Kamis, 16 Agustus 2007
TEMU LAPANG AGROINDUSTRI KOPI DI BONDOWOSO DAN JEMBER
„Benar – benar enak......!!“ Komentar – komentar senada jg terdengar diantara peserta setelah meneguk secangkir kopi luwak yang boleh dinikmati para peserta temu lapang agroindustri yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Kopi dengan harga mencapai $20/ kg ini memang disajikan pada acara manajemen produksi biji kopi arabika luwak dan sajian citarasa minuman kopi arabika luwak dibanding proses standar.
Kedua acara tersebut merupakan serangkaian acara yang telah disusun oleh panitia temu lapang agroindustri tahun 2007 dengan tema Penguatan Agribisnis Kopi Melalui Penerapan Inovasi Teknologi. Adapun tujuan kegiatan ini diselenggarakan adalah untuk memperkenalkan kopi arabika tipe katai tahan karat penyakit daun (klon BP 416 A), memperagakan teknik perbanyakan klonal kopi arabika untuk lahan endemik maupun lahan bebas serangan nematoda parasit, memperagakan teknologi pengelolaan nutrisi pada budidaya kopi arabika, memperagakan sistem manajemen budidaya kopi integrasi kopi – ternak kambing – biogas, dan memperkenalkan teknologi pengolahan hulu kopi arabika hemat air, serta memperkenalkan berbagai alsin hasil rekayasa PPKKI serta aneka produk teknologi industri hilir kopi.
Acara yang berlangsung selama dua hari, dari tanggal 19 s/d 20 Juni 2007, ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari pelaku bisnis agroindustri kopi. Terdiri dari para petani, pengelola perkebunan besar negara dan lembaga non pemerintah yang bergerak di bidang kopi, pengambil kebijakan tingkat pusat, propinsi maupun tingkat kabupaten di bidang perkebunan, praktisi agroindustri kopi, penyuluh, peneliti, dosen dan mahasiswa, pemerhati serta perbankan (BRI). Selain itu hadir juga sebagai undangan, Bupati Bondowoso, Ketua DPRD Kab. Bondowoso, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perwakilan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktur Eksekutif LRPI, Direktur PT. Nestle Indonesia, perwakilan dari BRI cabang Jember, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bondowoso, dan Kepala Desa Andungsari.
Hari pertama, setelah pendaftaran, peserta dibawa ke Kebun Percobaan Andungsari Kabupaten Bondowoso untuk melihat keragaan klon hasil penelitian PPKKI, BP 416 A, yang merupakan bahan tanam klonal pertama pada kopi arabika tipe katai yang dalam waktu dekat akan dilepas. Klon ini diidentifikasi memiliki keunggulan tahan penyakit daun dan apabila dikelola secara optimal (dengan pengelolaan budidaya baku, pemupukan tepat waktu dan tepat dosis, serta pemberian naungan tetap) maka produktivitasnya dapat tetap prima hingga berumur lebih dari sepuluh tahun.
Karakter morfologi yang paling menonjol dibanding kopi arabika tipe katai lainnya pada klon BP 416 A terletak pada daunnya yang tebal dan bertulang, berwarna hijau tua dengan tulang daun seperti sirip dengan alur tegas, pupus berwarna coklat. Dompolan buah teratur rapi pada setiap ruas cabang produktif seperti untaian kalung. Warna buah muda hijau bersih, sedangkan buah masak relatif serempak. Selain tahan penyakit karat daun, klon ini juga memiliki potensi produksi tinggi, yaitu lebih dari 1,5 ton/ha, untuk populasi 2.000 pohon/ha (PPKKI, 2007, Kopi Arabika Klon BP 416 A, leaflet).
Akan tetapi, klon ini juga memiliki beberapa kelemahan. Klon BP 416 A, sebagaimana kopi arabika tipe katai yang memiliki potensi produksi tinggi cenderung potensial mengalami pembuahan berlebih sehingga sarat teknologi masukan tinggi pula terutama dalam hal kebutuhan hara. Akibatnya, jika nutrisi tidak terpenuhi maka rendemen akan turun dan tanaman tidak berumur panjang. Selain itu jika diperbanyak dengan benih, klon ini akan mengalami segregasi sifat ketahanannya mencapai lebih dari 70% dari populasi, seperti terlihat pada beberapa tanaman dari klon BP 416 A yang dipamerkan pada kegiatan temu lapang ini.
Hari kedua, peserta dibawa untuk melihat hasil penelitian teknologi industri hulu – hilir kopi di kebun percobaan Kaliwining. Beberapa alat yang diperagakan adalah alat mesin komponen proses pengolahan biji kopi serta pengolahan kopi bubuk dan kopi instant. Selain peragaan alat, diperagakan juga teknologi pembuatan kopi rendah kafein dan pembuatan kopi instan yang disertai coffee fair yaitu bazar berbagai produk olahan berbahan baku kopi seperti kopi bubuk, kopi jahe, kopi decafeinated, kopi erexsa, kopi instan dan roti bolu kopi. Selain itu, peserta juga sangat antusias mengikuti promosi dan pengenalan berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia, karena pada kesempatan ini peserta diperbolehkan mencicipi beragam seduhan kopi yang disajikan.
Pada setiap acara, diadakan sesi diskusi yang memungkinkan peserta bertanya maupun memberikan tanggapan terhadap apa yang mereka lihat selama kegiatan berlangsung. Pihak panitia juga menyediakan berbagai informasi yang diperlukan peserta, baik melalui leaflet – leaflet yang disediakan maupun melalui informasi dari tim peneliti PPKKI yang terdiri dari R. Hulupi untuk masalah budidaya dan varietas, Pudji Raharjo untuk masalah benih, Soetanto Abdulah untuk masalah pemupukan, Sri Sukamto untuk masalah HPT, Sudarsianto untuk masalah pembibitan, Sri Mulato untuk masalah alsin, Cahya Ismayadi untuk masalah citarasa, dan Surip Mawardi untuk masalah kemitraan, serta Agus Budi Santoso untuk masalah penyampaian hasil penelitian dan kursus.
Setelah acara ditutup oleh Direktur PPKKI, para peserta pulang dengan rasa puas akan informasi yang mereka peroleh. (Fransisca & Kusmiati)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar