedua belah pihak.

Keunggulan produktivitas terna varietas Tapaktuan dan keunggulan tingkat rendemen varietas Lhokseumawe tidak akan berarti jika ancaman penyakit layu bakteri dan nematoda cukup tinggi. Nilam varietas Sidikalang merupakan pilihan tepat untuk kondisi ini.



(Sumber: Balittro, 2008)

Kamis, 24 Juli 2008

BAHAN TANAM DARI AMERIKA SELATAN DILARANG MASUK KE WILAYAH INDONESIA

Pemerintah akan mengeluarkan larangan pemasukan bahan tanaman asal Amerika Selatan. Karena negara-negara di Amerika Selatan, khususnya Brazil, belum terbebas dari penyakit hawar daun.

Penyakit hawar daun Amerika Selatan, yang juga dikenal sebagai South American Leaf Blight (SALB), disebabkan oleh jamur Microcyclus ulei (Henn.) Arxamur. Penyakit ini telah menghancurkan perkebunan karet Brazil secara total.

Sebelumnya Brazil merupakan negara produsen karet utama di dunia. Namun setelah menjadi daerah endemis, perkebunan karet Brazil hancur dan tidak bangkit hingga saat ini.

Indonesia masih bebas dari penyakit ini. Namun jika penyakit ini sampai masuk ke Indonesia sudah dipastikan perkebunan karet nasibnya akan seperti Brazil.

Seluruh bahan tanaman perkebunan asal Amerika Selatan bakal dilarang masuk ke Indonesia. Termasuk juga benih kelapa sawit dan tembakau. Dimana benih kelapa sawit diimpor dari Costarica dan tembakau dari Brazil.

KIAT MENDAPATKAN BENIH SAWIT BERMUTU SAAT PERMINTAAN TINGGI

Jumlah pesanan benih pada 7 sumber benih dalam negeri sudah mencapai 230 juta, sedangkan kapasitas produksi sumber benih sawit tersebut hanya 167 juta.

Artinya kebutuhan benih dalam negeri telah melebihi kemampuan sumber benih untuk memenuhinya.

Jadi bagaimana kiat untuk mendapatkan benih unggul bermutu pada saat permintaan tinggi?

Cara pertama, adalah dengan melakukan pemesanan dini, misalnya pemesanan di tahun 2008 namun untuk direalisasikan di tahun 2009 atau 2010.

Cara kedua, adalah dengan melakukan impor benih dari luar negeri. Sumber benih kelapa sawit di luar negeri yang direkomendasikan berasal dari Malaysia, Costarica, PNG dan Thailand.

Cara ketiga, hubungi Dinas Perkebunan setempat untuk mengetahui penangkar-penangkar yang melakukan waralaba dengan Sumber Benih kelapa sawit. Mudah-mudahan ada penangkar yang memiliki stok bibit yang berasal dari sumber benih.

Rabu, 16 Juli 2008

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MENDUKUNG USAHA KECIL PERBENIHAN


Pemerintah menyediakan kredit Usaha Rakyat untuk mendukung Usaha kecil di bidang Pertanian/Perkebunan. Kredit ini ditujukan untuk pemupukan modal kerja atau investasi yang diberikan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi yang memiliki usaha produktif. Dimana di dalamnya tercakup usaha sektor pertanian yang layak namun belum bankable.

Besarnya kredit yang dapat disalurkan hingga Rp. 500 juta/nasabah, dengan suku bunga maksimum 16 % pertahun. Jangka waktu kredit untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan investasi 5 tahun. Dengan prosentase jumlah penjamin 70% dari kredit per pembiayaan yang diberikan perbankan. Pihak yang dapat memperoleh kredit ini adalah individu, kelompok atau koperasi.

Kredit ini disalurkan melalui Bank pelaksana yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Syariah Mandiri. Dengan lembaga penjamin PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Pengembangan Sarana Usaha (Perum SPU).

Kredit Usaha Rakyat diluncurkan oleh Presiden SBY pada tanggal 5 November 2007 yang lalu. Dan sampai saat ini saja realisasi penyaluran KUR telah mencapai hampir 50% dari platfond Rp. 14 Trilyun, yakni sebanyak Rp. 6,8 Trilyun. Dan untuk sektor pertanian telah menyerap lebih dari Rp, 1,6 Trilyun.

Tentunya KUR ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber modal bagi usaha perbenihan atau penangkaran. Usaha penangkaran cukup prospektif mengingatkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap benih bermutu.

Misalnya saja bibit karet, yang menurut Direktur Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), Didiek Hadjar Goenadi, dari kebutuhan 70 juta bibit setiap tahun, produsen dan penangkar bibit karet nasional baru mampu menghasilkan 50 juta bibit (kompas, 2008).

Banyak penangkar yang cukup sukses dan mendapatkan kepercayaan dari perbankan mendapatkan kredit. Misalnya Yulianto, penangkar asal Kalimantan Selatan, yang telah memasarkan bibit karet hingga ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur bahkan ke Pulau Jawa.

Pihak perbankkan menyetujui penyaluran kredit bagi usahanya berupa kredit jangka pendek selama 1 tahun. Kredit tersebut ia gunakan untuk mengembangkan kegiatan penangkarannya. Alhasil usahanya semakin maju dan kredit tersebut dapat ia kembalikan tepat waktu.

Oleh sebab itu penangkar bibit tanaman perkebunan perlu memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat untuk memupuk modal kerja atau untuk investasi. Mengingat dana tersedia masih cukup besar dan siap disalurkan bagi pelaku usaha kecil potensial.

Selasa, 15 Juli 2008

TEKNOLOGI KULTUR IN VITRO


Teknologi kultur in vitro yang lebih dikenal dengan kultur jaringan merupakan suatu teknik mengembangbiakkan potongan jaringan tanaman di dalam media buatan yang steril. Teknologi ini didasari oleh sifat sel yang masing-masing mampu membentuk individu baru secara utuh yang mempunyai sifat identik dengan induknya khususnya sel yang masih muda baik yang berasal dari organ vegetatif misalnya akar, batang dan daun maupun organ generatif yaitu embrio datau bagian dari bunga.

Medium yang digunakan untuk membiakkan potongan jaringan tersebut mengandung makanan berupa unsur-unsur hara makro dan mikro. Disamping itu , ke dalam medium juga ditambahkan sumber karbon yang berasal dari sukrosa dan gula, vitamin dan zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan sel untuk menjadi calon tanaman atau planlet.

Unsur makro dan mikro digunakan dalam bentuk senyawa garamnya. Sedangkan vitamin yang berfungsi untuk pertumbuhan umumnya dari kelompok vitamin B (B1, B6 dan B12). Pembentukan embrio somatik atau penggandaan tunas memerlukan zat pengatur tumbuh dari jenis sitokinin dan auksin. Medium yang digunakan dapat berupa cairan atau padatan dengan menambahkan agar. Media dalam botol yang berisi potongan jaringan kemudian ditempatkan dalam ruang dengan suhu dan kelembapan ruang nisbi yang terkontrol (berAC), dengan pencahayaan 12 jam per hari yang berasal dari lampu neon dengan intensitas cahaya antara 3.000 – 10.000 luks.

Perkembangan eksplan di dalam kutlur media menjadi planlet dapat terjadi melalui beberapa alur. Namun alur yang umum digunakan untuk keperluan komersial adalah melalui pembentukan tunas atau embrio adventitif secara langsung menggunakan eksplan potongan batang muda yang memiliki calon tunas samping. Pembentukan tunas adventitif secara langsung menggunakan eksplan potongan batang muda yang memiliki calon tunas samping. Dengan adanya sitokinin di dalam medium menyebabkan tunas mengandakan diri secara terus menerus membentuk tunas-tunas baru dalam jumlah ribuan bahkan jutaan tunas, selanjutnya diakarkan menjadi planlet. Proses ini disebut organogenesis atau dikena juga dengan istilah mikropropagasi.

Cara lain yang dapat ditempuh adalah pembentukan embrio tanpa melalui persilangan, disebut embrio somatik yang umumnya dapat diinduksi dari jaringan vegetatif misalnya potongan daun. Proses pembentukan embrio somatik disebut embiogenesis somatik. Sifat genetik individu yang berkembang dari embrio genetik ini identik dengan sifat genetis tanaman yang digunakan sebagai sumber potongan jaringan yang dikulturkan. Hal tersebut dengan embrio (biji) yang pembentukannya melibatkan organ seksual atau persilangan antar induk jantan dan betina sehingga sifat genetis individu hasil silangan merupakan gabungan kedua sifat induknya.

Planlet dari dalam tabung perlu dipersiapkan sebelum dipindahkan ke lapangan melalui tahapan penyesuian terhadap lingkungan luar yang disebut aklimatisasi. Dalam tahapan ini planlet yang terbiasa mendapatkan pasokan hara secara optimum dari dalam medium pot dengan hara agak berkurang. Di samping itu pencahayaan, suhu, dan kelembaban udara disesuaikan dengan lingkungan luar secara bertahap mirip dengan kondisi pembibitan. Hal ini akan memaksa planlet melakukan kehidupan secara mandiri, yakni memproduks bahan makanannya melalui fotosintesis dan memperkuat struktur tubuhnya agar tahan terhadap tekanan lingkungan luar. Planlet dengan penampilan yang cukup meyakinkan mampu bertahan hidup dengan baik di lapangan (Nurhaimin-Haris & Nurita Toruan-Mathias).

(Sumber: Warta Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan, Tahun 1 Nomor 1, Desember 1995)

Untuk informasi lebih lanjut hubungi Warta Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan Jln. Taman Kencana No. 1. Bogor 16151 – Indonesia. Telp (0251) 324048/327449

Senin, 14 Juli 2008

IMUNISASI BIBIT PANILI MENYELAMATKAN PRODUKSI

Tanaman panili perlu imunisasi? Bila ingin berhasil dalam produksi, cara ini layak dilakukan. Bahan imunisasinya telah tersedia.

Salah satu kendala dalam membudidayakan panili adalah gangguan penyakit busuk pangkal batang panili (BPP) yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporus sp. vanillae (Fov). Penyakit ini terutamanya menular melalui stek yang digunakan sebagai sumber bahan tanaman. Oleh sebab itu, menggunakan bibit yang bebas Fov merupakan kunci pengendalian penyakit.

Saat ini Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (dan tentunya juga melalui CV. Meori Agro, red) berhasil mengembangkan bibit panili yang telah diimunisasi. Selain menjadi bebas Fov, bibit yang telah diimunisasi tahan terhadap penyakit BBP. Bibit panili menjadi tahan terhadap penyakit BBP setelah diimunisasi dengan F. oxysporum non-patogenetik asal tanaman panili sehat (FoNP).

FoNP adalah jamur yang tidak bersifat patogen pada tanaman dan apabila diinokulasi pada tanaman panili menyebabkan sifat ketahanan dalam panili menjadi aktif sehingga infeksi Fov bisa digagalkan. Hal ini mirip dengan bayi yang diimunisasi supaya tahan terhadap penyakit. FoNP merupakan jamur asli Indonesia yang diperoleh dari suatu proses seleksi sehingga didapatkan galur yang efektif.

Formula FoNP Galur F10A-M dan Aplikasinya
Untuk memudahkan pemakaian di lapang, galur F10A-M dibuat dalam bentuk formulasi siap pakau. Ada tiga jenis produk formulasi, yaitu:
1.BIO-FOB, produk berbentuk tepung, mengandung 106 spora FoNP pada setiap ml formula
2.BIO-FOB EC, produk berbentuk cair, mengadung 105 - 106 spora FoNP setiap ml formula
3.Organo -FOB, produk berbentuk seperti kompos, mengadung 105 - 106 spora FoNP setiap gram formula.

Dalam bentuk formula, FoNP dapat bertahan hidup selama 1 tahun, bahkan pada formula Organik-FOB jumlah cenderung bertambah.

Cara untuk memperoleh stek batang yang bebas patogen BBP adalah sebagai berikut:
1.Stek batang sampai 2-5 ruas dipilih dari tanaman yang tidak menunjukkan gejala BBP.
2.Stek dicelupkan dalam BIO-FOB EC selama 30 – 60 menit
3.Stek kemudian ditanam pada tanah yang telah dicampur dengan Organik-FOB atau BIO-FOB WP.
4.Setelah bibit berumur 3 bulan siap ditanam di lapang.


(Kiri) stek yang diinduksi dengan Fo.NP dengan metoda dipping (Kanan) stek tidak diinduksi (kontrol)


Bibit yang telah diimunisasi dengan FoNP akan mengandung FoNP dalam jaringan tanamannya tanpa menimbulkan gejalan kelainan, kecuali tanaman cenderung tumbuh lebih subur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FoNP ditemukan dalam jaringan tanaman setelah 6 bulan imunisasi.

Keunggulan Komperatif FoNP
FoNP dapat berkembang dan bertahan hidup dalam jaringan tanaman, sehingga dapat berfungsi optimal dengan mikroba lain. Ia tidak memiliki struktur istirahat yang disebut klamidospora. Bentuk istirahat ini dapat bertahan hidup lama di alam dalam kondisi ekstrim. FoNP melindungan tanaman dengan 3 cara, yakni 1) dapat berkompetisi dalam hal nutrisi dengan patogen, 2) melindungi bagian tanaman yang luka sehingga patogen sulit masuk, dan 3) mengaktifkan sistem ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen.

FoNP memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit Fusarium pada tanaman tomat dan pisang. Sebagai agen hayati, FoNP dapat diandalkan untuk mengendalikan penyakit akibat Fusarium, dan merupakan komponen potensial dalam mengembangkan usaha tani organik (sumber: Biofob) .

SUMBER BENIH KELAPA SAWIT DI LUAR NEGERI

Di bawah merupakan beberapa sumber kelapa sawit di luar negeri.
PNG
Dami OPRS
E-mail: Mmaiap@nbpol.com.pg
Fax: (675) 9854 130
Phone: (675) 9854 032

Kolombia
Dami-Las Flores
E-mail: damilasflores@haciendalasflores.com
Fax: (57-5) 344 1799
Phone : (57-5) 5747331 / 5747332 / 5742302

Malaysia
FELDA
Wisma FELDA, Jalan Perumahan Gurney, 54000 Kuala Lumpur.
Tel: 03-2693 5066 Fax: 03-2692 0087

(Daftar lengkap sumber benih kelapa sawit di luar negeri ada dalam e-file kelapa sawit, termasuk juga tata cara pemesanan benih impor)

Kamis, 10 Juli 2008

INDONESIA AKAN SEGERA MEMILIKI KEBUN KOLEKSI PLASMA NUTFAH


Indonesia akan segera memiliki kebun koleksi plasma nutfah. Kebun tersebut akan diisi berbagai koleksi plasma nutfah kelapa sawit milik lembaga pemuliaan/sumber benih yang ada di Indonesia. Serta tanaman hasil introduksi atau eksplorasi dari luar negeri.

Kebun ini akan dibangun di atas tanah seluas 1.000 ha yang ada di Kabupaten Sijunjung . Penanaman awal akan diisi aksesi tanaman hasil eksplorasi dari Kamerun yang dilakukan oleh Dewan Minyak Sawit Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan pada bulan Maret 2008 yang lalu.

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia tertinggal dari Malaysia terkait pembangunan kebun plasma nutfah. Saat ini, negara jiran tersebut telah memiliki kebun koleksi seluas 500 ha, sedangkan Indonesia belum memiliki. Padahal keberadaan kebun tersebut sangat dibutuhkan untuk mendukung aktivitas pemuliaan tanaman kelapa sawit.

Oleh sebab itu Direktur Jenderal Perkebunan menegaskan bahwa pembangunan kebun koleksi ini harus sudah dimulai tahun ini. Diharapkan tahun 2009 kebun ini sudah bisa dibuka. Sedangkan untuk biaya pembangunan kebun tersebut akan ditanggung oleh Departemen Pertanian.

Pernyataan ini disampaikan dalam pengarahan pada Lokakarya Kajian Koleksi Sumber Daya Genetis yang dilaksanakan di Kanpus Deptan tanggal 9 Juli 2008 yang dihadiri oleh para pelaku benih kelapa sawit nasional.

Terkait dengan upaya pembangunan kebun koleksi Bupati Sijunjung, Darius Apan, mengatakan bahwa Pemda siap mendukung penyediaan lahan. Dimana lahan yang nantinya akan digunakan adalah milik masyarakat yang telah dibeli oleh pemerintah. Disamping itu Pemda juga akan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti jalan, jembatan, sekolah dan fasilitas kesehatan.

Namun diharapkan keberadaan kebun ini berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Mengingat Kabupaten Sijungjung termasuk salah satu daerah tertinggal.

Plasma nutfah kelapa sawit tersebar di beberapa lembaga riset dan produsen benih. Antara lain Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfin Indonesia, PT PP London Sumatra, PT Dami Mas Sejahtera, PT Tunggal Yunus Estate dan PT Bina Sawit Makmur, PT Tania Selatan, serta beberapa calon produsen benih kelapa sawit lain.

Untuk plasma nutfah PPKS sebagian besar berada di kebun HGU milik PT. Perkebunan Nusantara IV dengan status pinjam pakai. Sedangkan kebun plasma nutfah kelapa sawit lainnya berada dalam pengelolaan lembaga swasta nasional dan swasta multi nasional (PPKS, 2007).

Resiko yang dihadapi saat ini adalah kelestarian plasma nutfah kelapa sawit di Indonesia sangat rentan. Tidak terjamin dan sewaktu-waktu bisa terancam punah. Padahal pengadaan plasma nutfah tersebut, yang dilaksanakan melalui cara pertukaran dan pembelian, telah menghabiskan biaya yang sangat besar dan waktu yang sangat panjang.

Keberadaan kebun koleksi ini diharapkan mampu melestarikan dan mendorong peningkatan keragaman plasma nutfah di Indonesia. Dan koleksi ini nantinya akan dimanfaatkan oleh para pemulia sawit di Indonesia untuk merakit bahan tanam dengan karakter lebih spesifik.

Dari pemanfaatan sumber daya genetik yang ada di Indonesia dihasilkan 33 varietas kelapa sawit unggul yang dimiliki oleh 8 sumber benih di Indonesia. Serta untuk kapasitas produksi benih unggul nasional mencapai 167 juta butir kecambah per tahun.
(Sumber: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi)

Rabu, 09 Juli 2008

APA YANG TELAH DILAKUKAN LEMBAGA PEMULIA DAN PARA BREEDER SAWIT


Benih kelapa sawit bermutu yang tersedia dan telah digunakan para konsumen dihasilkan melalui proses yang tidak mudah. Untuk dapat menghasilkan benih berkualitas unggul membutuhkan proses selama bertahun-tahun.

Benih kelapa sawit unggul yang digunakan saat ini adalah benih hibrida (Tenera). Merupakan persilangan antara Dura dengan Psifera. Dura merupakan jenis sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.

Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% (wikipedia, 2008).

Untuk menghasilkan jenis Tenera yang berkualitas inilah diperlukan jasa para breeder. Mereka menyilangkan berbagai jenis Dura dengan Psifera untuk menghasilkan tenera yang unggul. Semakin beragam jumlah dan jenis Dura dan Psifera yang tersedia maka semakin besar kemungkinan dihasilkan tenera dengan karakteristik yang diminati (produktivitas tanaman tinggi, hasil CPO tinggi dan tahan terhadap hama penyakit)

Mendukung usaha para breeder tersebut, lembaga pemulia di Indonesia mendatangkan berbagai jenis tanaman kelapa sawit dari sejumlah negara untuk nantinya disilangkan. Sejak 1884 hingga 2008 telah dilakukan beberapa kali introduksi dari berbagai negara seperti Kamerun, Zaire, Nigeria, Costarica, dsb (tabel di bawah).



Namun setelah tanaman untuk persilangan tersedia apakah serta merta akan dihasilkan tenera yang unggul? Tentu tidak. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan varietas tenera cukup lama, bertahun-tahun. Bahkan untuk mendapatkan varietas yang unggul memerlukan waktu puluhan tahun. Karena tidak ada yang dapat meramalkan,termasuk para breeder, ekspresi genetis yang bakal dihasilkan dari tanaman hasil persilangan.

Seperti halnya pengalaman PT. Bakti Tani Nusantara yang berlokasi di Pulau Kundur dan Pulau Buru, Tanjung Balai Karimun, Kepri yang baru saja ditetapkan sebagai sumber benih kelapa sawit. Introduksi tanaman induk dari Malaysia telah dilakukan sejah tahun 1996, namun varietas unggul yang dihasilkan baru dapat digunakan pada tahun 2008 ini. Artinya para breeder di sumber benih tersebut memerlukan waktu 12 tahun untuk menghasilkan varietas sawit yang layak diedarkan kepada masyarakat sejak introduksi.

Tidak hanya itu, tanaman hasil persilangan perlu diuji lebih lanjut. Apakah tanaman itu kemudian tetap akan memiliki kualitas unggul jika ditanam di luar kebun percobaan.

Intinya untuk menghasilkan benih dengan kualitas seperti yang dinikmati oleh para konsumen benih saat ini diperlukan usaha bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun. Hasil saat ini dapat dicapai tidak lepas dari jasa para breeder untuk menghasilkan bahan tanam yang unggul.

Oleh sebab itu wajar jika harga benih bermutu dijual relaif mahal apalagi jika dibandingkan dengan benih asalan. Harga benih bermutu berkisar antara Rp. 4.000, - s/d Rp. 10.000,-. Berbeda dengan benih asalan yang dijual seharga Rp. 2.000,- bahkan lebih rendah. Karena di dalam harga benih unggul sudah tercakup insentif yang akan dibayarkan kepada para breeder.

Oleh sebab itu, dengan membeli benih unggul dalam negeri kita telah turut menghargai jerih payah para breeder kita. Karena apa yang mereka kerjakan tak lain untuk memberikan manfaat yang besar bagi "Anda" para pengguna benih.

Minggu, 06 Juli 2008

TIPS MEMILIH BUAH UNTUK BENIH JARAK PAGAR

Buah yang akan diambil biji untuk dijadikan benih harus terpilih dan memiliki kualitas yang baik. Adapun tips untuk memilih buah yang tepat untuk biji adalah sebagai berikut.

Langkah pertama, ambil buah dari pohon induk terpilih dengan kriteria 200 buah per tanaman (2 tahun) atau lebih dari 300 buah (3 tahun)

Langkah kedua, pilih buah yang berwarna kuning, seperti gambar di bawah



Langkah ketiga,pilih buah yang memiliki biji berkilat, seperti gambar di bawah


Langkah Keempat, coba ambil sampel biji kemudian tekan dengan kuku. Jika biji mengeluarkan minyak maka biji tersebut dapat dijadikan benih. Biji yang dipilih juga tidak cacat dan bebas dari hama penyakit.

(Sumber: Direktorat Perbenihan dan SP)

Rabu, 02 Juli 2008

JANGAN BIARKAN RAKYAT TERJEPIT DEFISIT BIBIT KARET


Harga minyak mentah yang tinggi membuat produksi karet sintetis tidak lagi efisien. Industri kembali melirik karet alam sebagai bahan baku. Harga karet alam pun melonjak. Petani bergairah dan ingin meremajakan tanamannya, yang sebagian besar ditanam pada kurun 1970-1980-an. Namun, peremajaan serentak justru menimbulkan ancaman baru. Kita defisit bibit unggul!

Pemerintah harus segera menyusun rencana strategis khusus untuk mengatasi defisit bibit. Dari 3,2 juta hektar tanaman karet di Indonesia, 2,7 juta hektar di antaranya merupakan milik rakyat.

Terdapat 2,5 juta keluarga atau 11 juta jiwa yang menggantungkan hidupnya pada komoditas ini. Kita memiliki prospek yang sangat cerah dari perkebunan karet.

Namun, sebagian besar dari kebun karet rakyat sudah tidak produktif lagi karena usia. Harga karet alam yang rata-rata 2 dollar AS per kilogram, dengan rekor tertinggi 2,8 dollar AS pada Mei-Agustus 2006, telah memotivasi petani.

Mereka ingin meremajakan kebunnya yang kini hanya berproduksi sekitar 700 kilogram per hektar per tahun. Produktivitas tersebut terendah di Asia, sedangkan produktivitas kebun karet di Thailand mencapai 1,8 ton per hektar.

Harga yang baik mendorong petani untuk meremajakan kebunnya secara swadaya. Pemerintah pun, yang telah melihat prospek sektor agrobisnis, sudah tergerak untuk meremajakan kebun rakyat.

Departemen Pertanian akan meremajakan 250.000 hektar tanaman sampai 2009. Kemudian, ada juga program perluasan 50.000 hektar sampai kurun waktu yang sama.

Sedikitnya Rp 2 triliun dianggarkan negara untuk mendukung program ini. Pada saat yang sama, pemerintah daerah sentra produksi karet, seperti Sumatera Selatan dan Jambi, pun berniat meremajakan 40.000 hektar kebun karet rakyatnya.

Menurut Direktur Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) Didiek Hadjar Goenadi, program peremajaan yang berjalan serentak ini akan menimbulkan persoalan pada pasokan bibit unggul bersertifikat.

Dari kebutuhan 70 juta bibit setiap tahun, produsen dan penangkar bibit karet nasional baru mampu menghasilkan 50 juta bibit. Pusat Penelitian Karet berupaya terus meningkatkan produktivitasnya lewat program waralaba penangkaran.

Namun, upaya ini belum banyak membantu karena sulit menemukan penangkar andal yang mampu memproduksi sedikitnya 1 juta bibit per tahun.

Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian sebenarnya juga sudah membuat kebun bibit untuk memenuhi lonjakan kebutuhan.

Sedikitnya 587,5 hektar kebun bibit direncanakan terealisasi sampai tahun 2010. Jika diasumsikan setiap hektar menghasilkan 30.000 bibit, akan diperoleh 17,625 juta bibit sampai tahun 2010.

Meski sudah ada persiapan, pemerintah tidak boleh lagi berleha-leha. Mau tidak mau, pemerintah harus kerja lebih keras meningkatkan produksi bibit bersertifikat resmi untuk memenuhi melonjaknya permintaan.

Pakai Dana Revitalisasi
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo mengatakan, pemerintah sebaiknya memakai dana revitalisasi karet untuk penyediaan bibit.

Tujuannya, agar petani dapat langsung menanami kebunnya seusai menebang pohon karet tua dan membersihkan lahannya. Kesulitan memperoleh bibit tentu merugikan petani.

Selain lahannya tidak produktif, mereka juga rugi karena telah kehilangan produksi dari pohon yang ditebang. "Petani sangat membutuhkan kepastian persediaan bibit bersertifikat resmi," ujar Suharto.
Jika pemerintah tidak bergerak cepat, yang terjadi adalah Indonesia kehilangan kesempatan untuk tetap menguasai pasar karet alam internasional.

Saat ini saja, salah satu importir karet alam terbesar dunia, China, sudah mulai melirik Laos, Myanmar, dan Kamboja, yang berada di sepanjang Sungai Mekong, untuk berinvestasi perkebunan karet.

Negeri tirai bambu ini sadar, mereka tidak mungkin selamanya bergantung pada impor karet alam. Diperkirakan 25 tahun mendatang, China sudah memiliki 3 juta hektar kebun karet.

Mulai terjunnya China ke perkebunan karet sebenarnya merupakan indikasi semakin prospektifnya komoditas ini.

Kelambanan pasokan bibit unggul bersertifikat resmi hanya akan membuat Indonesia kehilangan potensi pasar ekspor. Pasar karet alam yang prospektif, selain Eropa dan Amerika Serikat, adalah China dan India.

Peluang Indonesia
Sekretaris Jenderal The International Rubber Study Group (IRSG) Hidde P Smit pada Konferensi Karet II di Hainan, China, 19-22 Maret 2007, memperkirakan, konsumsi karet alam dunia masih terus tumbuh.

Bahkan, pada 2009, laju konsumsi diperkirakan telah menyalip produksi. Pada tahun 2007 dunia akan mengonsumsi sekitar 9,351 juta ton dari produksi 9,583 juta ton karet alam.

Kemudian pada tahun 2008, konsumsi mencapai 9,845 juta ton dari produksi 9,847 juta ton. Sementara itu, pada 2009 konsumsi sudah mencapai 10,393 juta ton dari produksi sebesar 10,162 juta ton.

Sekarang Indonesia harus segera meremajakan kebun karet. Thailand sebagai produsen utama dunia saat ini sudah sulit menggenjot produksinya secara drastis 3,7 juta ton pada lahan seluas 2,3 juta hektar. Indonesia berpeluang untuk menjadi produsen utama karet alam dunia tahun 2020 dengan produksi 4 juta ton (Sumber: BUMN Online).