;

Selasa, 26 Agustus 2008

INDONESIA BERUPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN BENIH TEMBAKAU VIRGINIA MELALUI PRODUKSI DALAM NEGERI


Indonesia tengah menjajaki kemungkinan memproduksi benih tembakau virginia di dalam negeri. Di masa yang akan datang Indonesia tidak lagi mengimpor benih dari Brazil atau negara Amerika Selatan. Karena negara tersebut disinyalir belum bebas dari microcyklus ulei, penyebab penyakit Hawar Daun Hevea Amerika Selatan yang berbahaya bagi tanaman karet Indonesia.

Untuk mewujudkan hal tersebut materi induk coba didatangkan dari Profigent, produsen benih virgina asal Brazil. Pemerintah telah mengundang pihak Frofigen untuk datang ke Indonesia.

Pada kunjungan di Bulan Juli 2008 yang lalu, pihak Frofigen telah berkunjung ke Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk melihat kemungkinan produksi benih tembakau virginia di wilayah tersebut. Dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menyediakan lahan seluas 50 ha untuk kegiatan produksi benih tersebut serta laboratorium untuk pengujian.

Untuk mendatangkan materi induk dan biaya tenaga ahli disepakati akan ditanggung bersama oleh para pabrik rokok. Model kerjasama antara Frofigen dengan pihak pengembang sumber benih tembakau di Indonesia dalam dalam bentuk waralaba. Dimana setiap penjualan benih tembakau virginia yang di produksi di Indonesia, Frofigen akan mendapatkan insentif royaliti.

Namun pihak Frofigen masih berhati-hati dalam menanggapi penawaran tersebut. Hal ini karena sebelumnya pihak Profigent pernah mengalami kerjasama yang yang tidak mengguntungkan dengan China menggunakan sistem yang sama. Oleh sebab itu Frofigen akan mempelajari lebih lanjut segala ketentuan yang berlaku di Indonesia. Khususnya menyangkut perlindungan hukum terhadap hak cipta atau kekayaan intelektual.

Jika kemudian Frofigen menolak melakukan kerjsama waralaba dengan pihak Indonesia, maka penyediaan benih vignia akan dicoba diperoleh dari negara ketiga, (non-Amerika Selatan). Atau digantikan dengan tembakau jenis lain yang diproduksi dalam negari maupun asal negara lain bukan Amerika Latin.

Tembakau viginia merupakan bahan baku rokok kretek dan rokok putih, dengan komposisi blending 70 % rokok putih dan 25-30 % rokok kretek. Dalam 5 tahun terakhir penanaman tembakau virginia di Indonesia mencapai luas rata-rata 31.976 ha, dengan produksi rata-rata untuk 5 tahun terakhir 45.228 ton.

Ciri tembakau virginia antara lain memiliki krosok berwarna kuning cerah atau orange, kadar gula tinggi, kadar nikotin sedang, aromanya halus dan khas. Menurut Murdiyati (1997) tembakau virginia yang baik memiliki kadar gula 15-22 %, nikotin 1,5 -3 %.

Di mata produsen rokok, tembakau virgina memiliki kualitas cita-rasa khas yang disukai konsumen. Pengantian tembakau virgnia dengan jenis tembakau lain akan merubah kualitas rokok nasional. Pelarangan impor benih tembakau virginia masuk ke Indonesia tentu menjadi hal yang tidak menguntungkan bagi produsen rokok.

Tidak ada komentar: