;

Kamis, 12 Maret 2009

DITEMUKAN DUA KLON KAKAO TAHAN VSD

Saat ini telah ditemukan 2 klon kakao yang tahan terhadap serangan VSD. Melalui kedua jenis klon ini penyakit mematikan itu diharapkan tidak lagi mengkhawatirkan petani kakao.

Vascular streak dieback (VSD) merupakan penyakit yang paling ditakuti petani kakao saat ini. Penyakit ini diakibatkan infeksi jamur Oncobasidium theobromae merupakan penyakit penting tanaman kakao saat ini yang dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman dewasa. Tanaman yang terkena VSD akan meranggas dan kemudian mati secara perlahan.

Di Sulawesi, ratusan hektar kakao gagal panen akibat penyakit ini. Ironisnya metoda pengendalian anjuran oleh Pusat Penelitian seperti fungisida dan sarungisasi ternyata tidak efektif menanggulanginya. Maka salah satu upaya untuk mengatasinya adalah mencari bahan tanam yang tahan VSD.

Gambar. Tanaman yang Terserang VSD

Untung saja, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) akhirnya menemukan dua klon baru yang tahan terhadap VSD yakni Sca 6 dan DRC 15 oleh. Dalam pengujian yang dilakukan Pusat Penelitian asal di Jember tersebut, kedua klon ini tersebut ditanam di daerah yang endemic vascular streak dieback (VSD) bersama klon-klon unggul lainnya seperti DRC 16 dan GC7 sebagai klon pembanding. Dan hasilnya kedua klon tersebut tetap bertahan sedangkan klon pembanding tumbuh meranggas dan akhirnya mati.

Gambar. Morfologi Sca 6

Klon Sca 6 merupakan hasil introduksi Botanic Garden Kew, Inggris. Bahan tanaman hasil introduksit tersebut diperbanyak di kebun Adolina dan Bah Lias, kemudian sebagian ditanam di kebun koleksi plasma nutrah kakao, kebun percobaan Kaliwining, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.

Sedangkan DRC 15 diperoleh dari hasil persilangan yang telah dilakukan sejak tahun 1912. Diturunkan dari famili klon DR 53. Menariknya klon-klon tersebut telah dijadikan tetua menghasilkan klon-klon baru yang sudah terlebih dahulu ditetapkan sebagai benih bina. Melalui observasi bertahun-tahun yang dilakukan Puslitkoka kedua klon ini akhirnya teridentifikasi sebagai klon tahan VSD.

Gambar. Morfologi DRC 15

Jika ditinjau dari segi potensi hasil kedua klon memiliki sedikit kelemahan jika dibandingkan dengan klon unggul lainnya. Potensi produksi SCA 6 dan DRC 15 diperkirakan hanya 1,5 ton/ha/tahun. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan DRC 16 yang bisa mencapai 2,1 ton/ha/tahun atau GC 7 bisa mencapai 2,3 ton/ha/tahun.

Walaupun masih di atas rata-rata produksi kakao nasional yang masih di bawah 1 ton/ha/tahun. Artinya jika ditanam di daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang memadai bebas serangan penyakit maka SCA 6 dan DRC 15 bukanlah klon terunggul jika dibandingkan klon-klon yang lazim digunakan petani.

Gambar. Klon Sca 6 Ditanam di daerah Endemik VSD

Sedangkan dari potensi mutu biji klon DRC 15 memiliki berat kering 1,16 g, kadar kulit 11,5 % dan kadar lemak 50,4 %. Sedangkan klon Sca 6 memiliki berat biji kering 0,65-0,84 g, kadar kulit biji 16,7-18,75 %, dan kadar lemak biji 49,6-58,17. Sehingga kedua klon ini cukup baik digunakan sebagai bahan baku industri makanan yang membutuhkan kadar lemak tinggi.

Gambar. Kondisi klon DRC yang ditaman di daerah endemik VSD

Tapi keunggulan DRC 15 dan Sca 6 akan terlihat nyata saat ditanam di daerah endemik VSD. Klon DRC 16 dan GC 7, dan klon unggul yan beredar di petani umumnya rentan terhada VSD dan akan mati dengan sendiri pada daerah serangan VSD. Namun klon DRC 15 dan Sca 6 masih bisa tumbuh dengan baik. Serta mampu menghasilkan produksi optimal jika ditanam pada kondisi pertanaman yang baik. Oleh sebab itu penggunaan klon ini direkomendasikan pada daerah endemik VSD dan serangannya sudah cukup parah.

Sehingga dengan hadirnya kedua klon tersebut diharapkan mampu membantu upaya pemerintah meningkatkan produksi kakao nasional. Apalagi saat ini Pemerintah tengah mencanangkan Gerakan Nasional Kakao yang terfokus di wilayah Sulawesi, yang nota bene daerah yang terkena dampak paling parah akibat penyakit VSD. Dimana kedua jenis klon ini bisa dimanfaatkan untuk merehabilitasi tanaman tidak produktif atau pun tanaman rentan menggunakan klon tahan VSD. Apakah dengan teknik sambung pucuk atau sambung samping. Atau digunakan untuk menganti kakao tua di daerah endemik VSD.

Puslitkoka telah mengusulkan kedua varietas unggul ini untuk dilepas menjadi benih bina melalui sidang pelepasan varietas yang dilaksanakan pada 15 Maret 2009 yang lalu. Jika Tim Penilai dan Pelepasan Varietas memutuskan bahwa kedua klon dinyatakan lulus dan kemudian ditetapkan menjadi benih bina dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian, maka bahan tanam tersebut dapat digunakan secara luas oleh masyarakat.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

I wish not acquiesce in on it. I over nice post. Particularly the title-deed attracted me to review the sound story.