Nama klon karet pada dasarnya adalah singkatan dari nama tempat, badan atau lembaga penghasil klon tersebut. Mungkin banyak dari Anda, pelaku-perlaku perkaretan di Indonesia, yang tidak mengetahuai arti di balik klon tersebut. Oleh sebab itu, sekedar untuk pengetahuan, ada baiknya kita mengupas arti di balik jenis klon karet yang sering digunakan.
AVROS Algemene Vereniging Rubber Planters Oostkust Sumatra
BPM Balai Penelitian Medan
PB Prang Besar
GT Gondang Tapen
PR Proefstation voor Rubber
IRR Indonesian Rubber Research
RRIC Rubber Research Institut of Ceylon
RRIM Rubber Research Institut of Malaysia
Tjir Tjirandji
WR Wangon Redjo
Senin, 30 Juni 2008
Kamis, 26 Juni 2008
FENOMENA UNIK
Mengapa kelapa sawit di Kamerun banyak yang anak daunnya habis dan tinggal lidi? Apakah ini disebabkan hama berbahaya?
Itu terjadi bukan karena hama berbahaya, tetapi karena ribuan burung “gendarm” (sejenis tempua) mengambil daun pohon kelapa sawit ini untuk membuat sarang.
(Foto: Bahan Presentasi Tim Germplasm Exploration)
MODUS BARU PENYEBARAN BENIH KELAPA SAWIT PALSU
Strategi penyebaran benih palsu semakin canggih. Hal ini terbuktikan dari munculnya modus baru penyebaran benih kelapa sawit palsu di Propinsi Sumatera Barat. Benih yang tidak jelas asal usulnya dikemas dengan sangat menarik menggunakan kotak kardus dengan merek “Costarika, DxP, Palm Oil Seed”. Pada kemasan tertera nama distributornya, Rimbah Sawit, Ltd, Johor Sdn Bhd-5000, asal Malaysia. Bahkan dibubuhi dengan stempel dari Pusat Penelitian Malaysia untuk lebih meyakinkan konsumen terhadap keunggulan produk ini.
Benih tersebut dijual dengan harga Rp. 650.000,-/250 butir sedangkan per butirnya dijual 4000. Artinya harga benih per butirnya masih di bawah harga benih legal terendah, milik Pusat Penelitian Kelapa Sawit, yang dijual seharga Rp. 4.500,-/butir kecambah. Benih ini konon telah beredar luas di Kabupaten Damas Raya, Pasaman Barat, Pesisir Selatan. Dan di jual di pasar tradisional atau di toko-toko pertanian.
Menurut Yuzarmin Yusuf, Kepala Balai Pengawalan dan Pengujian Mutu Benih Sumatera Barat, berdasarkan investigasi di lapangan, konon para pedagang menginformasikan kepada pembeli bahwa benih tersebut berasal dari Costarika yang diseludupkan dan dikemas di Malaysia. Dan dijamin kualitasnya tanaman yang bakal dihasilkan cukup memuaskan.
Sehingga dari informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa benih tersebut masuk secara illegal ke wilayah Malaysia dari Costarika. Kemudian masuk secara illegal ke wilayah Indonesia setelah pengemasan. Karena pemerintah Indonesia tidak pernah mengeluarkan izin impor benih untuk diperjualbelikan kembali dan melalui negara perantara.
Tentu dapat diragukan, apakah benar benih tersebut berasal dari Costarika. Jikapun benar, apakah dapat dijamin kelayakannya sebagai bahan tanam. Dan bisa saja benih tersebut sesungguhnya berasal dari Indonesia yang kemasannya dibuat sedemikian rupa seolah diproduksi di luar negeri.
Menurut Yuzarmin Yusuf, terjadinya penyebaran benih palsu dipicu tingginya kebutuhan benih kelapa sawit di Sumatera Barat. Untuk pengembangan atau peremajaan kelapa sawit dari kegiatan APBD kebutuhan bibit mencapai 500.000 batang. Sementara bibit siap tanam baru tersedia sebanyak 200.000 batang. Dan ini belum termasuk kebutuhan benih dari masyarakat. Di sisi lain pengetahuan masyarakat tentang benih bermutu masih terbatas.
Oleh sebab itu para pengguna benih diharapkan lebih waspada. Gap antara kebutuhan benih dan ketersediannya membuka peluang bagi banyak pihak untuk menawarkan benih sawit tidak bermutu dengan berbagai strategi pemasaran. Calon konsumen benih diharapkan tidak mudah tergoda membeli benih yang ditawarkan dengan berbagai embel-embel namun tidak jelas asal usulnya.
Jaminan kualitas benih sawit tidak ditentukan kualitas kemasan atau klaim benih impor. Benih sawit bermutu hanya dapat diperoleh melalui pemesanan langsung ke sumber benih legal yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. Serta mendapatkan sertifikat dari lembaga pengawasan benih tanaman perkebunan sebelum diserahkan kepada konsumen. Tanpa mengacu mekanisme di atas sangat besar kemungkinan benih yang akan diperoleh tidak bermutu alias palsu.
Rabu, 25 Juni 2008
BAHAN UNTUK BIBIT PADA TANAMAN TEBU
Seperti tanaman yang lain, tebu juga ditentukan oleh tanaman bibit yang akan dipilih. Oleh sebab itu harus direncanakan jenis bibit apa yang sesuai dengan tanahnya.
Bibit harus berasal dari stek tebangan atau dari kebun bibit yang telah direncanakan sebelumnya, Bibit yang akan ditanam harus bermutu baik dan jenis unggul.
Adapun bahan untuk bibit dapat digunakan dari bibit pucuk, bibit batang muda dan bibit rayungan.
Bibit Pucuk
Bibit pucuk adalah bibit yang diambil dari pucuk batang yang sudah ditebang, tebu yang sudah berumur 12 bulan. Pucuk yang diambil adalah pucuk yang berwarna hijau, sedangkan yang tidak berwarna hijau dapat dipakai untuk makanan ternak (sapi). Panjang bibit kurang dari 30 cm (2-3 ruas) dengan 2-3 mata. Yang perlu diperhatikan dalam pemotongan stek jangan sekali dekat dengan tunas, apabila pucuk-pucuk mengalami kekeringan perlu direndam dalam air yang mengalir kurang lebih 24 jam. Untuk menghindari bibit terserang penyakit, sebaiknya bekas potongan diolesi dengan ter atau desinfektan (lysol 5 -15%)
Bibit Batang Muda
Bibit batang muda ini harus dari yang masih muda berumur sekirat 5-7 bulan. Pada umur tersebut, mata-mata masih baik dan dapat tumbuh, dengan demikian seluruh batang tebu dapat diambil sekitar 3 stek. Jumlah tiap[ stek 2-3 tunas bibit batang muda.
Bibit Rayungan
Bibit rayungan diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan, berupa stek yang telah tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Setelah tanaman untuk bibit berumur 6 bulan dipangkas pucuknya, kira-kira 2 ruas lalu dibersihkan dari pelepahnya dan daun-daun yang masih membungkus. Kira-kira 2-3 bulan, 2-3 mata pada tunas teratas segera menjadi tunas .Setelah mencapai 25 – 40 cm sudah dapat dipotong.
Dari 1 ha tanaman tebu pembibitan, dengan satu ruas dan satu tunas dapat diperoleh bibit untuk sekitar 8 – 15 ha.
(Disadur dari buku “Bercocok Tanaman Tebu”, diterbitkan oleh Balai Informasi Pertanian Kayuambon Lembang Jawa Barat, Departemen Pertanian)
Bibit harus berasal dari stek tebangan atau dari kebun bibit yang telah direncanakan sebelumnya, Bibit yang akan ditanam harus bermutu baik dan jenis unggul.
Adapun bahan untuk bibit dapat digunakan dari bibit pucuk, bibit batang muda dan bibit rayungan.
Bibit Pucuk
Bibit pucuk adalah bibit yang diambil dari pucuk batang yang sudah ditebang, tebu yang sudah berumur 12 bulan. Pucuk yang diambil adalah pucuk yang berwarna hijau, sedangkan yang tidak berwarna hijau dapat dipakai untuk makanan ternak (sapi). Panjang bibit kurang dari 30 cm (2-3 ruas) dengan 2-3 mata. Yang perlu diperhatikan dalam pemotongan stek jangan sekali dekat dengan tunas, apabila pucuk-pucuk mengalami kekeringan perlu direndam dalam air yang mengalir kurang lebih 24 jam. Untuk menghindari bibit terserang penyakit, sebaiknya bekas potongan diolesi dengan ter atau desinfektan (lysol 5 -15%)
Bibit Batang Muda
Bibit batang muda ini harus dari yang masih muda berumur sekirat 5-7 bulan. Pada umur tersebut, mata-mata masih baik dan dapat tumbuh, dengan demikian seluruh batang tebu dapat diambil sekitar 3 stek. Jumlah tiap[ stek 2-3 tunas bibit batang muda.
Bibit Rayungan
Bibit rayungan diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan, berupa stek yang telah tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Setelah tanaman untuk bibit berumur 6 bulan dipangkas pucuknya, kira-kira 2 ruas lalu dibersihkan dari pelepahnya dan daun-daun yang masih membungkus. Kira-kira 2-3 bulan, 2-3 mata pada tunas teratas segera menjadi tunas .Setelah mencapai 25 – 40 cm sudah dapat dipotong.
Dari 1 ha tanaman tebu pembibitan, dengan satu ruas dan satu tunas dapat diperoleh bibit untuk sekitar 8 – 15 ha.
(Disadur dari buku “Bercocok Tanaman Tebu”, diterbitkan oleh Balai Informasi Pertanian Kayuambon Lembang Jawa Barat, Departemen Pertanian)
PERBANYAKAN TANAMAN TEH
Sebagian besar klon teh yang ada merupakan hasil seleksi pohon induk di berbagai lokasi perkebunan teh di Indonesia di antaranya adalah dari KP. Pasir Sarongge (PS) dan perkebunan teh di daerah Pangalengan. Hasil seleksi pohon induk di KP. Pasir Sarongge diantaranya adalah PS 1, PS 87, PS 125, PS 324 dan PS 354. Klon yang terkenal dari KP. Pasir Sarongge adalah PS 1 yang merupakan salah satu tetua dari klon-klon seri GMB, dari pengamatan peneliti Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung ternyata ada 3 macam klon PS 1, yaitu PS 1a, PS 1b dan PS 1c.
Klon PS 1a merupakan klon PS 1 asli yang merupakan klon anjuran sejak tahun 1955 dan sampai saat ini banyak ditanam pekebun. Klon ini merupakan salah satu tetua dari klon seri GMB yang memiliki ciri bentuk daun lonjong, warna daun hijau muda, permukaan daun kasar bergelombang posisi daun agak tegak, daun tebal, internodia sedang, bentuk peko tegak, bulu daun pada peko banyak. Klon ini mempunyai persentase peko banyak, percabangan baik, batang keras, pertumbuhan setelah pangkas sedang, mudah dipetik (empuk), sangat tahan terhadap penyakit cacar teh.
Klon lain yang terkenal dari KP. Pasir Sarongge adalah PS 324 yang merupakan salah satu tetua dari klon GMB 6 dan GMB 8. PS 324 merupakan klon anjuran tahun 1955 dengan produktivitas yang tinggi akan tetapi mempunyai sifat rentan terhadap serangan penyakit cacar, dari daerah Pangalengan diantaranya telah ditemukan klon Kiara 8, KP 4, Mal 2, Mal 4, Mal 9, Mal 11 dan Cin 143.
Klon Kiara 8 bertipe sinensis, kedudukan daun tegak, warna daun hijau muda, permukaan daun sedikit melengkung, pucuk kecil ringan, klon ini mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, tetapi percabangan yang banyak dan kecil-kecil menyebabkan sulit dipangkas, pada umur pangkas ketiga cenderung membentuk pucuk burung, rentang terhadap penyakit cacar dan mati ujung. Pada kondisi tanah yang kurang subur Kiara 8 cenderung membentuk bunga.
Klon seri GMB merupakan klon generasi kedua karena klon klon ini diperoleh dari seleksi tanaman F1 hasil persilangan yang melibatkan tetua klon generasi pertama, yaitu Cin 143, GP 3, GP 8, KP 4, Mal4, Mal15, PS 1, Kiara 8 dan PS 324, persilangan buatan dilakukan pada tahun 1972. Pada tahun 1974, tanaman F1 dari 47 kombinasi persilangan ditanam dilapangan, setelah dilakukan pembetukan bidang memiliki potensi hasil tinggi dan pada tahun 1979 terpilih 20 perdu yang selanjutnya diperbanyak secara vegatatif.
Pada tahun 1985 mulai dilakukan pengujian multilokasi di 12 lokasi perkebunan di Indonesia, dari pengamatan potensi hasil, kualitas, daya adaptasi dan ketahanan terhadap penyakit cacar terpilih klon Gambung (GMB) 1 sampai dengan GMB 11, klon GMB 1 sampai GMB 5 dilepas pada tanggal 21 April tahun 1988 dengan nomor SK. 260, 267, 266, 265 dan 264 oleh Menteri Pertanian, karena memiliki potensi hasil yang tinggi dan mulai dapat dipetik pada umur 18 bulan.
Klon GMB 6 sampai dengan GMB 11 dilepas pada tanggal 9 Oktober tahun 1998 dengan nomor SK. 684, 684a, 684b, 684c, 684d dan 684e sebagai klon unggul karena mempunyai potensi hasil tinggi, kualitas baik, tahan terhada penyakit cacar.
Klon sari GMB mempunyai tetua yang sama yaitu PS 1 GMB,yaitu GMB 4,GMB 5, GMB 7,GMB10 dan GMB11. merupakan klon-klon yang memiliki hubungan kekerabatan dekat karena berasal dari persilangan Mal2 x PS 1, sehingga memiliki banyak kemiripan yang dapat menyulitkan dalam identivikasi klon. Untuk membedakan antara klon seri GMB dalam pelepasan setiap klon dilengkapi dengan diskripsi.
Perbanyakan dan distribusi bahan tanaman teh bahan tanaman teh unggul dapat berupa ranting stek, stek satu daun dan bibit. Untuk memproduksi bahan tanaman tersebut perlu disediakan kebun induk perbanyakan (mother vegetative) dari setiap klon yang terjamin kemurnianya. Areal kebun yang akan dijadikan kebun induk perbanyakan benih harus diperiksa dahulu untuk menjamin kemurnian klon.
Proses perbanyakan benih dimulai dengan pemangkasan empat bulan sebelum penanaman benih pemeliharaan dimulai dari penyiangan, pemupukan dengan dosis 9092 +15 gr TSP + 45 gr KCC per pohon pertahun, pengendahan hama dan penyakit, penyemprotan Zing Sulfat dengan konsentrasi 1% pada satu bahan sebelum pengambilan ranting stek dan pembuangan peko satu minggusebelum pengembilan ranting stek.
Ranting stek mulai dapat diambil bila 10 cm pangkalnya berwarna coklat. Pengambilan ranting stek dilakukan secara selektif dan bertahap dengan memotong 15 cm diatas bidang pangkas atau dibawah perbatasan ranting yang berwarna coklat dengan hijau kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik ukuran 80 x 50 cm yang tebalnya 0,1mm dan dibawa ketempat yang teduh.
Stek dengan satu daun yang prima adalah stek yang ada dibagian tengah ranting stek dengan warna hijau tua.
Stek yang berwarna coklat dibagian pangkal dan hijau muda dibagian ujung harus dibuang. Pemotongan stek dilakukan 0,5 cm diatas ruas daun dan 5 cm dibawah ruas daun dengan kemiringan 450 . Mata tunas yang lebih dari 5 cm harus dipotong. Stek yang telah dipotong langsung dimasukan kedalam air bersih selama 30 menit dan segera direndam dalam larutan pungisida selama 1 menit.
Selama pemotongan stek hendaknya hanya satu klon agar tidak ada off-tipe. Stek selanjutnya siap ditanam dipembibitan atau dikemas potensi stek setiap perdu adalah tergantung umur pohon induk perbanyakannya.
Untuk pengangkutan yang memerlukan waktu 7 hari, stek dimasukan dalam kantong plastik ukuran 40 x 50 cm yang diberi kapas basah dan diatur setiap kantong berisi 50 stek.setelah diberi label kantong di tutup rapat. Kantong plastik kemudian disusun dalam peti tripleks ukuran 50 x 50 x 40 cm setiap peti dapat berisi 3.000 stek.
Untuk pengangkutan sampai 2 hari stek yang telah dipotong dan direndam fungisida dimasukan dalam kantong plastik ukuran 50 x 50 cm yang diberi kapas 25 gr. Setiap kantong dapat berisi 2.000 stek. Selama pengangkutan kantong plastik dibiarkan terbuka dan tidak ditumpuk.
Proses perbanyakan bibit dapat dilakukan oleh puslit atau penangkaran benih swasta yang dibimbing puslit. Secara teknis pembibitan teh stek satu daun mudah dilaksanakan karena teknologi ini cukup lama dan telah disosialisasikan lewat pertemuan maupun pelatihan. Namun banyak masalah timbul akibat tercampurnya antar klon di pembibitan mulai dari penanaman stek, seleksi bibit, pengangkutan kelapangan sampai penanaman.
Untuk menjamin mutu bibit sebaiknya penangkaran menggunakan tenaga puslit dan agar terjamin tersedianya bibit tepat waktu hendaknya pemesanan telah dilakukan 1 tahun sebelum penanaman.
Kriteria bibit teh siap tanam sebagai dasar penentuan mutu bibit adalah a) keseragaman bibit 30 cm atau jumlah daun minimal 5 helai pada umur 10 bulan b) bibit tumbuh sehat kekar dan berdaun normal c) sistem perakaran baik dan tidak berkalus d) bibit tidak beradaptasi selama 1 bulan.
Selasa, 24 Juni 2008
PEMURNIAN KEBUN ENTRES KARET JAMINAN KUALITAS ENTRES
Permunian merupakan syarat penting untuk menjamin kebun entres dapat menghasilkan entres yang sesuai dengan klon yang ditentukan (murni). Idealnya sebuah petak atau plot kebun entres hanya memiliki 1 jenis klon. Namun ketidakmurnian bisa saja terjadi karena tumbuhnya tunas palsu pada tanaman di kebun entres, tercampur klon lain saat okulasi di pembibitan, bongkar bibit, dan saat tanam. Atau entres yang digunakan sejak awal tidak murni.
Pemurnian dilakukan sebelum kebun entres dipanen atau saat tanaman berumur maksimal 1 tahun. Bila sudah terlanjur dipanen, maka pemurnian dilakukan umur 1 tahun setelah pemotongan. Ketika akan dimurnikan kebun entres dalam kondisi bersih. Pemeliharaan dilakukan sesuai dengan standar teknis budidaya karet dan masing-masing klon ditanam pada plot yang berbeda.
Bagaimanakah pemurnian itu dilaksanakan? Langkah awal adalah mengamati setiap batang berdasarkan ciri-ciri morfologi masing-masing klon. Kemudian tanaman sesuai plot klon dibiarkan namun yang tidak sesuai plot klon termasuk seedlingnya/semaian diberi tanda untuk dibuang/diganti dengan yang sesuai. Penandaan menggunakan cat agar tidak mudah hilang terkena hujan. Setelah pemurnian tanaman yg diberi tanda harus segera dibuang/diokulasi bertingkat sesuai dengan klonnya sebelum entres dipakai.
Permunian sebaiknya dilaksanakan dengan supervisi Pusat atau Balai Penelitian Karet. Dan setelah dimurnikan maka kebun entres tersebut layak memproduksi entres karet.
Untuk informasi lebih lanjut terkait pemurnian kebun entres dapat menghubungi
Balai Penelitian Karet Sembawa
Jl. Raya Palembang - Sekayu Km. 29,
PO Box 1127
Palembang 30001 - Sumatera Selatan
Telp: 0711 - 361793, 367967 Fax: 0711 - 312182
E-mail: irri-sbw@mdp.net.id
Minggu, 22 Juni 2008
KETETAPAN BARU DALAM PEMESANAN BENIH KELAPA SAWIT
Berdasarkan kesepakatan rapat pada tanggal 17 Juni 2008 antara sumber benih dengan Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, ditetapkan perubahan tata cara pendistribusian benih kelapa sawit sebagai berikut:
Benih kelapa sawit untuk kebutuhan perseorangan/masyarakat dibawah 5.000 butir dapat diberikan langsung setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Desa/Kepala Dinas Propinsi/Kabupaten yang membidangi perkebunan (tanpa SP2BKS). Sedangkan bila benih tersebut dalam bentuk bibit dapat diberikan langsung akan tetapi terlebih dahulu harus disertifikasi oleh UPTD yang menangani perbenihan/Balai Besar Perlindungan Perbenihan Tanaman Perkebunan (B2P2TP)/ Instalasi Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (IP2MB) Perkebunan.
Benih kelapa sawit untuk kebutuhan Kelompok tani/koperasi; Program Pemerintah (Revitalisasi,APBD Propinsi/Kabupaten, Plasma) dapat diberikan berdasarkan SP2B-KS yang diterbitkan. SP2B-KS yang dimaksud diterbitkan oleh Dinas Propinsi yang membidangi perkebunan setempat.
Apabila benih yang telah dialokasikan oleh produsen benih untuk kebutuhan pengembangan perkebunan rakyat tidak diambil sampai dengan bulan September maka produsen benih yang bersangkutan dapat menjualnya kepada pihak lain.
Benih kelapa sawit untuk kebutuhan perseorangan/masyarakat dibawah 5.000 butir dapat diberikan langsung setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Desa/Kepala Dinas Propinsi/Kabupaten yang membidangi perkebunan (tanpa SP2BKS). Sedangkan bila benih tersebut dalam bentuk bibit dapat diberikan langsung akan tetapi terlebih dahulu harus disertifikasi oleh UPTD yang menangani perbenihan/Balai Besar Perlindungan Perbenihan Tanaman Perkebunan (B2P2TP)/ Instalasi Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (IP2MB) Perkebunan.
Benih kelapa sawit untuk kebutuhan Kelompok tani/koperasi; Program Pemerintah (Revitalisasi,APBD Propinsi/Kabupaten, Plasma) dapat diberikan berdasarkan SP2B-KS yang diterbitkan. SP2B-KS yang dimaksud diterbitkan oleh Dinas Propinsi yang membidangi perkebunan setempat.
Apabila benih yang telah dialokasikan oleh produsen benih untuk kebutuhan pengembangan perkebunan rakyat tidak diambil sampai dengan bulan September maka produsen benih yang bersangkutan dapat menjualnya kepada pihak lain.
SYARAT PENGAJUAN PERMOHONAN IMPOR BENIH KELAPA SAWIT
Benih kelapa sawit bermutu dapat juga diperoleh dari sumber benih di luar negari (impor). Sumber benih sawit yang sering melayani pesanan benih Indonesia berasal dari Malaysia, Papua New Guinea dan Costarica .
Sesungguhnya tidak ada perbedaan nyata kualitas benih lokal dengan impor. Bahkan benih impor sering menjadi sarana masuknya penyakit tanaman dari luar negeri ke Indonesia. Misalnya, benih asal Costarica memiliki resiko besar membawa penyakit hawar daun yang dapat merusak tanaman karet. Benih asal PNG sempat dilarang beredar di Indonesia karena pernah ditemukan membawa penyakit lethal yellowing yang berbahaya bagi tanaman sawit.
Pertimbangan sejumlah perusahaan Indonesia melakukan impor, karena sumber benih lokal tidak mampu menyediakan benih pada waktu yang diharapkan.
Namun perusahaan/ pihak yang ingin melakukan impor terlebih dahulu mendapat izin dari Pemerintah. Perusahaan atau pihak tersebut harus mengajukan surat permohonan tertulis kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi (contoh form permohonan tersedia di e-file kelapa sawit). Dan pengajuan permohonan tersebut dilengkapi dengan:
1.Izi lokasi penanaman setempat dari Pemerintah setempat
2.Status kepemilikan lahan dari Badan Pertanahan yang dilegalisir
3.Rencana persiapan lahan
4.Surat Keterangan kepastian ketersediaan dari sumber benih yang akan diimpor dari luar negeri dan jadwal pengiriman
5.Surat penyataan bahwa benih kelapa sawit yang akan diimpor tidak tidak akan diperjuabelikan kepada pihak lain dengan menggunakan materai
6.Rekomendasi dari Kepala Dinas yang membidangi perkebunan di Propinsi dan Kabupaten
7.Foto copy NPWP
8.Surat Keterangan Domisili perusahaan
9.Foto copy keterangan terdaftar dari Direktorat Jenderal Pajak
Serta dilampiri Information Required for Seed Introduction (Importation) to Indonesia(contoh form permohonan tersedia di e-file kelapa sawit). Jika permohonan diterima maka perusahaan tersebut dapat mengimpor benih dari luar negeri.
Namun benih impor tersebut tidak secara otomatis dapat masuk begitu saja ke wilayah Indonesia. Benih tersebut masih akan mendapat perlakukan karantina dari Badan Karantina Departemen Indonesia ketika sampai di Indonesia. Tujuannya memastikan bahan tanam tersebut bebas dari organisme dan penyakit tanaman (OPT) yang berbahaya. Setelah dinyatakan aman dan bebas OPT benih baru dapat dipindahkan ke pertanaman milik perusahaan pengimpor.
Selasa, 17 Juni 2008
KLON-KLON UNGGUL KARET PENGHASIL LATEX
Di bawah ini adalah beberapa jenis klon unggul yang memiliki potensi produksi lateks yang cukup tinggi.
Ket.: kg KK/ha/th= kg karet kering/hektar/tahun
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Balai Penelitian Sembawa
Jl. Raya Palembang - Sekayu Km. 29,
PO Box 1127
Palembang 30001 - Sumatera Selatan
Telp: 0711 - 361793, 367967 Fax: 0711 - 312182
E-mail: irri-sbw@mdp.net.id
Ket.: kg KK/ha/th= kg karet kering/hektar/tahun
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Balai Penelitian Sembawa
Jl. Raya Palembang - Sekayu Km. 29,
PO Box 1127
Palembang 30001 - Sumatera Selatan
Telp: 0711 - 361793, 367967 Fax: 0711 - 312182
E-mail: irri-sbw@mdp.net.id
Senin, 16 Juni 2008
BURUNG HANTU SEBAGAI PENGANDALI HAMA TIKUS PADA KELAPA SAWIT
Di Indonesia, pemanfaatan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus pertama kali dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara dan cukup berhasil. Selanjutnya dikembangkan di beberapa wilayah di Propinsi Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan wilayah propinsi lain di Indonesia.
Walaupun jumlah tingkat keberhasilan secara kuantitatif tidak diketahui, namun dirasakan efektif untuk mengendalikan tikus sawah. Adapun keuntungan dari menggunakan burung hantu sebagai pengendali tikus adalah mampu menekan populasi tikus secara ekfektif dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Serta tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar, serta meningkatkan efisiensi waktu petani.
Burung hantu aktif di malam hari, bersembunyi di siang hari, menghuni lubang pohon, atap gedung, juarang atau tebing karang, pohon daerah pertanaman namun tidak pernah dijumpai bersarang di atas tanah. Dapat bersarang pada kandang buatan, dan bisa dikembangkan pada daerah persawahan, lokasi pertanian padi yang disekitarnya banyak pepohonan. Hewan ini tidak bersifat migratori dan umumnya sebagai binatang penetap. Burung hantu mampu terbang sejauh 12 km dan mampu menemukan mangsanya dari jarak 500 m, indera pendengarannya dan penglihatannya sangat tajam pada malam hari.
Pemeliharaan Burung Hantu
Untuk di lokasi yang baru, burung yang dipelihara adalah buruh hantu yang masih muda berumur kurang lebih 1 (satu) bulan. Hal ini dilakukan karena jika yang dipelihara burung hantu yang sudah bisa terbang dikhawatirkan akan hilang. Minimal satu pasang ditempatkan pada gupon (sarang) berada di sekitar lahan pertanaman sawit. Burung hantu yang dipelihara diberi makanan tikus setiap hari agar terbiasa dengan lingkungannya sampai burung hantu tersebut mampu mencari makanannya sendiri. Anak burung hantu baru akan mencari makanananya sendiri setelah berumur 7 minggu.
Bila burung hantu mulai bertelur maka dipersiapkan gupon yang baru sebagai calon sarang baru bagi keturunannya dan pada saat anak burung hantu sudah dapat terbang maka akan memisahkan diri dari induknya dan mencari tempat atau sarang baru sebagai tempat tinggalnya.Pemindahan keturunan baru ke aeral lainnya dapat dilakukan dengan cara seperti tahapan tersebut di atas (Disadur dari liflet “Burung Hantu sebagai pemangsa Tikus yang diterbitkan oleh Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan).
Minggu, 15 Juni 2008
DxP BTN 1, VARIETAS UNGGUL MILIK PT. BAKTI TANI NUSANTARA
Dibawah ini adalah gambaran potensi hasil varietas DxP BTN 1 milik PT. Bakti Tani Nusantara (PT. Btn), perusahaan yang baru saja ditetapkan sebagai sumber benih sawit oleh Direktur Jenderal Perkebunan, berlokasi di Provinsi Kepulauan Riau.
Umur mulai berbunga : 12 bulan
Umur mulai dipanen : 24 bulan
Rerata jumlah tandan (TM 1 – TM 4) : 15
Rerata bobot tandan (TM 1 – TM 4) : 10 kg
Rerata produksi TBS (TM 1 – TM 4) : 156 kg/pohon/tahun
Rerata produktivitas TBS (TM 1 – TM 4) : 24,5 ton/ha/thn
Berat buah : 13,5 gram
Inti per Buah : 6,3 %
Mesokarp per buah : 81,0 %
Minyak per mesokarp : 53,9 %
Rendemen CPO : 30,7 %
Rendemen inti sawit : n.a
Potensi produksi CPO : 6,69 ton CPO/ha/tahun
Potensi produksi PKO : n.a
Tinggi tanaman : 3,4 m (umur 8 th)
Kecepatan pertumbuhan meninggi : 45,2 cm/tahun
Panjang pelepah : 6,3 m (umur 8 th)
Umur mulai berbunga : 12 bulan
Umur mulai dipanen : 24 bulan
Rerata jumlah tandan (TM 1 – TM 4) : 15
Rerata bobot tandan (TM 1 – TM 4) : 10 kg
Rerata produksi TBS (TM 1 – TM 4) : 156 kg/pohon/tahun
Rerata produktivitas TBS (TM 1 – TM 4) : 24,5 ton/ha/thn
Berat buah : 13,5 gram
Inti per Buah : 6,3 %
Mesokarp per buah : 81,0 %
Minyak per mesokarp : 53,9 %
Rendemen CPO : 30,7 %
Rendemen inti sawit : n.a
Potensi produksi CPO : 6,69 ton CPO/ha/tahun
Potensi produksi PKO : n.a
Tinggi tanaman : 3,4 m (umur 8 th)
Kecepatan pertumbuhan meninggi : 45,2 cm/tahun
Panjang pelepah : 6,3 m (umur 8 th)
Jumat, 13 Juni 2008
DEPTAN LEPAS TIGA VARIETAS BARU BENIH SAWIT
Departemen Pertanian melepas tiga varietas baru benih kelapa sawit pada tahun 2008, yaitu DxP Bah Lias 3, DxP Bah Lias 4, dan DxP TN1, sehingga sampai dengan saat ini varietas yang telah dilepas oleh Deptan sebanyak 37 varietas kelapa sawit.
“Varietas DxP Bah Lias 3 dan DxP Bah Lias 4 dihasilkan oleh para pemulia PT. PP London Sumatera Tbk, sedangkan varietas DxP TN1 dihasilkan oleh para pemulia PT. Bakti Tani Nusantara,” kata Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Achmad Mangga Barani dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/5).
Ke-37 varietas tersebut telah dilepas oleh delapan perusahaan diantaranya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebanyak 12 varietas, PT. Socfindo 2 varietas, PT. PP London Sumatera 4 varietas, PT. Dami Mas Sejahtera 5 varietas, PT. Tunggal Yunus Estate 4 varietas, PT. Bina Sawit Makmur 6 varietas, PT.Tania Selatan 3 Varietas dan Pt. Bakti Tani Nusantara sebanyak 1 varietas.
Varietas DxP Bah Lias 3 potensi produksi CPO mencapai 8,5 +_2,67 ton/hektar/tahun, DxP Bah Lias 4 potensi produksi CPO mencapai 8,6+_2,49 ton/hektar/hari sedangkat DxP TN 1 potensi produksi CPO mencapai 6,69+_0,9 ton/hektar/tahun.
Khusus PT.PP London Sumatera dan PT Bakti Tani Nusantara agar segera memproduksi benih dari varietas yang telah dilepas sesuai dengan proses produksi benih yang baik dan memberikan prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat.
Kedepan, riset dan pemuliaan diarahkan untuk menghasilkan varietas yang mempunyai karakter tertentu sesuai tuntutan lingkungan dan konsumen seperti cocok untuk lahan kering, untuk lahan gambut, mempunyai kandungan unsur tertentu seperti beta karoten tinggi, produksi CPO tinggi, umur produksi yang lebih lama, kerapatan pohon yang lebih banyak sehingga efisien terhadap penggunaan lahan dan mempunyai daya saing yang tinggi.
Diharapkan dengan diproduksinya benih tiga varietas baru ini maka kemampuan untuk menghasilkan benih dalam negeri akan bertambah, sehingga pada tahun tahun mendatang tidak perlu mengimpor benih karena kualitas yang dihasilkan di dalam negeri sudah semakin meningkat.
Menurutnya, Indonesia merupakan produsen benih kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi sekitar 167 juta kecambah pertahun, namun karena kebutuhan benih cukup tinggi sehingga perlu peningkatan kuantitas dan kualitas terutama untuk menghasilkan varietas unggul baru dan menambah sumber benih baru.
Tapi di sisi lain, Indonesia juga merupakan pengimpor benih sawit tertinggi di dunia karena kebutuhan benih sawit di dalam negeri melebihi produksi dalam negeri
Untuk mencapai target 167 juta benih tersebut ia akan mendorong dan memaksimalkan kemampuan ketujuh perusahaan ditambah satu perusahaan yang akan diloloskan untuk memproduksi benih varietas sehingga dapat menghasilkan benih sebanyak 167 juta benih.
Benih yang tersedia di dunia hanya sekitar 280 juta yang diproduksi oleh beberapa Negara seperti Indonesia menghasilkan produksi sekitar 167 juta benih, Malaysia sekitar 60 juta benih, Costarika 25 juta benih, Papua Neugini sekitar 15 juta dan negara lainnya sekitar 13 juta.
Dari seluruh produsen benih kelapa sawit di dunia Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia, pada tahun 2004 – 2005 sebagian benih kita belum melakukan kawin persilangan karena pada tahun tersebut permintaan benih belum begitu banyak sehingga tidak banyak menghasilkan benih, tetapi sekarang perkawinan silang sudah dilakukan untuk menghasilkan produksi benih yang banyak tetapi masih kurang karena banyak permintaan. (Sumber: Kominfo 28/5/2008)
Rabu, 11 Juni 2008
JAMBU METE VARIETAS “METEOR YK” POTENSI DAERAH YANG DIUSUNG KE PERMUKAAN
Tanaman jambu mete merupakan salah satu tanaman yang mampu hidup baik pada lahan marginal beriklim kering seperti di daerah Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Tanaman ini diperkenalkan pertama kali di Desa Semuluhlor, Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 1922 oleh seorang pamong desa. Lama kelamaan tanaman ini menyebar luas di daerah tersebut seiring dukungan dari program pemerintah dalam membangun subsektor perkebunan yang memberi tekanan pada pengembangan tanaman jambu mete.
Masyarakat di DI Yogyakarta dalam mengembangkan tanaman jambu mete kebanyakan menggunakan bahan tanaman dari pohon induk di Semuluhlor, Kabupaten Gunung Kidul. Secara umum buah jambu mete mempunyai manfaat seperti : buah semu dapat dipergunakan untuk abon dan makanan ternak golongan ruminansia, biji sebagai kacang mete dan kulit biji dapat menghasilkan ”Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)” suatu minyak yang dapat dipergunakan sebagai pelumas mesin jet, kosmetik dan lainnya.
Asal-Usul dan Cara Seleksi
Pada tahun 1972/1973 tanaman ini ditetapkan oleh pemerintah sebagai tanaman penghijauan untuk wilayah DI Yogyakarta dan sekitarnya. Benih tanaman jambu mete yang berasal dari Semuluhlor ini mulai menyebar ke daerah lainnya seperti ke provinsi Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sjawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Kemudian tahun 1980, melalui Proyek P4 dan Tahun 1990 Proyek P2WK, Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY mengembangkan tanaman jambu mete ini di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul dan Kulonprogo. Akibatnya banyak industri kecil di masyarakat bermunculan dan mulai tumbuh cepat seperti pengacipan, pengolahan kacang mete yang mampu memenuhi kebutuhan didaerah sekitar, bahkan mampu diekspor ke India, Jepang dan Eropa. Kulit bijinya selain menghasilkan ”CNSL” ampas/kulitnya kacang mete dipres menjadi bahan bakar dalam pembuatan bata merah.
Melihat penampilan dan produksi tanaman ini cukup menjajikan, tahun 1996 Direktorat jenderal Perkebunan menetapkan Blok penghasil Tinggi (BPT) untuk kebun petani yang ada di Semuluhlor, Gunungkidul dan Bantul, DIY.
Untuk melengkapi data karakteristik tanaman yang ada di BPT Yogyakarta, maka pada tahun 2007 dilakukan evaluasi ulang untuk menetapkan kembali BPT dan pohon induk yang telah ditetapkan sebelumnya. Penggagas ide untuk melaksanakan penelitian, pengkajian, evaluasi dan mempersiapkan pelepasan varietas Meteor YK ini difasilitasi oleh Pemda DIY, Balittri Bogor dan BPTP Yogyakarta.
Karakter Spesifik Meteor YK
Bila dibandingkan dengan pendahulunya seperti varietas Gunung Gangsir 1 (GG 1) dan Segayung Muktiharjo 9 (SM 9), Meteor YK memiliki sifat yang khas seperti bentuk buah bulat segitiga, aroma buah harum segar, rasa buah manis, daging buah lembut berserat, rasa kacang gurih dan manis.
Sekilas digambarkan sebagian keunggulan Meteor YK dibandingkan dengan GG 1 dan SM 9 antara lain :
Strategi yang Gemilang
Dengan kemampuan dan inisitaif yang cukup kreatif dari Pemda DIY yang difasilitasi oleh para peneliti dari BPTP Yogyakarta dan Balittri, Bogor, sehingga potensi daerah yang selama ini belum terungkap dapat diusung menjadi potensi daerah sekaligus potensi nasional. Jambu mete varietas Meteor YK ditetapkan sebagai benih bina dan varietas unggul melalui Surat Keputusan menteri Pertanian Nomor : 338/Kpts/SR.120/3/2008 tanggal 28 Maret 2008. Secara konstitusi varietas tersebut sudah dapat dilepas ke masyarakat dengan label benih unggul dan bermutu. Kebun yang menghasilkan varietas metor YK terlebih dahulu harus ditetapkan sebagai sumber benih oleh Direktur Jenderal Perkebunan. Selain itu juga Varietas Meteor YK telah didaftarkan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT), Dep Pertanian dengan Surat No. 595/LB.240/A.11/11/2007 tanggal 19 November 2007, untuk mendapatkan perlindungan dari negara.
Salah satu keuntungan yang dinikmati oleh petani yang kebunnya ditetapkan sebagai sumber benih jambu mete Metor YK adalah royalty dari hasil penjualan benih selain komponen hasil lainnya.
Kemungkinan masih banyak potensi-potensi daerah yang belum tergali oleh para peneliti dan pemda setempat, kesempatan seperti Meteor YK ini dapat memberikan motivasi bagi daera-daerah lain untuk segera melaksanakan persiapan pelepasan varietas lokal yang potensial.Tidak ada yang sulit, asalkan ada kemauan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam melestarikan sumber daya genetik yang begitu banyak di negeri ini.
Selasa, 10 Juni 2008
POTENSI PRODUKSI KELAPA SAWIT MENURUT KELAS TANAH
Tabel di bawah menunjukkan potensi produksi kelapa sawit yang dapat dicapai jika menggunakan benih kelapa sawit bermutu dan melaksanakan budidaya sesuai dengan standar teknis, berdasarkan kelas tanah dalam jangka waktu 20 tahun.
Keterangan
S1: Lahan kualitas 1, S2: lahan kualitas 2, S3: lahan kualitas 3(Data ini dikeluarkan oleh PPKS Medan).
Keterangan
S1: Lahan kualitas 1, S2: lahan kualitas 2, S3: lahan kualitas 3(Data ini dikeluarkan oleh PPKS Medan).
PERKENALKAN SUMBER BENIH KELAPA SAWIT BARU
Kabar baik buat para konsumen benih. Sumber benih kelapa sawit di Indonesia bertambah satu lagi, yakni PT. Bakti Tani Nusantara yang berlokasi di Desa Teluk Radang Pulau Kundur, Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. PT. Bakti Tani Nusantara memiliki Kebun Induk seluas 30 Ha yang berlokasi di Pulau Buru dan 10 Ha di Pulau Kundur, Kabupaten Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau dengan tetua Dura sebanyak 900 pohon dan tetua Pisifera sebanyak 4 pohon.
Adapun varietas unggulan yang dimiliki adalah D x P TN 1 yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tanggal 23 Mei 2008. Penetapan PT. Bakti Tani Nusantara sebagai sumber benih adalah berdasarkan surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan, Nomor 86/Kpts/HK.330/5/2008, tentng Penunjukkan Kebun Induk Kelapa Sawit Milik PT. Bakti Tani Nusantara Sebagai Benih Unggul Kelapa Sawit.
Minggu, 08 Juni 2008
BAHAN TANAMAN UNGGUL MILIK PPKS MEDAN
KERUGIAN AKIBAT PENGGUNAAN BENIH KELAPA SAWIT PALSU
Benih sawit palsu adalah benih yang tidak berasal dari sumber benih kelapa sawit legal (lihat daftar sumber benih sawit). Umumnya dipasarkan secara perseorangan atau oleh perusahaan, dengan menyebutkan bahwa benih diperoleh dari sumber benih legal, berasal dari Malaysia atau dengan memalsukan label sumber benih legal.
Konsumen diharapkan tidak mudah terkecoh dengan penawaran demikian apalagi saat ingin mendapatkan benih, karena kerugian penggunaan benih palsu sangat nyata.
Dan seperti apakah kerugian yang dapat dialami konsumen akibat menggunakan benih tidak bermutu tersebut.
1.Berbuah lambat. Pohon kelapa sawit yang berasal dari benih palsu agak lambat (+ 48 bulan) sedangkan yang berasal dari benih unggul hanya 36 bulan.
2.Produksi Rendah. Produksi TBS lebih rendah (<20 ton/ha/tahun) TBS dan cenderung terus menurun.
3.Proses pengolahan tidak efisien. Proses pengolahan TBS efisien sebagai akibat dari tingginya porsentase buah dengan cangkang tebal (DURA), padahal pabrik pengolahan di design untuk cangkang tipis (TENERA). Ketebalan cangkang yang berbeda mengakibatkan pemanasan biji tidak merata dan hasil proses bantingan (crecker) tidak sempurna dan pemisahan kernel dengan cangkang juga tidak sempurna.
4.Kerugian finansial dan ekonomi. Karena tingkat produktivitas yang rendah, maka tingkat penerimaan/pendapatan juga menjadi lebih rendah serta kerugian waktu sebagai akibat terdeteksinya tanamanan yang menggunakan benih palsu setelah memasuki masa berbuah, maka penanaman kelapa sawit akan kehilangan waktu untuk menggantikannya dengan benih unggul.
Melihat kerugian di atas tentunya tidak ada alasan bagi siapapun untuk menggunakan benih tidak bermutu alias benih palsu.
Rabu, 04 Juni 2008
PROFIL BENIH KELAPA SAWIT UNGGUL TOPAZ-RIAU
Group bisnis Asian Agri, melalui PT.Tunggal Yunus Estate - Oil Palm Research Station, Topaz sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit di Indonesia telah ikut serta mewujudkan pembangunan sistem dan usaha agribisnis kelapa sawit yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi yaitu dengan menyediakan benih bermutu secara berkelanjutan.
Kebun benih kelapa sawit “Oil Palm Research Station (OPRS)” Topaz-Riau telah mulai dirintis sejak tahun 1992 dengan seleksi dan persilangan pohon induk di Costa Rica. Selanjutnya, pohon induk yang dihasilkan ditanam di kebun Topaz pada tahun 1995 sejumlah lebih dari 23.000 pohon dura Deli, dan lebih 2.000 pohon pisifera dari 36 projeni TxP dan 36 klon pisifera
Sebagai produsen benih kelapa sawit, OPRS Topaz bertujuan untuk menghasilkan bahan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas minyak yang tinggi dan mempunyai keunggulan sekunder yang diperoleh melalui aktivitas pemuliaan yang sistematis dan berkelanjutan.
Program pemuliaan dilakukan dan didukung oleh pakar yang telah berpengalaman di bidang penelitian kelapa sawit baik dari dalam maupun luar negri.
Melalui serangkaian penelitian yang panjang, varietas unggul kelapa sawit DxP Topaz telah memperoleh izin pelepasan varietas sesuai surat keputusan Menteri Pertanian RI No.57,58,59,dan 60/KPTS/SR,120/I/2004, masing-masing tertanggal 16 Januari 2004.
Dalam melakukan proses seleksi benih, Asian Agri menggunakan tetua dura terseleksi sejumlah 228 keturunan inbred lines dura Deli (DxD) yang berasal dari lembaga riset ternama seperti Mardi Serdang (Malaysia), OPRS Banting (Malaysia), OPRS Dami (Papua New Guinea), Stasiun Riset Chemara (Malaysia), Socfin Johor Labis (Malaysia), dan San Alejo (Honduras), serta tetua pisifera terseleksi sejumlah 50 keturunan yang berasal dari AVROS H&C (Malaysia), AVROS Dami (PNG), Ghana & Nigeria (Kade-Ghana), Ekona, La Me dan Yangambi (IRHO / CIRAD).
Proses pengumpulan tepung sari dari tetua pisifera dan penyerbukan pada bunga betina dilakukan dengan ketelitian yang sangat tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan menjaga kemurnian benih yang dihasilkan.
Standar seleksi yang tinggi dan kontrol kualitas yang ketat akan memberikan jaminan bahan tanaman yang dihasilkan berkualitas tinggi .Jaminan kualitas diwujudkan melalui implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, selain itu untuk jaminan ramah lingkungan, Asian Agri Group telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.
Penelitian telah dilakukan oleh OPRS Topaz terhadap sejumlah 440 projeni DxP yang berasal dari persilangan antara 223 dura Deli dengan 50 pisifera pada 3 lokasi dengan jenis tanah berbeda yaitu : tanah organik / alluvial, gambut dangkal dan gambut dalam, dengan luas areal percobaan lebih dari 600 hektar di Sumatera Utara dan Riau dengan total areal seluas 25 % berada di tanah organik/ alluvial dan 75 % pada tanah gambut.
Selain mampu beradaptasi dengan baik pada lahan gambut, benih DxP Topaz juga memiliki potensi hasil minyak yang tinggi, produksi TBS yang tinggi mulai panen pertama (29 bulan setelah tanam), rendemen minyak yang tinggi, pertumbuhan meninggi yang lambat, toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit Fusarium Wilt.
Hasil pengujian varietas DxP Topaz di lahan gambut Topaz-Riau menunjukkan bahwa pada tanaman yang ditanam bulan Mei 2003 pada tahun 2006/2007 telah mampu menghasilkan rata-rata 27,6 ton TBS/ha/thn (TM-2).
Tetua-tetua dura yang terpilih untuk menghasilkan benih adalah dari keturunan dura Deli yang dikembangkan di lembaga riset Dami, Chemara, Harrisons & Crossfield, sedangkan tetua tetua pisifera terpilih adalah keturunan Nigeria, Ekona, Ghana, dan Yangambi. Pada tahun 2004 produksi benih sekitar 2,5 juta kecambah, dan ditingkatkan hingga mencapai 12 juta kecambah pada tahun 2008.
Dalam rencana untuk meningkatkan potensi produksi yang tinggi, OPRS Topaz melanjutkan program pemuliaan dengan menggunakan kajian secara bioteknologi dan mulai melaksanakan kloning pohon-pohon terpilih (unggul) dan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan.
Untuk pemesanan/info selanjutnya, hubungi:
ASIAN AGRI/TUNGGAL YUNUS
Uniplaza Building 6th Floor, East Tower
Jl. Letjen. Haryono MT No. A-1 Medan
20231
Tel. : 061 - 4532388
Fax : 061 - 4532095
Jl. Sukarno Hatta No. 9 Pekanbaru 28000, Riau
Telp. : 0761 - 571228
Fax : 0761 - 571520
Selasa, 03 Juni 2008
Senin, 02 Juni 2008
MENGENAL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JARAK KEPYAR
Tanaman jarak kepyar termasuk kedalam golongan tanaman semusim dimana pada umur 4 bulan sudah dapat dipanen. Dalam bahasa Latin tanaman jarak disebut Ricinus yang artinya serangga, karena bentuk bijinya berbintik-bintik menyerupai serangga. Jarak (Ricinus communis L) berasal dari Afrika (Ethiopia), masuk ke Indonesia pada abad ke 16 bersamaan dengan masuknya bangsa Portugis. Di Indonesia tanaman ini dijumpai diberbagai tempat, baik sebagai tumbuhan liar maupun sebagai tanaman yang telah di budidayakan.
Pada saat ini sudah ada 3 varietas jarak kepyar yang sudah dilepas berdasarkan SK Menteri Pertanian yaitu, 1)Asembagus 22 (Asb 22), 2) Asembagus 60 (Asb 60), 3) Asembagus 81 (Asb 81)
Adapun deskripsi dari masing-masing varietas adalah sebagai berikut :
Varietas Asembagus 22
Spesies : Ricinus communis L.
Umur mulai berbunga : 40 – 48 hari
Umur panen I : 100 hari
Warna batang : kemerahan
Warna daun : hijau
Lapisan lilin : tebal
Warna biji : coklat dengan bintik kekuningan
Berat 100 biji : 40 gram
Potensi produksi : 3.000 kg/ha
Kadar minyak : 56 %
Proses pembijian : mudah
Ketahanan : Agak tahan terhadap Achaea janata (hama penggerek daun dan pucuk)
Varietas Asembagus 60
Spesies : Ricinus communis L.
Umur mulai berbunga : 50 – 57 hari
Umur panen I : 105 hari
Warna batang : hijau
Warna daun : hijau
Lapisan lilin : tebal
Warna biji : coklat dengan bintik keputihanan
Berat 100 biji : 36 gram
Potensi produksi : 2.600 kg/ha
Kadar minyak : 50 %
Proses pembijian : agak sulit
Ketahanan : Agak tahan terhadap Achaea janata (hama penggerek daun dan pucuk)
Varietas Asembagus 81
Spesies : Ricinus communis L.
Umur mulai berbunga : 55 – 65 hari
Umur panen I : 105 hari
Warna batang : Hijau
Warna daun : hijau
Lapisan lilin : tebal
Warna biji : blirik coklat tua
Berat 100 biji : 34 gram
Potensi produksi : 2.500 kg/ha
Kadar minyak : 53,5 %
Proses pembijian : mudah
Ketahanan : Agak tahan terhadap Achaea janata (hama penggerek daun dan pucuk)
Minggu, 01 Juni 2008
PEMANFAATAN BIJI DAN BUNGKIL KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU MINYAK GORENG
Hasil biji kapuk kira-kira dua kali lipat berat serat. Di Jawa sebagian biji diproses menjadi minyak, yang dimanfaatkan sebagai bahan baku sabun, dan sebagian lagi untuk minyak goreng.
Minyak kapuk berwarna kuning dan tidak berbau dan rasanya tawar. Kandungan asam lemak, sama dengan minyak biji kapas, sementara persentase asam linoleat lebih rendah. Persentase minyaknya sekitar 22-25%. Bungkil hasil pengepresan digunakan sebagai bahan pupuk karena kandungan Nitrogen 4-5% dan 2% asam fosfat. Kegunaan bungkil yang pokok untuk makanan ternak, kekurangannya kulit biji tidak mudah dicernak. Cara mengatasi bungkil tersebut dicampur dengan bahan makanan lainnya. Bungkil mengandung 13% air, 6% abu, 20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20% karbohidrat.
Selanjutnya Sahid et al. (2000) mengadakan pengamatan pada beberapa pabrik pemroses biji kapuk yang hasilnya disajikan pada skema di bawah. Biji kapuk sebagai hasil samping, dapat dimanfaatkan untuk diambil minyaknya. Umumnya minyak kapuk dicampur dengan minyak dari biji yang lain seperti minyak sawit atau kelapa. Adanya variasi asal biji mengakibatkan kebersihannya tidak seragam.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, biji kapuk yang belum bersih ditampung di alat pengayak yang memisahkan biji bersih dengan serat yang tercampur biji. Biji yang sudah bersih masuk ke alat pengepres 1, dihasilkan minyak dan bungkil 1. Bungkil 1 masih mengandung minyak karenanya dilakukan pengepresan kedua. Berdasarkan pengamatan kandungan minyak pada bungkil II, sangat rendah. Minyak pada pengepresan I dan II ditampung kemudian disaring dan minyak yang dihasilkan cukup jernih dengan rendemen sekitar 11-13%.
Bungkil II yang berupa lempengan sebelum masuk ke mesin penggilingan dihancurkan dengan cara ditumbuk sehingga berupa lempengan kecil, dan selanjutnya digiling. Bungkil yang sudah digiling berupa tepung kandungan proteinnya cukup tinggi, mencapai 24% (Budi Saroso, 1992). Tingginya kandungan protein menyebabkan harga jualnya cukup baik yaitu Rp. 450,-/kg. Tepung bungkil kapuk banyak dimanfaatkan oleh pengusaha pakan ternak. Tepung tersebut dicampur dengan bahan lain sehingga diperoleh ramuan pakan ternak (unggas) yang sangat baik. Perusahaan yang telah memanfaatkan tepung biji kapuk antara lain Perusahaan Pakan Ternak Comfeed dan INKUD.
Referensi
Sahid, M., Budi Saroso, Mukani dan Buadi. 2000. Diversifikasi hasil, pengolahan hasil utama dan hasil samping tanaman kapuk. Prosiding Pertemuan Komisi Penelitian Pertanian Bidang Perkebunan 220-227.
(Dikutip dari buku yang berjudul "Kapuk" karya Bapak Dr. H. Moch Sahid, Peneliti di Balittas Malang)
Langganan:
Postingan (Atom)