Minggu, 12 Agustus 2007
SIAPA BILANG JADI PENANGKAR TIDAK UNTUNG
Menjadi penangkar? Bisnis perbenihan? Tidak banyak orang yang berminat berkecipung di bisnis perbenihan. Alasannya karena bisnis perbenihan dianggap memiliki resiko kegagalan tinggi, permintaan tidak dapat diprediksi. Intinya usaha perbenihan tidak dianggap prospektif. Namun apakah demikian?
Barangkali kita tidak dapat menampik adanya resiko dalam usaha perbenihan, namun yang pasti setiap jenis usaha memiliki tingkat resiko. Namun orang-orang yang optimis tidak memfokuskan diri pada resiko melainkan pada peluang. Yang menjadi pertanyaan apakah usaha perbenihan dapat memberikan keuntungan mengiurkan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita dengarkan kisah sukses Bapak Yulianto yang memilih untuk terjun di bisnis perbenihan sebagai penangkar di Kab. Pelaihari, dan sukses.
Memilih Menjadi Penangkar
Berawal dari rencana petani EX. Plasma Tebu Pelaihari beralih komoditi dari tebu menjadi kelapa sawit dan turunnya bantuan pemerintah pusat kepada kelompok tani dengan pola PMUK untuk pembuatan dan penanaman bibit kelapa sawit pada tahun 2003. Bapak Yulianto bernaung di bawah bendera Koperasi Agro Berseri Pelaihari, memberanikan diri untuk mencoba atau menangkarkan bibit kelapa sawit sebanyak 180.000 batang untuk seluas 1000 Ha.
Pertama kali manangkarkan bibit pada tahun 2003 dengan jenis bibit kelapa sawit sebanyak 180.000 batang sangat terasa berat sekali beban dana yang harus di tanggung karena proyek dengan dana APBN yang cair pada bulan Juli – Agustus 2003, sedangkan pekerjaan harus dimulai pada bulan Januari 2003. Namun atas petunjuk Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan memfasilitasi program waralaba benih kelapa sawit dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang dimulai pada tahun 2003 sejumlah 180.000, tahun 2004 sejumlah 200.000, tahun 2005 sejumlah 200.000, tahun 2006 sebanyak 200.000 dan sampai dengan tahun 2007 sebanyak 200.000 biji kecambah. Dengan adanya program tersebut maka Bapak Yulianto dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik dan tepat waktu.
Dengan adanya Program Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan yang memprioritaskan komoditi kelapa sawit dan karet, Bapak Yulianto pada tahun 2005 disamping menangkarkan bibit kelapa sawit juga menangkarkan bibit karet dengan membuat kebun Entres jenis unggul klon generasi III dan generasi IV antara lain Klon : PB-260, PB-330, IRR-5, IRR-13, IRR-39, IRR-42 dan IRR-118 juga membuat kebun perbanyakan dengan jumlah yang terbatas ternyata sempat kewalahan dalam melayani permintaan baik dari proyek pemerintah maupun dari petani swadaya yang penyerapannya cukup tinggi karena didukung oleh harga karet yang cenderung meningkat.
Melihat pangsa pasar yang begitu luas pada tahun 2006, saya memperbanyak populasi tanaman Entres sehingga sampai saat ini jumlahnya mencapai ± 12.000 pohon dengan luas 1 ½ Ha dan juga menanam kebun perbanyakan/batang bawah seluas 15 Ha dengan populasi sebanyak ± 1.000.000 (satu juta) pohon.
Memasarkan Benih
Berhubungan dengan pemasaran, yang pertama Bapak Yulianto lakukan adalah memenuhi syarat legalisasi seorang penangkar dengan mengajukan permohonan kepada Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan untuk dapat diberikan Surat Tanda Registrasi Usaha Bibit Perkebunan (TRUP) dan juga diberikan sertifikat kebun Entres.
Yang kedua, membuat bibit karet maupun kelapa sawit dengan kondisi yang bagus dengan klon terpisah sehingga konsumen dapat memilih bibit tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Kepuasan konsumen adalah kunci keberhasilan usaha penangkaran karena konsumen-konsumen baru umumnya adalah orang-orang yang mendapatkan informasi dari konsumen yang telah terlebih dahulu membeli benih.
Untuk pemasaran bibit karet saat ini tidak hanya memenuhi kebutuhan wilayah Kalimantan Selatan akan tetapi sudah sampai pada Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur bahkan ke Pulau Jawa, baik itu untuk Proyek Pemerintah maupun Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Swasta.
Permodalan
Sebagian modal yang Bapak Yulianto pergunakan adalah kredit Perbankan jangka pendek selama 1 tahun, tetapi usaha pembibitan dengan keuntungan antara 25 – 40 % maka tingkat pengembalian modal selalu tepat waktu dan keuntungan tersebut disamping saya pergunakan untuk memperluas lahan dan menambah modal kerja juga untuk menopang kebutuhan hidup keluarga.
Artinya usaha perbenihan menurut Bapak Yulianto cukup menguntungkan dan sehingga mitos usaha perbenihan tidak prospetif barangkali perlu direnungkan sekali lagi. Tentunya yang diperlukan adalah kerja keras dan displin dalam pengelolaan keuangan, jika hal ini yang dilakukan maka usaha perbenihan akan menjadi usaha yang sangat mengiurkan. Sehingga tidak adanya mencoba terjun dalam usaha benih apalagi saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya melalui usaha peningkatan pemanfaatan benih bermutu (Enjang & Yuli Susanto).
Bapak Yuli Susanto
Komplek Mustika Karya No. 2 RT. 25/ IV Kel. Guntung Manggis Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan Telp (0511)4783355; HP:08125045672
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar