;

Selasa, 07 Oktober 2008

IMPOR BENIH DIUTAMAKAN UNTUK PERKEBUNAN RAKYAT


Sampai bulan Juli tahun izin impor benih sawit yang masuk sudah mencapai 36,7 juta benih sehingga sisanya tinggal 28 juta. Untuk mencari sumber benih impor baru Dirjen Perkebunan berasama pakar-pakar pemulian sawit baik dari PPKS dan Forum Komunikasi Perusahaan Perbenihan mengadakan kunjungan ke Thailand dan Malaysia. Achmad Mangga Barani, Dirjen Perkebunan menyatakan hal ini.

Di Thailand yang dikunjungi adalah Univanich Palm Oil Public Company, anak perusahaan Unilever, di Krabi dekat Phuket. Hasil penilaian menunjukkan Univanich hanya mampu menyeediakan benih tidak lebih 10 juta. Perusahaan ini sudah mengekspor benih ke India, Afrika dan Vietnam. Kalau disetujui mereka juga akan ekspor ke Indonesia tetapi jumlahnya terbatas hanya 2-3 juta saja. Mereka tidak mampu mengekspor ke Indonesia lebih banyak lagi. Impor benih ini diutamakan untuk keperluan perkebunan rakyat. PT Agricinal yang selama ini banyak berkecimpung di plasma ditunjuk jadi mediator benih impor untuk perkebunan rakyat. Agricinal bukan agen tunggal, yang boleh mengimpor hanya perusahaan perkebunan, tidak ada pedagang benih sawit impor. Dalam izin impor ada ketentuan benih tidak boleh diperjualbelikan

Sedang di Malaysia yang dikunjungi adalan kebun milik Sasaran Ehsan Utama Sdn Bhd. Disana tim melihat mulai dari kebun induk, proses perkecembahan, dan hasil progeny tesnya. Perkebunan ini juga punya petani plasma sehingga diyakini benihnya bisa digunakan untuk keperluan Indonesia. Sebagai penghasil benih perusahaan ini sudah disahkan oleh pemerintah Malaysia, dengan akta dari lembaga sawit Malaysia beserta nomor lisensinya, juga sudah mendapat lisensi product certification dari Ciren. Masalah legalitas ini sangat penting dan menjadi pertimbangan utama sebelum membolehkan benih dari kebun itu masuk ke sini.

Sekarang di Indonesia ada segelintir orang yang mempopulerkan benih bagus dari Malaysia bernama super gen. Hasil kunjungan ke sana menunjukkan ternyata benih ini tidak ada di sana, pemerintah setempat juga tidak merekomendasi benih ini. “Kalau ada informasi soal-soal seperti ini kita harus cek apakah ada legalitas dari negaranya” kata Pak Mangga.

Ehsan Mandiri ini pegawainya hampir semua orang Indonesia. Di Indonesia mereka sudah mengadakan kerjasama dengan Mekarsari dengan nama PT Sasaran Ehsan Utama Mekarsari. Kebun induk yang ada di Malaysia sekarang sudah ada di Mekarsari, Malah pohon induk di Mekarsari sudah mencapai 1200 pohon induk, jauh lebih banyak ketimbang yang ada di Malaysia. Mekarsari akan menanam 300 ha, sekarang yang sudah ditanam mencapai 50-100 ha, sisanya masih di polybag. Mekarsari juga sudah siap dengan laboratorium dan prosesing unit.

Tahun 2010 Mekarsari sudah bisa produksi benih sendiri karena pohon induk sudah dilakukan polinasi. Sekarang pohonya sudah berumur 2 tahun lebih. Metode yang dilakukan Mekarsari ini dinamakan replikasi dari induk sama.. Penanganan di Mekarsari jauh lebuh baik ketimbang di Kuala Lumpur. Dan tentunya Mekarasari jumlah bibit yang akan dihasilkan jauh lebih besar jumlahnya, karena Malaysia kebun induknya hanya berisi 600-700 pohon. Di Mekarsari sekarang ada 1200 pohon dan mereka sedang negoisasi untuk memasukkan tambahan. Upaya mereka pindahkan sumber benih itu sangat bagus sebab membawa bahan induk tanaman dan teknologinya. Di sana yang mengawininkan juga orang Indonesia, TKI yang bekerja disana dengan cara ini kembali lagi ke Indonesia. Mereka merantau karena tidak ada pekerjaan, kalau ada pekerjaan mereka pulang.....(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Media Perkebunan Edisi 66)

(Tersedia informasi lengkap tentang impor benih; mulai dari alamat sumber benih, tata cara impor, daftar kelengkapan administrasi dan form-form yang isian dalam bentuk CD e-file sawit)

Tidak ada komentar: