Selasa, 31 Maret 2009
VARIETAS TOPAZ 1
Varietas TOPAZ 1 merupakan hasil persilangan Dura Deli x Pisifera NigeriaTahan penyakit, milih Sumber Benih Benih Tunggal Yunus.
Adapun kelebihan dari varietas ini antara lain cenderung tahan penyakit vascular wilttahan, tahan kekurangan air, adaptasi tinggi pada tanah aluvial,gambut dangkal dan dalam.
Potensi Produksi TBS 5 tahun awal
PT. TUNGGAL YUNUS
Head office
Uniplaza Building 6th Floor, East Tower
Jl. Letjend. Haryono MT No. A-1, Medan - 20231
Telp : 061 61453 2388 F : 061 453 2095
Marketing office
Jl. Jend. Sudirman No. 68
Pekanbaru - 28282
Telp : 0761 - 839913 - 6 F : 0761 - 839917 - 8
Senin, 30 Maret 2009
TEBU UNIK MILIK P3GI
Adakah tanaman tebu yang bisa memproduksi ”susu”? Ada. Tanaman tebu jenis ini menjadi koleksi dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Nira dari tebu ini memiliki aroma seperti susu. Mungkin bagi Anda yang suka aroma khas susu bakal terkecoh dengan susu tebu.
P3GI merupakan satu-satunya Pusat Penelitian Gula dibawah naungan Departemen Pertanian. Dan salah satu fungsinya mencari dan menghasilkan varietas atau bahan tanam yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Nah, di kebun koleksi milik P3Gi terdapat ratusan jenis tanaman tebu, yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan sebagian besar jenis tebu ini adalah ditujukan untuk menghasilkan gula.
Namun P3GI juga memiliki bahan tanam unik yang tidak selalu untuk menghasilkan gula. Seperti halnya yang sudah disebutkan di atas. Disamping itu P3GI juga memiliki berbagai jenis tanaman tebu yang cocok digunakan sebagai bahan baku minuman. Tebu ini bisa menghasilkan nira dengan aroma khas tebu yang menyegarkan.
Namun sarinya tersebut tidak menjadi coklat ketika diperas, alias jernih. Hebatnya beberapa jenis tebu khusus ini malah memiliki anti diabet. Jadi meskipun manis cocok dikonsumesi orang yang terkena penyakit DM.
Ada juga jenis-jenis tebu yang cocok digunakan untuk bio-ethanol. Sehingga cocok bagi industri bahan bakar nabati.
Dan masih banyak lagi varietas unggul tebu unik milik P3GI. Bagi Anda yang ingin mengetahui apa saja tebu-tebu tersebut bisa mengunjungi P3GI, yang berlokasi di Pasuruan Jawa Timur.
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Jl. Pahlawan 25. Pasuruan 67126 - Jawa Timur.
Selasa, 24 Maret 2009
KABUPATEN PASAMAN WILAYAH POTENSIAL KAKAO
Gambar. Bibit Kakao SE
Kakao adalah komoditas perkebunan yang sedang naik daun. Jika komoditas perkebunan lain seperti sawit dan karet anjlok pasca terjadinya krisis global. Maka harga kakao relatif stabil.
Namun ketika membicarakan kakao maka akan selalu diidentikkan dengan wilayah Sulawesi, sentra pengembangan kakao di Indonesia. Meskipun di Pulau Sumatera juga terdapat sejumlah daerah potensial penghasil kakao. Salah satunya Kabupaten Pasaman di Propinsi Sumatera Barat.
Di Kabupaten Pasaman terdapat kakao seluas 13.201 ha dengan rata-rata produksi 12.400 ton/tahun. Dimana Kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Sumatera Utara tersebut merupakan penghasil kakao terbesar di Sumatera Barat.
Bahkan baru-baru ini (16/3) Pemerintah Daerah Pasaman telah melakukan penanaman perdana bibit kakao Somatic Embryogenesis(SE), yang memiliki produktivitas tinggi, seluas 50 ha. Dimana bibit unggul itu berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.
Pada kesempatan tersebut Bupati Kabupaten Pasaman, H. Yusuf Lubis dalam pidatonya, optimis jika penggunaan bibit SE dapat meningkatkan produksi 3 kali lebih tinggi dari produksi rata-rata petani. Dengan estimasi keuntungan ekonomi hingga 10 kali lipat dari keuntunganyang bisa dicapai petani menggunakan klon lokal.
Gambar. Bupati Kabupaten Pasaman
Disamping memiliki luas areal yang besar, kualitas kakao asal Pasaman tidak kalah dengan daerah penghasil kakao lainnya di Indonesia.
Menurut Nursal, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Pasaman, kakao asal Pasaman cukup diminati eksportir. Dimana kakao sebagian besar di ekspor ke Amerika Serikat dalam bentuk non-fermentasi.
“Namun ke depannya kakao yang akan diekspor harus sudah dalam bentuk fermentasi sehingga bisa juga masuk ke pasar Eropa”, demikian ditambahkan Nursal.
Sehingga dapat disimpulkan jika Kabupaten Pasaman merupakan daerah potensial bagi pengembangan kakao. Iklan dan tanahnya memenuhi syarat bagi penanaman kakao. Di sisi lain jaringan pemasaran sudah terbentuk mulai dari petani, pengumpul hingga ke eksportir besar. Bagi masyarakat terbiasa bertanam kakao sudah menjadi budaya. Bahkan ketika terjadi booming sawit petani tidak serta merta mengganti tanaman kakaonya dengan sawit.
Menariknya lagi penyakit Vascular streak dieback (VSD) yang sudah menjadi momok di Sulawesi tidak mewabah di Kabupaten Pasaman.
Hanya saja baru sedikit investor yang bersedia melirik potensi perkebunan di Kabupaten Pasaman, khususnya komoditas kakao. Meskipun peluang pengembangan perkebunan tersedia dan pemerintah siap mendukung dalam penyediaan infratruktur dan jaminan keamanan berinvestasi.
Dengan adanya pengembangan rencana tata ruang wilayah oleh pemerintah daerah Kabupaten Pasaman, maka saat ini tersedia 6000 ha lahan untuk pengembangan perkebunan. Artinya ini peluang terbuka lebar bagi investor untuk mengembangkan komoditas perkebunan di kabupaten Pasaman khususnya komoditas kakao.
Pemerintah daerah Kabupaten Pasaman, sangat konsern dengan pengembangan perkebunan. Hal ini diwujudkan melalui pengembangan infrastruktur dan menciptakan iklan investasi yang kondusif. Termasuk juga membuka kerjasama sama dengan berbagai pihak untuk mendorong penanaman modal di Pasaman.
Bupati Pasaman menegaskan bahwa pemerintah daerah siap merangkul dan mendukung pihak-pihak yang berminat menanamkan modal bagi pengembangan perkebunan khususnya kakao di Pasaman. Jadi silahkan berlomba-lomba memanfaatkan potensi Pasaman yang tersedia luas dan siap dimanfaatkan.
Kakao adalah komoditas perkebunan yang sedang naik daun. Jika komoditas perkebunan lain seperti sawit dan karet anjlok pasca terjadinya krisis global. Maka harga kakao relatif stabil.
Namun ketika membicarakan kakao maka akan selalu diidentikkan dengan wilayah Sulawesi, sentra pengembangan kakao di Indonesia. Meskipun di Pulau Sumatera juga terdapat sejumlah daerah potensial penghasil kakao. Salah satunya Kabupaten Pasaman di Propinsi Sumatera Barat.
Di Kabupaten Pasaman terdapat kakao seluas 13.201 ha dengan rata-rata produksi 12.400 ton/tahun. Dimana Kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Sumatera Utara tersebut merupakan penghasil kakao terbesar di Sumatera Barat.
Bahkan baru-baru ini (16/3) Pemerintah Daerah Pasaman telah melakukan penanaman perdana bibit kakao Somatic Embryogenesis(SE), yang memiliki produktivitas tinggi, seluas 50 ha. Dimana bibit unggul itu berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.
Pada kesempatan tersebut Bupati Kabupaten Pasaman, H. Yusuf Lubis dalam pidatonya, optimis jika penggunaan bibit SE dapat meningkatkan produksi 3 kali lebih tinggi dari produksi rata-rata petani. Dengan estimasi keuntungan ekonomi hingga 10 kali lipat dari keuntunganyang bisa dicapai petani menggunakan klon lokal.
Gambar. Bupati Kabupaten Pasaman
Disamping memiliki luas areal yang besar, kualitas kakao asal Pasaman tidak kalah dengan daerah penghasil kakao lainnya di Indonesia.
Menurut Nursal, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Pasaman, kakao asal Pasaman cukup diminati eksportir. Dimana kakao sebagian besar di ekspor ke Amerika Serikat dalam bentuk non-fermentasi.
“Namun ke depannya kakao yang akan diekspor harus sudah dalam bentuk fermentasi sehingga bisa juga masuk ke pasar Eropa”, demikian ditambahkan Nursal.
Sehingga dapat disimpulkan jika Kabupaten Pasaman merupakan daerah potensial bagi pengembangan kakao. Iklan dan tanahnya memenuhi syarat bagi penanaman kakao. Di sisi lain jaringan pemasaran sudah terbentuk mulai dari petani, pengumpul hingga ke eksportir besar. Bagi masyarakat terbiasa bertanam kakao sudah menjadi budaya. Bahkan ketika terjadi booming sawit petani tidak serta merta mengganti tanaman kakaonya dengan sawit.
Menariknya lagi penyakit Vascular streak dieback (VSD) yang sudah menjadi momok di Sulawesi tidak mewabah di Kabupaten Pasaman.
Hanya saja baru sedikit investor yang bersedia melirik potensi perkebunan di Kabupaten Pasaman, khususnya komoditas kakao. Meskipun peluang pengembangan perkebunan tersedia dan pemerintah siap mendukung dalam penyediaan infratruktur dan jaminan keamanan berinvestasi.
Dengan adanya pengembangan rencana tata ruang wilayah oleh pemerintah daerah Kabupaten Pasaman, maka saat ini tersedia 6000 ha lahan untuk pengembangan perkebunan. Artinya ini peluang terbuka lebar bagi investor untuk mengembangkan komoditas perkebunan di kabupaten Pasaman khususnya komoditas kakao.
Pemerintah daerah Kabupaten Pasaman, sangat konsern dengan pengembangan perkebunan. Hal ini diwujudkan melalui pengembangan infrastruktur dan menciptakan iklan investasi yang kondusif. Termasuk juga membuka kerjasama sama dengan berbagai pihak untuk mendorong penanaman modal di Pasaman.
Bupati Pasaman menegaskan bahwa pemerintah daerah siap merangkul dan mendukung pihak-pihak yang berminat menanamkan modal bagi pengembangan perkebunan khususnya kakao di Pasaman. Jadi silahkan berlomba-lomba memanfaatkan potensi Pasaman yang tersedia luas dan siap dimanfaatkan.
Minggu, 22 Maret 2009
MOMEN YANG TEPAT BELANJA BENIH SAWIT
Apakah Anda orang yang optimis atau pesimis? Jika pesimis, saya pastikan Anda tidak akan berani berinvestasi di sawit meskipun memiliki modal, lahan dan faktor produksi lainnya. Karena Anda khawatir dengan lesunya kondisi ekonomi saat ini yang tengah dilanda krisis.
Namun jika Anda adalah orang yang optimis maka Anda akan “go bangun sawit" jika memiliki sumberdaya. Karena Anda tidak terperangkap dengan kondisi saat ini, melainkan melihat kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Dan apakah yang mungkin dilihat oleh mereka yang optimis?
Pertama, demand sawit berpotensi meningkat di masa yang akan datang. Hal ini terkait dengan trend penggunaan bahan bakar nabati.
Dunia tengah berupaya mengurangi ketergantungan terhada bahan bakar fosil yang konon semakin terbatas ketesediaannya. Disamping itu penggunannya berdampak terhadap pencemaran udara. Dan CPO adalah salah satu bahan baku primadona untuk bio-diesel.
Disamping itu kebutuhan CPO sebagai bahan baku pangan dan produk turunan lainnya cenderung meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dunia. CPO digunakan sebagai bahan baku minyak makan, kosmetik, atau juga pada sejumlah produk non pangan
Kedua, kondisi yang terjadi saat ini diperkirakan adalah efek sesaat pasca terjadinya krisis keuangan global yang mengakibatkan kolepsnya sejumlah perusahaan di dunia, termasuk buyer dari CPO.
Namun selama demand terhadap produk akhir olahan CPO masih ada, ke depannya pelaku usaha tersebut dapat kembali bangkit dan meraih keuntungan dari pasar yang telah ada. Artinya harga CPO yang sedang merosot akan kembali membaik di masa yang akan datang.
Saatnya Beli Benih
Beruntunglah Anda yang optimis dan tetap yakin untuk membangun sawit. Karena saat ini stok benih tersedia. Bahkan di beberapa sumber benih, Anda bisa mendapatkannya dalam waktu relatif singkat kurang dari 1 bulan.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya benih sawit sangat sulit diperoleh, maka saat ini konsumen bebas memilih benih yang ia sukai. Apakah yang diproduksi PPKS yang terkenal dengan varietas Marihatnya atau benih asal PT. London Sumatera (Lonsum), yang merupakan benih brended. Apakah benih milik PT. Bhakti Tani Nusantara dengan varietas TN 1 yang masih bisa berproduksi tinggi meski di tanam di lahan kelas 3.
Atau benih milik PT. Tunggal Yunus yang dikenal dengan nama Topaz relatif handal di tanah gambut. Begitu juga Benih asal PT. Socfindo yang konon punya rendemen minyak yang tinggi.
Atau milik PT. Tani Selatan yang dengan varietasnya yang tahan kekeringan. Demikian juga dengan benih milik PT. Dami Mas dan PT. Bina Sawit Makmur yang memiliki keunggulan yang tidak kalah dengan benih milik sumber benih lainnya.
Disamping itu konsumen juga diperhadapkan pada berbagai pilihan harga. Dimana harga benih tersebut bervariasi mulai dari Rp. 6.000,- s/d Rp. 12.000,-. Jadi konsumen bisa menyesuaikan dengan kemampuan modalnya.
Jadi ini adalah saat yang tepat membeli benih unggul, selagi stok tersedia. Jangan sampai optimisme yang harusnya mendatangkan dengan keuntungan malah berakhir "buntung". Karena tidak menggunakan bahan tanam yang unggul bermutu.
Cara mendapatkan benih tersebut juga mudah. Cukup dengan melayangkan permohonan tertulis ke sumber benih di atas (alamatnya lihat di daftar sumber benih yang ada di blog ini) dengan dilampiri SP2BKS (Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit) yang dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan di Kabupaten atau Propinsi (Tata cara pemesanan benih dan contoh form ada di e-file kelapa sawit). Jika permohonan terpenuhi maka Andapun akan segera mendapatkan benih unggul bermutu.
Senin, 16 Maret 2009
INGIN MENDAPATKAN BENIH SAWIT UNGGUL NAMUN TERJANGKAU?
Butuh benih sawit unggul? Namun ingin menghemat biaya pembelian? Benih milik PT. Bhakti Tani Nusantara adalah pilihannya. Harga per kecambah dijual hanya Rp. 6.500,-. Namun kualitasnya tidak kalah dengan benih dari sumber benih lainnya. Bahkan potensi produksi hingga 35,4 ton TBS/ha yang sudah dapat dicapai pada TM-4. Dengan rendemen CPO yang bisa mencapai 30,7 %.
Keunggulan lain dari bahan tanam yang diberi nama TN 1, adalah dapat berproduksi tinggi meskipun ditanam di tanah kelas 3. Sehingga kecambah asal BTN ini cocok sekali digunakan untuk daerah pengembangan sawit di wilayah Indonesia Timur dan Kalimantan yang umumnya adalah tanah kelas 3.
Saat ini tersedia benih TN 1 hingga 1 juta kecambah. Jadi cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen benih yang membutuhkan kecambah dalam jumlah besar.
PT. BAKTI TANI NUSANTARA
Jl. Ampera No. 97
Tanjung Balai Karimun
Kepulauan Riau
Untuk informasi tata cara pemesanan dan bantuan untuk mendapatkan SP2BKS (syarat untuk bisa memesan benih dari sumber benih) silahkan menghubungi pengelola blog ini di no. 085925077652
Minggu, 15 Maret 2009
DAPATKAH E-BOOK DAN DATA FILE MENARIK
Di bawah ini beberapa produk menarik yang bisa Anda peroleh:
1. E-File Budidaya Sawit: Rp. 150.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) Budidaya kelapa sawit (fotocopy), 2) e-book tentang perbenihan kelapa sawit, 3) UU perbenihan 4) data informasi sumber benih 5) Dokumen pemesanan benih 6) Metoda pembibitan 6) Dokumen ketentuan impor benih 7) contoh form pengajuan impor 8) file-file presentasi menarik tentang kelapa sawit 8) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin mengembangkan kelapa sawit atau sedang melakukan penelitian tentang kelapa sawit.
(Edisi lengkap Rp. 350.000 plus pedoman pengendalian hama + majalah media perkebunan + data-data penting lainnya+ VCD Sawit)
2. E-File Nilam: Rp. 90.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) Budidaya nilam (fotocopy) 2) Presentasi menarik tentang budidaya nilam 3) Presentasi tentang peluang pasar 3) e-book Budidaya nilam hingga pengolahan 4) Pedoman perbenihan/pembibitan nilam 5) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin mengembangkan nilam atau sedang melakukan penelitian tentang nilam.
3. E-File Benih Kelapa Sawit : Rp. 60.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) E-book tentang “ Perbenihan kelapa sawit 2) Daftar sumber benih kelapa sawit di dalam negeri dan luar negeri 3) form pemesanan benih 4) Ketentuan impor benih 5) Form impor benih 6) Brosur Benih kelapa sawit palsu 7) Kumpulan presentasi menarik 8) Kumpulan tulisan tentang sawit mulai perbenihan hingga pengendalian hama 9) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin berkecimpung dalam bidang perbenihan sawit atau sedang melakukan penelitian tentang kelapa sawit.
4. E-Book Benih: Rp. 50.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) E-book tentang benih perkebunan 2) Presentasi menarik tentang perbenihan 3) Pedoman perbenihan perkebunan 4) Peraturan Perbenihan 5) Daftar Sumber benih Perkebunan 6) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin berkecimpung dalam bidang perbenihan atau sedang melakukan penelitian tentang benih.
5. E-Book Kapuk Rp. 50.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) e-book kapuk 2) E-book tentang benih perkebunan 3) Presentasi menarik tentang perbenihan 5) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin mengembangkan budidaya kapuk atau sedang melakukan penelitian tentang kapuk
6.Koleksi lengkap Rp. 400.000,- (Gabungan semua paket di atas)
Pemesanan via sms ke no 085925077652
1. E-File Budidaya Sawit: Rp. 150.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) Budidaya kelapa sawit (fotocopy), 2) e-book tentang perbenihan kelapa sawit, 3) UU perbenihan 4) data informasi sumber benih 5) Dokumen pemesanan benih 6) Metoda pembibitan 6) Dokumen ketentuan impor benih 7) contoh form pengajuan impor 8) file-file presentasi menarik tentang kelapa sawit 8) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin mengembangkan kelapa sawit atau sedang melakukan penelitian tentang kelapa sawit.
(Edisi lengkap Rp. 350.000 plus pedoman pengendalian hama + majalah media perkebunan + data-data penting lainnya+ VCD Sawit)
2. E-File Nilam: Rp. 90.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) Budidaya nilam (fotocopy) 2) Presentasi menarik tentang budidaya nilam 3) Presentasi tentang peluang pasar 3) e-book Budidaya nilam hingga pengolahan 4) Pedoman perbenihan/pembibitan nilam 5) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin mengembangkan nilam atau sedang melakukan penelitian tentang nilam.
3. E-File Benih Kelapa Sawit : Rp. 60.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) E-book tentang “ Perbenihan kelapa sawit 2) Daftar sumber benih kelapa sawit di dalam negeri dan luar negeri 3) form pemesanan benih 4) Ketentuan impor benih 5) Form impor benih 6) Brosur Benih kelapa sawit palsu 7) Kumpulan presentasi menarik 8) Kumpulan tulisan tentang sawit mulai perbenihan hingga pengendalian hama 9) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin berkecimpung dalam bidang perbenihan sawit atau sedang melakukan penelitian tentang kelapa sawit.
4. E-Book Benih: Rp. 50.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) E-book tentang benih perkebunan 2) Presentasi menarik tentang perbenihan 3) Pedoman perbenihan perkebunan 4) Peraturan Perbenihan 5) Daftar Sumber benih Perkebunan 6) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin berkecimpung dalam bidang perbenihan atau sedang melakukan penelitian tentang benih.
5. E-Book Kapuk Rp. 50.000,- (Paket CD + file+ dokumen; dikirim via Kilat Khusus PT. Pos Indonesia )
Isi: 1) e-book kapuk 2) E-book tentang benih perkebunan 3) Presentasi menarik tentang perbenihan 5) Bonus: belajar e-commerce + game kecil.
Pengguna: Pihak-pihak yang ingin mengembangkan budidaya kapuk atau sedang melakukan penelitian tentang kapuk
6.Koleksi lengkap Rp. 400.000,- (Gabungan semua paket di atas)
Pemesanan via sms ke no 085925077652
ICCRI KLON KAKAO PRODUKSI TINGGI
ICCRI merupakan klon kakao unggul yang bisa diandalkan untuk meraih produksi tinggi hingga lebih dari 2 Ton/Ha/Thn. Namun kurang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Informasi Selanjutnya Hubungi Puslitkoka Jember
Informasi Selanjutnya Hubungi Puslitkoka Jember
Kamis, 12 Maret 2009
DxP TN 1 VARIETAS SAWIT UNGGUL PT. BHAKTI TANI NUSANTARA
Jika ingin mendapatkan tanaman sawit yang memiliki produksi yang tinggi maka varietas sawit jenis DxP TN 1 adalah pilihannya. DxP TN 1 diproduksi oleh PT. Bhakti Tani Nusantara, ditetapkan sebagai sumber kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2008 yang lalu.
Sawit DxP TN memiliki kelebihan antara lain memiliki potensi produksi hingga 35,4 ton TBS/ha yang sudah dapat dicapai pada TM-4. Dengan rendemen CPO mencapai 30,7 %.
Tandan perpohon diperkirakan dapat mencapai 20 tandan/pohon/tahun. Sedangkan untuk buah beratnya adalah sekitar 13,5 gram per buah dengan rasio mesokarp per buah 81% sedangkan inti per buah 6,3%.
Gambar. Tanaman DxPTN1 tidak cepat meninggi
Mutu minyak yang dihasilkan cukup baik, dengan kandung asal lemak jenuhnya antara lain asam miristat 1,72 %, asam palmitat 54,08 %, asam stearat 5,12 %. Sedang kandungan asam lemak tak jenuh antara lain asam oleat 27,91 %, asam linoleat 10.41 %, asam linolenat 0,34 %, Iodine Value 57,6.
Menariknya lagi bahan tanam ini cukup mampu beradaptasi baik pada lahan Klas III. Atau boleh dikatakan tanah-tanah marginal yang tidak terlalu cocok untuk pertanaman sawit.
Materi genetik Dura dan Tenera/Pisifera yang ada di PT BTN merupakan hasil rekombinasi dari tetua-tetua terbaik pada program pemuliaan yang dilakukan di Socfin dan Sasaran Ehsan Utama (SEU), Malaysia. Dimana DxP TN 1 dihasilkan dari persilangan antara Dura Deli - Johor Labis dengan Pisifera AVROS turunan SP 540 T x Pisifera Bangun.
Untuk memesan benih DxP TN tentunya dengan terlebih dahulu mendapatkan mengeluarkan Surat Persetujuan Penyeluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS). Kemudian melakukan pemesanan secara tertulis ke PT. Bhakti Tani Nusantara yang berlokasi di Kepulauan Riau.
PT. BAKTI TANI NUSANTARA
Jl. Ampera No. 97
Tanjung Balai Karimun
Kepulauan Riau
Telp. 0777325042
Fax. 0777325043
DITEMUKAN DUA KLON KAKAO TAHAN VSD
Saat ini telah ditemukan 2 klon kakao yang tahan terhadap serangan VSD. Melalui kedua jenis klon ini penyakit mematikan itu diharapkan tidak lagi mengkhawatirkan petani kakao.
Vascular streak dieback (VSD) merupakan penyakit yang paling ditakuti petani kakao saat ini. Penyakit ini diakibatkan infeksi jamur Oncobasidium theobromae merupakan penyakit penting tanaman kakao saat ini yang dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman dewasa. Tanaman yang terkena VSD akan meranggas dan kemudian mati secara perlahan.
Di Sulawesi, ratusan hektar kakao gagal panen akibat penyakit ini. Ironisnya metoda pengendalian anjuran oleh Pusat Penelitian seperti fungisida dan sarungisasi ternyata tidak efektif menanggulanginya. Maka salah satu upaya untuk mengatasinya adalah mencari bahan tanam yang tahan VSD.
Gambar. Tanaman yang Terserang VSD
Untung saja, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) akhirnya menemukan dua klon baru yang tahan terhadap VSD yakni Sca 6 dan DRC 15 oleh. Dalam pengujian yang dilakukan Pusat Penelitian asal di Jember tersebut, kedua klon ini tersebut ditanam di daerah yang endemic vascular streak dieback (VSD) bersama klon-klon unggul lainnya seperti DRC 16 dan GC7 sebagai klon pembanding. Dan hasilnya kedua klon tersebut tetap bertahan sedangkan klon pembanding tumbuh meranggas dan akhirnya mati.
Gambar. Morfologi Sca 6
Klon Sca 6 merupakan hasil introduksi Botanic Garden Kew, Inggris. Bahan tanaman hasil introduksit tersebut diperbanyak di kebun Adolina dan Bah Lias, kemudian sebagian ditanam di kebun koleksi plasma nutrah kakao, kebun percobaan Kaliwining, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Sedangkan DRC 15 diperoleh dari hasil persilangan yang telah dilakukan sejak tahun 1912. Diturunkan dari famili klon DR 53. Menariknya klon-klon tersebut telah dijadikan tetua menghasilkan klon-klon baru yang sudah terlebih dahulu ditetapkan sebagai benih bina. Melalui observasi bertahun-tahun yang dilakukan Puslitkoka kedua klon ini akhirnya teridentifikasi sebagai klon tahan VSD.
Gambar. Morfologi DRC 15
Jika ditinjau dari segi potensi hasil kedua klon memiliki sedikit kelemahan jika dibandingkan dengan klon unggul lainnya. Potensi produksi SCA 6 dan DRC 15 diperkirakan hanya 1,5 ton/ha/tahun. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan DRC 16 yang bisa mencapai 2,1 ton/ha/tahun atau GC 7 bisa mencapai 2,3 ton/ha/tahun.
Walaupun masih di atas rata-rata produksi kakao nasional yang masih di bawah 1 ton/ha/tahun. Artinya jika ditanam di daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang memadai bebas serangan penyakit maka SCA 6 dan DRC 15 bukanlah klon terunggul jika dibandingkan klon-klon yang lazim digunakan petani.
Gambar. Klon Sca 6 Ditanam di daerah Endemik VSD
Sedangkan dari potensi mutu biji klon DRC 15 memiliki berat kering 1,16 g, kadar kulit 11,5 % dan kadar lemak 50,4 %. Sedangkan klon Sca 6 memiliki berat biji kering 0,65-0,84 g, kadar kulit biji 16,7-18,75 %, dan kadar lemak biji 49,6-58,17. Sehingga kedua klon ini cukup baik digunakan sebagai bahan baku industri makanan yang membutuhkan kadar lemak tinggi.
Gambar. Kondisi klon DRC yang ditaman di daerah endemik VSD
Tapi keunggulan DRC 15 dan Sca 6 akan terlihat nyata saat ditanam di daerah endemik VSD. Klon DRC 16 dan GC 7, dan klon unggul yan beredar di petani umumnya rentan terhada VSD dan akan mati dengan sendiri pada daerah serangan VSD. Namun klon DRC 15 dan Sca 6 masih bisa tumbuh dengan baik. Serta mampu menghasilkan produksi optimal jika ditanam pada kondisi pertanaman yang baik. Oleh sebab itu penggunaan klon ini direkomendasikan pada daerah endemik VSD dan serangannya sudah cukup parah.
Sehingga dengan hadirnya kedua klon tersebut diharapkan mampu membantu upaya pemerintah meningkatkan produksi kakao nasional. Apalagi saat ini Pemerintah tengah mencanangkan Gerakan Nasional Kakao yang terfokus di wilayah Sulawesi, yang nota bene daerah yang terkena dampak paling parah akibat penyakit VSD. Dimana kedua jenis klon ini bisa dimanfaatkan untuk merehabilitasi tanaman tidak produktif atau pun tanaman rentan menggunakan klon tahan VSD. Apakah dengan teknik sambung pucuk atau sambung samping. Atau digunakan untuk menganti kakao tua di daerah endemik VSD.
Puslitkoka telah mengusulkan kedua varietas unggul ini untuk dilepas menjadi benih bina melalui sidang pelepasan varietas yang dilaksanakan pada 15 Maret 2009 yang lalu. Jika Tim Penilai dan Pelepasan Varietas memutuskan bahwa kedua klon dinyatakan lulus dan kemudian ditetapkan menjadi benih bina dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian, maka bahan tanam tersebut dapat digunakan secara luas oleh masyarakat.
Vascular streak dieback (VSD) merupakan penyakit yang paling ditakuti petani kakao saat ini. Penyakit ini diakibatkan infeksi jamur Oncobasidium theobromae merupakan penyakit penting tanaman kakao saat ini yang dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman dewasa. Tanaman yang terkena VSD akan meranggas dan kemudian mati secara perlahan.
Di Sulawesi, ratusan hektar kakao gagal panen akibat penyakit ini. Ironisnya metoda pengendalian anjuran oleh Pusat Penelitian seperti fungisida dan sarungisasi ternyata tidak efektif menanggulanginya. Maka salah satu upaya untuk mengatasinya adalah mencari bahan tanam yang tahan VSD.
Gambar. Tanaman yang Terserang VSD
Untung saja, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) akhirnya menemukan dua klon baru yang tahan terhadap VSD yakni Sca 6 dan DRC 15 oleh. Dalam pengujian yang dilakukan Pusat Penelitian asal di Jember tersebut, kedua klon ini tersebut ditanam di daerah yang endemic vascular streak dieback (VSD) bersama klon-klon unggul lainnya seperti DRC 16 dan GC7 sebagai klon pembanding. Dan hasilnya kedua klon tersebut tetap bertahan sedangkan klon pembanding tumbuh meranggas dan akhirnya mati.
Gambar. Morfologi Sca 6
Klon Sca 6 merupakan hasil introduksi Botanic Garden Kew, Inggris. Bahan tanaman hasil introduksit tersebut diperbanyak di kebun Adolina dan Bah Lias, kemudian sebagian ditanam di kebun koleksi plasma nutrah kakao, kebun percobaan Kaliwining, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Sedangkan DRC 15 diperoleh dari hasil persilangan yang telah dilakukan sejak tahun 1912. Diturunkan dari famili klon DR 53. Menariknya klon-klon tersebut telah dijadikan tetua menghasilkan klon-klon baru yang sudah terlebih dahulu ditetapkan sebagai benih bina. Melalui observasi bertahun-tahun yang dilakukan Puslitkoka kedua klon ini akhirnya teridentifikasi sebagai klon tahan VSD.
Gambar. Morfologi DRC 15
Jika ditinjau dari segi potensi hasil kedua klon memiliki sedikit kelemahan jika dibandingkan dengan klon unggul lainnya. Potensi produksi SCA 6 dan DRC 15 diperkirakan hanya 1,5 ton/ha/tahun. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan DRC 16 yang bisa mencapai 2,1 ton/ha/tahun atau GC 7 bisa mencapai 2,3 ton/ha/tahun.
Walaupun masih di atas rata-rata produksi kakao nasional yang masih di bawah 1 ton/ha/tahun. Artinya jika ditanam di daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang memadai bebas serangan penyakit maka SCA 6 dan DRC 15 bukanlah klon terunggul jika dibandingkan klon-klon yang lazim digunakan petani.
Gambar. Klon Sca 6 Ditanam di daerah Endemik VSD
Sedangkan dari potensi mutu biji klon DRC 15 memiliki berat kering 1,16 g, kadar kulit 11,5 % dan kadar lemak 50,4 %. Sedangkan klon Sca 6 memiliki berat biji kering 0,65-0,84 g, kadar kulit biji 16,7-18,75 %, dan kadar lemak biji 49,6-58,17. Sehingga kedua klon ini cukup baik digunakan sebagai bahan baku industri makanan yang membutuhkan kadar lemak tinggi.
Gambar. Kondisi klon DRC yang ditaman di daerah endemik VSD
Tapi keunggulan DRC 15 dan Sca 6 akan terlihat nyata saat ditanam di daerah endemik VSD. Klon DRC 16 dan GC 7, dan klon unggul yan beredar di petani umumnya rentan terhada VSD dan akan mati dengan sendiri pada daerah serangan VSD. Namun klon DRC 15 dan Sca 6 masih bisa tumbuh dengan baik. Serta mampu menghasilkan produksi optimal jika ditanam pada kondisi pertanaman yang baik. Oleh sebab itu penggunaan klon ini direkomendasikan pada daerah endemik VSD dan serangannya sudah cukup parah.
Sehingga dengan hadirnya kedua klon tersebut diharapkan mampu membantu upaya pemerintah meningkatkan produksi kakao nasional. Apalagi saat ini Pemerintah tengah mencanangkan Gerakan Nasional Kakao yang terfokus di wilayah Sulawesi, yang nota bene daerah yang terkena dampak paling parah akibat penyakit VSD. Dimana kedua jenis klon ini bisa dimanfaatkan untuk merehabilitasi tanaman tidak produktif atau pun tanaman rentan menggunakan klon tahan VSD. Apakah dengan teknik sambung pucuk atau sambung samping. Atau digunakan untuk menganti kakao tua di daerah endemik VSD.
Puslitkoka telah mengusulkan kedua varietas unggul ini untuk dilepas menjadi benih bina melalui sidang pelepasan varietas yang dilaksanakan pada 15 Maret 2009 yang lalu. Jika Tim Penilai dan Pelepasan Varietas memutuskan bahwa kedua klon dinyatakan lulus dan kemudian ditetapkan menjadi benih bina dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian, maka bahan tanam tersebut dapat digunakan secara luas oleh masyarakat.
Senin, 09 Maret 2009
KAPAS HIBRIDA CINA JADI POLEMIK
Source: http://product-image.tradeindia.com/
Tanaman yang memiliki karakter unggul secara genetis bisa berubah menjadi biasa-biasa saja akibat perlakuan yang tidak tepat.
Demikian juga yang terjadi dengan kapas Hibrida Cina, varietas introduksi. Ternyata setelah ditanam di Indonesia ternyata produksinya tidak lebih dari 1 ton di sejumlah daerah. Bahkan di Lamongan, ada kasus petani dengan produksi mendekati nihil.
Padahal kapas unggul ini diperkirakan bisa mencapai produksi hingga 4 ton/ha, jauh melampaui kapas lokal yang potensinya produksi 3,6 ton/ha. Disamping itu kapas hibrida diklaim memiliki ketahanan terhadap serangan hama utama kapas, sehingga bisa membantu petani menekan biaya pembelian pestisida.
Jadi apa gerangan dengan kapas Cina sehingga hasilnya jauh dari harapan?
Mungkin kita perlu melihat bagaimana kapas ini dibudidayakan di negara asalnya Cina. Hasil hingga 4 ton adalah hasil yang biasa diraih petani kapas di negara tersebut dengan menggunakan jenis hibrida ini.
Dengan meniru cara petani Cina membudidayakan kapas bisa jadi hasil tersebut juga dapat diraih petani di Indonesia. Kalaupun tidak bisa mencapai 4 ton, tentunya tidak anjlok hingga dibawah 1 ton/ha.
Menurut Donatus Direktur PT, Supin Raya, distributor benih kapas hibrida, di negara asalnya kapas ini dikelola secara secara intensif. Setidaknya hal ini sudah diawali sejak pembibitan. Dimana benih terlebih dahulu disemaikan dan kemudian dibibitkan di dalam polibeg.
Sedangkan untuk pemupukan, petani memberikan pupuk secara memadai. Bahkan 2 x lebih banyak dari standar pemupukan kapas di Indonesia. Jika mengacu pada standar kebutuhan pupuk di Indonesia, tanaman kapas memerlukan pupuk 50 kg Za, 100 kg KCl, SP36 dan urea. Maka di Cina, untuk urea saja, tanaman kapas bisa mendapatkan pupuk hingga 200 kg.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan, menurut Donatus, budidaya kapas di Cina umumnya dilengkapi dengan pengairan teknis. Sehingga tanaman kapas di negara tirai bambu tercukupi kebutuhan airnya.
Selama pertumbuhan vegetatif, mulai dari saat tanam, tanaman kapas itu memerlukan pengairan. Maka pengairan untuk kapas tidak bisa diharapkan dari hujan, harus ada irigasi teknis atau penyiraman. Sedangkan pertanam kapas di Indonesia tidak dilengkapi pengairan teknis.
Dan berbeda dengan kebiasaan petani di Indonesia, petani di Cina menanam kapas secara monokultur. Sehingga tanaman kapas bisa mendapatkan nutrisi secara memadai tanpa harus bersaing dengan tanaman lain.
Lalu, bagaimana kapas ditanam di Indonesia. Saat ini ada 3 jenis kapas hibrida yang telah dilepas menjadi benih bina, yakni HSD 31, HSD 138 dan HSC 188. ketiga varietas ini telah digunakan secara luas khususnya di wilayah Sulawesi yang merupakan sentra pengembangan kapas di Indonesia.
Berbeda dengan petani di Cina, kapas di Indonesia umumnya ditanam secara polikultur. Apakah itu dengan kacang kedelai, kacang tanah atau jagung. Akibatnya terjadi persaingan hara dan sinar matahari dengan tanaman kapas. Hal ini diduga menjadi salah faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman kapas di Indonesia
Terkait pembibitan, petani umumnya menanam langsung benih kapas langsung di pertanaman. Bahkan dengan kedalaman yang tidak tepat sehingga akhirnya banyak benih yang tidak tumbuh.
Menurut Donatus, hal inilah yang kemudian menimbulkan anggapan jika daya kecambah kapas hibrida rendah. Padahal sebenarnya hal ini terjadi karena kesalahan dalam perlakuan benih.
Disamping itu petani umumnya tidak melakukan pemupukan dengan tepat, bahkan lebih rendah dari standar pemupukan kapas di Indonesia. Serta tanaman juga tidak mendapatkan pengairan yang memadai. Tanaman yang seharusnya memerlukan perawatan serius oleh petani ditanam dengan ala kadarnya. Sehingga wajar tanaman tumbuh dengan tidak optimal.
Walaupun demikian, Donatus menjelaskan, bahwa di beberapa wilayah di Sulawesi Kapas Hibrida bisa mencapai potensi 2 - 4 ton/ha. Setidaknya hal ini dialami sejumlah petani di Kabupaten Soppeng, Bone dan Wajjo. Karena petani di Kabupaten tersebut melakukan pemeliharaan tanaman dengan baik.
“Sedangkan di beberapa daerah lainnya hasilnya kurang menggembirakan, tidak mencapai 1 ton antara lain di Bantaeng, Sinjai dan Bulukumba. Hal ini, diakibatkan kesalahan teknis dalam penanaman. Sertanya adanya faktor non-teknis karena curah hujan yang tidak teratur”, tambah Donatus.
Maka menurut Donatus untuk meningkatkan produksi kapas nasional petani perlu mendapatkan bimbingan teknis tentang cara budidaya tanaman kapas yang tepat. Karena kalaupun benihnya unggul namun tidak dipelihara tidak baik, hasilnya akan tetap saja tidak memuaskan.
Oleh sebab itu di lapangan petani-petani kapas sangat membutuhkan tenaga pendamping yang sebaiknya disediakan oleh Instansi pemerintah. Merekalah yang menjadi ujung tombak perubahan perilaku petani bercocok tanam.
Disamping itu petani harus mendapatkan manfaat bertani kapas yang melebih tanaman lainnya. Kalau tidak maka petani akan tetap tergiur untuk menanam kapas secara tumpang sari.
Seadainya saja dengan monokultur sudah mendapatkan keuntungan yang besar, pasti petani akan mau menanam kapas dengan sungguh-sungguh. Menurut Donatus harga dasar ideal pembelian kapas petani sebaiknya di atas Rp. 5.000,-.
Disamping itu juga pemerintah perlu membantu petani untuk menyediakan bantuan peralatan khususnya untuk melakukan pengairan. Karena air adalah hal krusial dalam budidaya kapas. Demikian ditambahkan Donatus.
Perilaku Petani dan Perakitan Varietas
Namun merubah budaya tentunya hal tidak mudah. Apalagi perubahan tersebut tidak berhubungan nyata dengan peningkatkan pendapatan petani.
Menurut Emy Sulistyowati, peneliti Balai Tanaman Tambakau dan Serat Malang Petani di Indonesia cenderung memilih menanam kapas secara tumpang sari, karena mereka mengharapkan penghasilan tambahan dari tanaman selain kapas.
Dan kondisi ini tentunya tidak menguntungkan bagi pengembangan kapas hibrida, yang pada dasarnya memerlukan perhatian yang intensif, sehingga idealnya ditanam secara monokultur.
Namun, menurut Emy Sulistyowati, kebiasaan petani demikian adalah hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perakitan dan introduksi bahan tanaman. Jadi bahan tanam yang unggul itu masih bisa memberikan hasil yang mumpuni meski ditanaman dalam kondisi yang kurang baik.
Seperti halnya kapas lokal Kanesia 8 yang cukup disukai petani meskipun pada dasarnya potensinya lebih rendah dari kapas hibrida. Varietas tersebut masih mampu mencapai produksi hingga 1 ton meskipun ditanam secara tumpang sari di sejumlah daerah. Hal ini yang mengakibatkan mengapa petani memilih varietas lokal ini untuk ditanam.
Dan, ditambahkan Emy Sulistyowati , Seperti halnya kapas Cina, kapas lokal inipun kalau dipelihara sesuai standar teknis, hasil bisa melampaui potensi rata-rata. Misalnya seperti yang terjadi di PT. Ade Agro Industri di Sumba yang bisa mencapai 5 ton dengan tanaman kanesia 8. Dimana kapas tidak hanya terpenuhi untuk kebutuhan air, namun juga memperoleh pupuk 3 lebih banyak dari standar kebutuhan pupuk untuk kapas.
Maka, menurut Emy Sulistyowati, untuk melakukan introduksi maka perilaku petani dalam bercocok tanaman perlu juga menjadi pertimbangan. Utamanya petani harus diajarkan bertanam kapas sesuai standar teknis budidaya kapas.
“Namun selagi dalam proses perubahan belum terjadi sepenuhnya, perlu juga diperkenalkan bahan tanam yang relatif masih menghasilkan produksi yang menguntungkan meskipun ditanam dalam kondisi pertanaman yang kurang baik. Sehingga petani tetap tertarik mengembangkan komoditas tersebut”, tambah Emy Sulistowati.
Oleh sebab itu kendala yang perlu diperhatikan pada program akselerasi pengembangan kapas adalah perilaku petani dalam melakukan penanaman. Mengingat 20.000 Ha kapas bakal dikembangkan di Indonesia pada tahun 2009 ini.
Maka selain bahan tanam unggul yang perlu disediakan, petani juga harus dibekali pengetahuan dan kemampuan bercocok tanam yang baik. Serta didukung sarana dan prasarana yang memadai.
Namun jika hal ini kurang mendapatkan perhatian pemerintah maka bisa jadi impian Indonesia meningkatkan produksi kapas nasional melalui perluasan areal menjadi tidak signifikan hasilnya. Akhirnya akhirnya program akselerasi pengembangan kapas meleset dari sasaran. Alias gagal dalam pelaksanaannya seperti halnya program pengembangan jarak pagar yang merana dan tidak jelas arahnya.
Tanaman yang memiliki karakter unggul secara genetis bisa berubah menjadi biasa-biasa saja akibat perlakuan yang tidak tepat.
Demikian juga yang terjadi dengan kapas Hibrida Cina, varietas introduksi. Ternyata setelah ditanam di Indonesia ternyata produksinya tidak lebih dari 1 ton di sejumlah daerah. Bahkan di Lamongan, ada kasus petani dengan produksi mendekati nihil.
Padahal kapas unggul ini diperkirakan bisa mencapai produksi hingga 4 ton/ha, jauh melampaui kapas lokal yang potensinya produksi 3,6 ton/ha. Disamping itu kapas hibrida diklaim memiliki ketahanan terhadap serangan hama utama kapas, sehingga bisa membantu petani menekan biaya pembelian pestisida.
Jadi apa gerangan dengan kapas Cina sehingga hasilnya jauh dari harapan?
Mungkin kita perlu melihat bagaimana kapas ini dibudidayakan di negara asalnya Cina. Hasil hingga 4 ton adalah hasil yang biasa diraih petani kapas di negara tersebut dengan menggunakan jenis hibrida ini.
Dengan meniru cara petani Cina membudidayakan kapas bisa jadi hasil tersebut juga dapat diraih petani di Indonesia. Kalaupun tidak bisa mencapai 4 ton, tentunya tidak anjlok hingga dibawah 1 ton/ha.
Menurut Donatus Direktur PT, Supin Raya, distributor benih kapas hibrida, di negara asalnya kapas ini dikelola secara secara intensif. Setidaknya hal ini sudah diawali sejak pembibitan. Dimana benih terlebih dahulu disemaikan dan kemudian dibibitkan di dalam polibeg.
Sedangkan untuk pemupukan, petani memberikan pupuk secara memadai. Bahkan 2 x lebih banyak dari standar pemupukan kapas di Indonesia. Jika mengacu pada standar kebutuhan pupuk di Indonesia, tanaman kapas memerlukan pupuk 50 kg Za, 100 kg KCl, SP36 dan urea. Maka di Cina, untuk urea saja, tanaman kapas bisa mendapatkan pupuk hingga 200 kg.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan, menurut Donatus, budidaya kapas di Cina umumnya dilengkapi dengan pengairan teknis. Sehingga tanaman kapas di negara tirai bambu tercukupi kebutuhan airnya.
Selama pertumbuhan vegetatif, mulai dari saat tanam, tanaman kapas itu memerlukan pengairan. Maka pengairan untuk kapas tidak bisa diharapkan dari hujan, harus ada irigasi teknis atau penyiraman. Sedangkan pertanam kapas di Indonesia tidak dilengkapi pengairan teknis.
Dan berbeda dengan kebiasaan petani di Indonesia, petani di Cina menanam kapas secara monokultur. Sehingga tanaman kapas bisa mendapatkan nutrisi secara memadai tanpa harus bersaing dengan tanaman lain.
Lalu, bagaimana kapas ditanam di Indonesia. Saat ini ada 3 jenis kapas hibrida yang telah dilepas menjadi benih bina, yakni HSD 31, HSD 138 dan HSC 188. ketiga varietas ini telah digunakan secara luas khususnya di wilayah Sulawesi yang merupakan sentra pengembangan kapas di Indonesia.
Berbeda dengan petani di Cina, kapas di Indonesia umumnya ditanam secara polikultur. Apakah itu dengan kacang kedelai, kacang tanah atau jagung. Akibatnya terjadi persaingan hara dan sinar matahari dengan tanaman kapas. Hal ini diduga menjadi salah faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman kapas di Indonesia
Terkait pembibitan, petani umumnya menanam langsung benih kapas langsung di pertanaman. Bahkan dengan kedalaman yang tidak tepat sehingga akhirnya banyak benih yang tidak tumbuh.
Menurut Donatus, hal inilah yang kemudian menimbulkan anggapan jika daya kecambah kapas hibrida rendah. Padahal sebenarnya hal ini terjadi karena kesalahan dalam perlakuan benih.
Disamping itu petani umumnya tidak melakukan pemupukan dengan tepat, bahkan lebih rendah dari standar pemupukan kapas di Indonesia. Serta tanaman juga tidak mendapatkan pengairan yang memadai. Tanaman yang seharusnya memerlukan perawatan serius oleh petani ditanam dengan ala kadarnya. Sehingga wajar tanaman tumbuh dengan tidak optimal.
Walaupun demikian, Donatus menjelaskan, bahwa di beberapa wilayah di Sulawesi Kapas Hibrida bisa mencapai potensi 2 - 4 ton/ha. Setidaknya hal ini dialami sejumlah petani di Kabupaten Soppeng, Bone dan Wajjo. Karena petani di Kabupaten tersebut melakukan pemeliharaan tanaman dengan baik.
“Sedangkan di beberapa daerah lainnya hasilnya kurang menggembirakan, tidak mencapai 1 ton antara lain di Bantaeng, Sinjai dan Bulukumba. Hal ini, diakibatkan kesalahan teknis dalam penanaman. Sertanya adanya faktor non-teknis karena curah hujan yang tidak teratur”, tambah Donatus.
Maka menurut Donatus untuk meningkatkan produksi kapas nasional petani perlu mendapatkan bimbingan teknis tentang cara budidaya tanaman kapas yang tepat. Karena kalaupun benihnya unggul namun tidak dipelihara tidak baik, hasilnya akan tetap saja tidak memuaskan.
Oleh sebab itu di lapangan petani-petani kapas sangat membutuhkan tenaga pendamping yang sebaiknya disediakan oleh Instansi pemerintah. Merekalah yang menjadi ujung tombak perubahan perilaku petani bercocok tanam.
Disamping itu petani harus mendapatkan manfaat bertani kapas yang melebih tanaman lainnya. Kalau tidak maka petani akan tetap tergiur untuk menanam kapas secara tumpang sari.
Seadainya saja dengan monokultur sudah mendapatkan keuntungan yang besar, pasti petani akan mau menanam kapas dengan sungguh-sungguh. Menurut Donatus harga dasar ideal pembelian kapas petani sebaiknya di atas Rp. 5.000,-.
Disamping itu juga pemerintah perlu membantu petani untuk menyediakan bantuan peralatan khususnya untuk melakukan pengairan. Karena air adalah hal krusial dalam budidaya kapas. Demikian ditambahkan Donatus.
Perilaku Petani dan Perakitan Varietas
Namun merubah budaya tentunya hal tidak mudah. Apalagi perubahan tersebut tidak berhubungan nyata dengan peningkatkan pendapatan petani.
Menurut Emy Sulistyowati, peneliti Balai Tanaman Tambakau dan Serat Malang Petani di Indonesia cenderung memilih menanam kapas secara tumpang sari, karena mereka mengharapkan penghasilan tambahan dari tanaman selain kapas.
Dan kondisi ini tentunya tidak menguntungkan bagi pengembangan kapas hibrida, yang pada dasarnya memerlukan perhatian yang intensif, sehingga idealnya ditanam secara monokultur.
Namun, menurut Emy Sulistyowati, kebiasaan petani demikian adalah hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perakitan dan introduksi bahan tanaman. Jadi bahan tanam yang unggul itu masih bisa memberikan hasil yang mumpuni meski ditanaman dalam kondisi yang kurang baik.
Seperti halnya kapas lokal Kanesia 8 yang cukup disukai petani meskipun pada dasarnya potensinya lebih rendah dari kapas hibrida. Varietas tersebut masih mampu mencapai produksi hingga 1 ton meskipun ditanam secara tumpang sari di sejumlah daerah. Hal ini yang mengakibatkan mengapa petani memilih varietas lokal ini untuk ditanam.
Dan, ditambahkan Emy Sulistyowati , Seperti halnya kapas Cina, kapas lokal inipun kalau dipelihara sesuai standar teknis, hasil bisa melampaui potensi rata-rata. Misalnya seperti yang terjadi di PT. Ade Agro Industri di Sumba yang bisa mencapai 5 ton dengan tanaman kanesia 8. Dimana kapas tidak hanya terpenuhi untuk kebutuhan air, namun juga memperoleh pupuk 3 lebih banyak dari standar kebutuhan pupuk untuk kapas.
Maka, menurut Emy Sulistyowati, untuk melakukan introduksi maka perilaku petani dalam bercocok tanaman perlu juga menjadi pertimbangan. Utamanya petani harus diajarkan bertanam kapas sesuai standar teknis budidaya kapas.
“Namun selagi dalam proses perubahan belum terjadi sepenuhnya, perlu juga diperkenalkan bahan tanam yang relatif masih menghasilkan produksi yang menguntungkan meskipun ditanam dalam kondisi pertanaman yang kurang baik. Sehingga petani tetap tertarik mengembangkan komoditas tersebut”, tambah Emy Sulistowati.
Oleh sebab itu kendala yang perlu diperhatikan pada program akselerasi pengembangan kapas adalah perilaku petani dalam melakukan penanaman. Mengingat 20.000 Ha kapas bakal dikembangkan di Indonesia pada tahun 2009 ini.
Maka selain bahan tanam unggul yang perlu disediakan, petani juga harus dibekali pengetahuan dan kemampuan bercocok tanam yang baik. Serta didukung sarana dan prasarana yang memadai.
Namun jika hal ini kurang mendapatkan perhatian pemerintah maka bisa jadi impian Indonesia meningkatkan produksi kapas nasional melalui perluasan areal menjadi tidak signifikan hasilnya. Akhirnya akhirnya program akselerasi pengembangan kapas meleset dari sasaran. Alias gagal dalam pelaksanaannya seperti halnya program pengembangan jarak pagar yang merana dan tidak jelas arahnya.
CARA MENANAM BENIH UNGGUL JARAK PAGAR " JATROMAS"
1. Rendam biji Jarak Pagar selama 12 jam dalam air yang dicampur fungisida.
2. Masukan 1-2 biji Jarak Pagar sedalam ± 5 cm ke dalam media campuran tanah, kompos dan pasir (perbandingan 1 :1 : 1 ) yang sudah diwadahi polybag. Bagian radikula (akar lembaga) terletak di bawah.
3. Tempatkan di bawah tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari di atas jam 10 pagi, jaga kelembaban dengan penyiraman 2-3 kali sehari disesuaikan dengan kondisi kelembaban media.
4. 2 bulan kemudian siap untuk dipindah ke lapangan ditandai dengan jumlah daun lebih dari 3 helai dan tinggi sekitar 30 cm.
5. Penanaman diusahakan disiram sampai tanaman bertunas, dan penanaman dilaksanakan pada awal musim penghujan.
Untuk pemesanan benih ini dapat menghubungi Bapak Roy di nomor +628159555028
PT. Bumi Mas Eka Persada
Plaza BII, Menara II, Jl. M.H. Thamrin No. 51. Jakarta 10350
2. Masukan 1-2 biji Jarak Pagar sedalam ± 5 cm ke dalam media campuran tanah, kompos dan pasir (perbandingan 1 :1 : 1 ) yang sudah diwadahi polybag. Bagian radikula (akar lembaga) terletak di bawah.
3. Tempatkan di bawah tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari di atas jam 10 pagi, jaga kelembaban dengan penyiraman 2-3 kali sehari disesuaikan dengan kondisi kelembaban media.
4. 2 bulan kemudian siap untuk dipindah ke lapangan ditandai dengan jumlah daun lebih dari 3 helai dan tinggi sekitar 30 cm.
5. Penanaman diusahakan disiram sampai tanaman bertunas, dan penanaman dilaksanakan pada awal musim penghujan.
Untuk pemesanan benih ini dapat menghubungi Bapak Roy di nomor +628159555028
PT. Bumi Mas Eka Persada
Plaza BII, Menara II, Jl. M.H. Thamrin No. 51. Jakarta 10350
Kamis, 05 Maret 2009
MARKA MOLEKULER DAN PERLINDUNGAN HAK INTELEKTUAL PEMULIA TANAMAN
Marka Molekuler adalah upaya membedakan karateristik tanaman pada tingkat gen. Penggunaan marka molekuler utamanya untuk memonitor variasi susunan DNA di dalam dan pada sejumlah spesies serta merekayasa sumber baru variasi genetic dengan mengintroduksi karakter-katakter baik yang baru dari landraces dan spesies-spesies liar.
Teknologi pembeda pada tingkat genetika menjadi penting terkait dengan perlindungan hak kekayaan intelektual. Para pemulia bisa melindungi varietas temuannya tidak hanya teridentifikasi secara anatomi namun juga secara genetika.
Sehingga sebuah tanaman yang agak berbeda secara fisik tidak dapat diklaim pihak lain sebagai hasil pemuliaanya, jika nyatanya memiliki kesamaan genetic dari bahan tanam milik seorang.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa metoda melakukan marka molekuler. Antara lain RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), mikrosatelit, SNP (Single Nucleotide Polymorphisms) dan AFCD (Amplified Fragment Length Polymorphism).
Namun dari keempat metode tersebut mikro satelit cenderung lebih populer dan telah diterapkan pada tanaman sawit, kelapa dan kakao. Dimana matode ini tidak hanya bisa mengidentifikasi variasi genetis namun juga mengetahui jenis gen-gen yang resesif.
Langkah awal pelaksanaan marka molekuler adalah mengambil bagian tanaman, biasanya berasal dari daun muda. Kemudian diisolasi DNA-nya, kemudian dicari mana bagian yang bertanggung jawab terhadap karakter unggul pada tanaman.
Biasanya DNA yang diisolasi kemudian akan dihubungkan dengan bank data genetika, untuk mengidentifikasi gen dan menduga karakter yang diekspresikan.
Melalui marka molekuler maka kepemilikan varietas akan diperkuat dengan identitas tanamannya secara spesifik dalam bentuk gambar atau karakter gen. Dan informasi tersebut menjadi data pendukung deskripsi fisik yang diperloleh dari hasil observasi langsung di lapangan.
Analisis ini marka molekuler ini menjadi penting karena karakter tanaman pada dasarnya hasil interaksi antara faktor genetis dengan lingkungan. Sehingga tanaman yang pada dasarnya masih satu jenis menjadi berbeda secara fisik karena perbedaan perlakukan atau lingkungan.
Misalnya tanaman jarak yang ditanam di tanah marginal akan tumbuh lebih pendek dibandingkan dengan yang ditanam di tanah yang subur, meskipun kedua tanaman tersebut memiliki jenis yang sama. Sehingga bisa jadi kemudian disimpulkan kalau tanaman tersebut memiliki jenis berbeda.
Oleh sebab itu salah satu cara mengindentifikasi persamaan atau perbedaan jenis dibalik keragaman karateristik fisik adalah melihat variasi pada tingkat gen. Dan hal ini tepat untuk mencegah double claim terhadap kepemilikan sebuah varietas tanaman.
Maka para produsen benih perlu mempertimbangkan marka molekuler sebagai penanda dari bahan tanaman yang diklaim. Setidaknya ini bermanfaat untuk melindungi varietas yang dimiliki. Serta mencegah timbulnya masalah terkait hak kepemilikan sebuah temuan varietas. Agar bahan tanam yang diklaim benar-benar tidak pernah dihasilkan sebelumnya.
Salah satu lembaga pemerintah yang sudah bisa melaksanakan marka molekuler adalah BB Biogen Bogor. Dan layanan ini perlu dimanfaatkan oleh para produsen benih di Indonesia.
Alamat Balai Besar Penelitian & Pengembangan
Bioteknologi dan Sumber Daya Genetika Pertanian
Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111
Tel. (0251) 337975, 339793
Fax (0251) 338820
Minggu, 01 Maret 2009
TERSEDIA BENIH SAWIT SOCFINDO KUALITAS UNGGUL
Ini adalah waktu yang tepat mendapatkan benih Socfindo. Karena ke depan benih unggul ini bisa saja kembali langka.
Saat ini tersedia stok benih sawit Socfindo. Konsumen bisa mendapatkannya tidak saja untuk kebutuhan dalam jumlah kecil,namun juga dalam partai besar. Untuk tahun ini benih Socfindo dijual dengan harga Rp. 9.500,-/kecambah. Dengan standar mutu benih yang terjamin kualitasnya. Seperti memiliki daya kecambah tinggi serta bebas kotoran dan hama dan penyakit.
Untuk pemesanan hingga 100 ribu kecambah dapat direalisasikan hanya dalam waktu 1 bulan. Sedangkan untuk pesanan partai besar memerlukan waktu 3 bulan.
Benih Socfindo Disukai Konsumen
Menggunakan benih Socfindo adalah pilihan yang tepat. Karena PT. Socfindo merupakan sumber benih terkemuka di tanah air. Benih produksinya telah digunakan luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Setiap tahun jutaan kecambah disalurkan kepada konsumen. Bahkan tahun lalu, 2008, PT. Socfindo kewalahan memenuhi pesanan.
Bahkan kondisi ini dimanfaatkan oleh para oknum untuk menjual benih oplosan dengan memalsukan label Socfindo. Tujuannya untuk mendapatkan keuntungan dari kekuatan brand Socfindo.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka tahun 2009 ini PT. Socfindo mencanangkan target produksi hingga 50 juta kecambah. Dan sejak tahun lalu sumber benih tersebut telah menambah jumlah tanaman induk yang diaktifkan, untuk meningkatkan kapasitas produksi benih.
Gambar. Prosesing Benih Berteknologi PT. Socfindo
Keunggulan Benih Socfin
Benih Socfindo telah terbukti keunggulannya. Antara lain dapat diperoleh tanaman dengan produksi rata-rata hingga 28 ton TBS /ha/tahun. Sedangkan produksi optimal bisa mencapai 40 ton TBS/ha/tahun.
Lebih menariknya lagi rendemen minyak dari sawit asal Socfindo bisa mencapai 25 persen. Dengan produksi rata-rata CPO mencapai 7 ton CPO/ha/tahun.
Hal inilah yang dirasakan para petani di daerah Langkat dan Labuhan Batu yang menggunakan benih asal Socfindo. Merekapun terimbas berkah dari keunggulan tersebut.
TBS produksinya lebih disukai pabrik. Bahkan mendapatkan selisih harga pembayaran Rp. 200,- lebih tinggi dari petani lainnya. Pabrik merasa diuntungkan karena sawitnya lebih mudah diproses dan hasil minyaknya lebih tinggi.
Dan ternyata benih sawit asal Socfindo tidak hanya menjadi favorit di dalam negeri. Ternyata juga disukai di luar negeri. Terbukti sumber benih tersebut mendapatkan pesanan benih dari Amerika Latin, antara lain Colombia, Peru dan Ekuador.
Fenomena ini menarik. Jika konsumen benih di Indonesia lagi gendrung dengan benih asal Costarica, Amerika Latin. Nyatanya negara asal Amerika Selatan malah memilih impor benih asal Socfindo.
Konsumen di negara itu tertarik dengan produksi dan rendemen minyak tinggi yang bisa diraih dari bahan tanam asal Socfindo. Dan hingga saat ini saja jumlah pesanan telah mencapai 10 juta kecambah.
Jadi bagi calon konsumen benih yang ingin mendapatkan benih unggul, maka benih asal Socfindo adalah pilihan yang tepat. Dijamin akan sangat menguntungkan.
Pemesanan Benih
Untuk memesan benih Socfindo dilakukan secara tertulis dengan melampirkan SP2BKS (Surat Persetujuan Penyeluran Benih Kelapa Sawit)yang berasal dari Dinas Perkebunan Propinsi/Kabupaten dimana kebun berada. Serta persyaratan legalitas lainnya. Maka dapatkan sekarang benih unggul bermutu milik PT. Socfindo.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi
PT. Socfin Indonesia
Jl. K.L. Yos Sudarso No. 106 Medan
Sumatera Utara Indonesia
Telp: 061-6616066 ext 128 – 129
061-6638010 (direct)
Fax: 061-6614390
dapat juga melalui pengelola blog ini
(info lengkap tentang tata cara pemesanan benih beserta contoh form isian terdapat dalam paket e-file benih sawit)
Saat ini tersedia stok benih sawit Socfindo. Konsumen bisa mendapatkannya tidak saja untuk kebutuhan dalam jumlah kecil,namun juga dalam partai besar. Untuk tahun ini benih Socfindo dijual dengan harga Rp. 9.500,-/kecambah. Dengan standar mutu benih yang terjamin kualitasnya. Seperti memiliki daya kecambah tinggi serta bebas kotoran dan hama dan penyakit.
Untuk pemesanan hingga 100 ribu kecambah dapat direalisasikan hanya dalam waktu 1 bulan. Sedangkan untuk pesanan partai besar memerlukan waktu 3 bulan.
Benih Socfindo Disukai Konsumen
Menggunakan benih Socfindo adalah pilihan yang tepat. Karena PT. Socfindo merupakan sumber benih terkemuka di tanah air. Benih produksinya telah digunakan luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Setiap tahun jutaan kecambah disalurkan kepada konsumen. Bahkan tahun lalu, 2008, PT. Socfindo kewalahan memenuhi pesanan.
Bahkan kondisi ini dimanfaatkan oleh para oknum untuk menjual benih oplosan dengan memalsukan label Socfindo. Tujuannya untuk mendapatkan keuntungan dari kekuatan brand Socfindo.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka tahun 2009 ini PT. Socfindo mencanangkan target produksi hingga 50 juta kecambah. Dan sejak tahun lalu sumber benih tersebut telah menambah jumlah tanaman induk yang diaktifkan, untuk meningkatkan kapasitas produksi benih.
Gambar. Prosesing Benih Berteknologi PT. Socfindo
Keunggulan Benih Socfin
Benih Socfindo telah terbukti keunggulannya. Antara lain dapat diperoleh tanaman dengan produksi rata-rata hingga 28 ton TBS /ha/tahun. Sedangkan produksi optimal bisa mencapai 40 ton TBS/ha/tahun.
Lebih menariknya lagi rendemen minyak dari sawit asal Socfindo bisa mencapai 25 persen. Dengan produksi rata-rata CPO mencapai 7 ton CPO/ha/tahun.
Hal inilah yang dirasakan para petani di daerah Langkat dan Labuhan Batu yang menggunakan benih asal Socfindo. Merekapun terimbas berkah dari keunggulan tersebut.
TBS produksinya lebih disukai pabrik. Bahkan mendapatkan selisih harga pembayaran Rp. 200,- lebih tinggi dari petani lainnya. Pabrik merasa diuntungkan karena sawitnya lebih mudah diproses dan hasil minyaknya lebih tinggi.
Dan ternyata benih sawit asal Socfindo tidak hanya menjadi favorit di dalam negeri. Ternyata juga disukai di luar negeri. Terbukti sumber benih tersebut mendapatkan pesanan benih dari Amerika Latin, antara lain Colombia, Peru dan Ekuador.
Fenomena ini menarik. Jika konsumen benih di Indonesia lagi gendrung dengan benih asal Costarica, Amerika Latin. Nyatanya negara asal Amerika Selatan malah memilih impor benih asal Socfindo.
Konsumen di negara itu tertarik dengan produksi dan rendemen minyak tinggi yang bisa diraih dari bahan tanam asal Socfindo. Dan hingga saat ini saja jumlah pesanan telah mencapai 10 juta kecambah.
Jadi bagi calon konsumen benih yang ingin mendapatkan benih unggul, maka benih asal Socfindo adalah pilihan yang tepat. Dijamin akan sangat menguntungkan.
Pemesanan Benih
Untuk memesan benih Socfindo dilakukan secara tertulis dengan melampirkan SP2BKS (Surat Persetujuan Penyeluran Benih Kelapa Sawit)yang berasal dari Dinas Perkebunan Propinsi/Kabupaten dimana kebun berada. Serta persyaratan legalitas lainnya. Maka dapatkan sekarang benih unggul bermutu milik PT. Socfindo.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi
PT. Socfin Indonesia
Jl. K.L. Yos Sudarso No. 106 Medan
Sumatera Utara Indonesia
Telp: 061-6616066 ext 128 – 129
061-6638010 (direct)
Fax: 061-6614390
dapat juga melalui pengelola blog ini
(info lengkap tentang tata cara pemesanan benih beserta contoh form isian terdapat dalam paket e-file benih sawit)
BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS KEMBANGKAN BENIH UNGGUL SAWIT
Tren peningkatan nilai ekonomis minyak sawit dan produk turunannya di pasar internasional mendorong BSP mengembangkan material Tenera secara komersial dengan bibit dari Costa Rica di Seed Garden Project, Kisaran, Sumatra Utara.
Arie Wibisono, Support Vice President BSP, mengatakan benih unggul itu memungkinkan penanaman kelapa sawit lebih banyak yaitu dari 140 pohon per ha menjadi 160 pohon per ha.
Benih baru itu ditargetkan bisa menghasilkan 40 ton tandan buah segar per ha dengan tingkat rendemen 25% dan masa produksi lebih dari 25 tahun.
"Kalau perhitungan kami produksinya bisa dinaikkan sekitar 10 ton per ha menjadi lebih dari 40 ton per ha. Kebun benih kami akan mulai berproduksi pada 2011," katanya di Kisaran, kemarin.
Harga benih sawit di pasar, sambungnya, berada pada kisaran Rp6.000 per biji. Dia memperkirakan BSP dapat menjual di bawah harga itu pada saat benih tersebut di lempar ke pasar.
Bambang Eka Syahputra, manajer Seed Garden Project, menambahkan produksi benih dari pohon induk yang didatangkan dari Kosta Rica itu akan mencapai 3,8 juta benih pada 2012 dan melonjak menjadi 6,6 juta pada 2014.
"Potensi produksi akan dicapai pada 2018 dengan jumlah 15 juta benih. Kami juga bisa meningkatkan kapasitas produksi benih menjadi 50 juta benih,"katanya.
Proyek Kerja Sama
Seed Garden Project merupakan kerja sama BSP dengan ASD de Costa Rica sebagai penyedia tanaman induk dura dan tanaman induk psifera, yang akan menghasilkan Tenera komersial.
Pembangunan kebun induk dilakukan pada 2006-2009 dengan total areal 262 ha di Serbangan Estate, Kisaran terdiri dari 7 ha pembibitan dan kebun induk 255 ha.
Bambang menjelaskan pembangunan nursery seluas tujuh ha itu dimulai pada 1 Agustus 2006.?
"Agar kebun induk bisa berproduksi pada 2011, kami membangun DxP test cross seluas 170 ha sebagai tempat seleksi calon pohon induk.? Bibitnya akan masuk Maret 2008."
Arie melanjutkan kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia biasanya tumbuh dengan daun yang panjang dan relatif tinggi sehingga pada beberapa tahun sulit dipanen karena tinggi pohon itu.? Sedangkan panjang daun membatasi populasi pohon sekitar 140 batang per ha.
Dengan bibit dari Costa Rica itu, katanya, tinggi pohon menjadi lebih lambat dan panjang daun lebih pendek sehingga mempermudah pemanenan dan memungkinkan penanaman menjadi 160 pohon per ha.??
Sifat unggul itu, ujar Arie, memungkinkan produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan kelapa sawit yang biasa ditanam di Tanah Air.
Meski Seed Garden baru berproduksi pada 2011, jumlah produksi komersial sekitar 600.000 bibit baru cukup untuk memenuhi kebutuhan kebun BSP sendiri, Arie mengklaim sudah menerima pesanan dari sejumlah investor (Lutfi Zainudin)
Sumber: Bakrie & Brothers
Langganan:
Postingan (Atom)