;

Sabtu, 08 November 2008

PENGEMBANGAN METABOLIT SEKUNDER ASAL TANAMAN DAN STRATEGI PENGGUNAAN SEBAGAI PESTISIDA NABATI


Dalam kaitan dengan pengendalian OPT, aspek yang perlu disimak secara seksama adlah peran ”senyawa penghubung” ini (infochemicals) dalam mengatur pertumbuhan populasi dan musuh alami. Konsep ini kemudian juga berkembang menjadi konsep three-trophic-level yang percaya bahwa tumbuhan juga mengatur populasi musuh alami.

Semiokimia dapat dimanfaatkan untuk pengendalian serangga hama dalam lingkungan PHT. Dari tumbuhan, hewan dan mikrob, semiokimia dikelompokkan lagi menjadi feromon dan alelokimia. Alelokimia dikelompokkan lagi menjadi alomon, kairomon, dan sinomon, antibiotika dan mikroba.

Dampak alelokimia pada ekodinamika tumbuhan dengan serangga
1) Alomon : menolak makan, menolak menelan, menghambat reproduksi, menghambat ganti kulit, menghambat enzim proteae. menghambat enzim respirasi 2) Kairomon : menari musuh alami 3) Sinomon : saling menarik dan 4) Feromon : mengacaukan perkawinan

Pencarian senyawa kimia baru dari tumbuhan, mikroba dan hewan akan terus dilakukan sejalan dengan teknologi analisis kimia yang semakin canggih. Eludisasi struktur kimia dari senyawa-senyawa kimia produk alami terus berkembang. Studi biokomia untuk mencari target dari senyawa kimia juga. Eludisasi struktur kimia dan penemuan target kerja senyawa alomon akan terus merangsang sintesis senyawa insektisida baru.

Telaah dan pencarian senyawa bersifat kairomon terus ditingkatkan, termasuk dampaknya pada perilaku mencari inang dari musuh alami. Senyawa alomon yang terus ditelaah untuk dikembangkan menjadi insektisida adalah senyawa yang bersifat menolak makan, menolak oviposisi, menghambat enzim, menghambat kerja neurotransmiter, mengganggu pertumbuhan (kairomon) dan mengganggu proses pencernaan. Feromon baru akan terus dicari dan disintesis. Penelitian dan pencarian genpengatur produksi alomon akan terus dilakukan untuk pengembangan tanaman transgenik tahan serangga.

Teknologi

Adanya potensi dari senyawa metabolik sekunder sebagai insektisida telah mendorong pengembangannya ke segala arah. Bidang inipun tidak liput dari pengembangan secara bioteknologi. Salah satu pendekatan adalah identifikasi gen pengendali produksi senyawa bioaktif ini dan berusaha untuk menyisipkan pada tanaman ekonomi.
Keberhasilan tanaman jagung dan kapas yang telah disisipi gen dari B.t. (Bacillus thuringiensis) telah memacu pemikiran kearah tanaman transgenik yang mampu menghasilkan senyawa pertahanan terhadap serangga.

Senyawa lain diminati adalah penghambat enzim proteinase paada serangga, khitin dan senyawa yang dapat menginduksi produksi senyawa metabolit sekunder. Trikhoma yang dapat menyebaerkan ketahanan pada tumbuhan telah pula mendapat perhatian dalam kaitan dengan tanaman transgenik.

Produksi senyawa metabolit sekunder untuk insektisida telah diusahakan lewat kultur jaringan seperti nimba, piretrum dan akar tuba. Perhatian telah diutamakan pada senyawa hormon serangga, penghambattransmisi syaraf dan kairomon.

Penemuan dari kegiatan elusidasi kimia senyawabioaktif merupakan modal utama untuk sintesis insektisida dalam skala industri dan saat ini hasilnya telah memasuki pasar.

Suatu teknologi juga telah dikembangkan berupa sistem polikultur dengan komponen tanaman yang memiliki senyawa volatil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa senyawa volatil dapat menurunkan reproduksi serangga. Sintesis feromon terus berkembang atas dasar penemuan feromon baru ataupun cara sedikit memodifikasi senyawa yang mirip feromon (sumber: Bio-Fob).

Tidak ada komentar: