;

Rabu, 09 Juli 2008

APA YANG TELAH DILAKUKAN LEMBAGA PEMULIA DAN PARA BREEDER SAWIT


Benih kelapa sawit bermutu yang tersedia dan telah digunakan para konsumen dihasilkan melalui proses yang tidak mudah. Untuk dapat menghasilkan benih berkualitas unggul membutuhkan proses selama bertahun-tahun.

Benih kelapa sawit unggul yang digunakan saat ini adalah benih hibrida (Tenera). Merupakan persilangan antara Dura dengan Psifera. Dura merupakan jenis sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.

Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% (wikipedia, 2008).

Untuk menghasilkan jenis Tenera yang berkualitas inilah diperlukan jasa para breeder. Mereka menyilangkan berbagai jenis Dura dengan Psifera untuk menghasilkan tenera yang unggul. Semakin beragam jumlah dan jenis Dura dan Psifera yang tersedia maka semakin besar kemungkinan dihasilkan tenera dengan karakteristik yang diminati (produktivitas tanaman tinggi, hasil CPO tinggi dan tahan terhadap hama penyakit)

Mendukung usaha para breeder tersebut, lembaga pemulia di Indonesia mendatangkan berbagai jenis tanaman kelapa sawit dari sejumlah negara untuk nantinya disilangkan. Sejak 1884 hingga 2008 telah dilakukan beberapa kali introduksi dari berbagai negara seperti Kamerun, Zaire, Nigeria, Costarica, dsb (tabel di bawah).



Namun setelah tanaman untuk persilangan tersedia apakah serta merta akan dihasilkan tenera yang unggul? Tentu tidak. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan varietas tenera cukup lama, bertahun-tahun. Bahkan untuk mendapatkan varietas yang unggul memerlukan waktu puluhan tahun. Karena tidak ada yang dapat meramalkan,termasuk para breeder, ekspresi genetis yang bakal dihasilkan dari tanaman hasil persilangan.

Seperti halnya pengalaman PT. Bakti Tani Nusantara yang berlokasi di Pulau Kundur dan Pulau Buru, Tanjung Balai Karimun, Kepri yang baru saja ditetapkan sebagai sumber benih kelapa sawit. Introduksi tanaman induk dari Malaysia telah dilakukan sejah tahun 1996, namun varietas unggul yang dihasilkan baru dapat digunakan pada tahun 2008 ini. Artinya para breeder di sumber benih tersebut memerlukan waktu 12 tahun untuk menghasilkan varietas sawit yang layak diedarkan kepada masyarakat sejak introduksi.

Tidak hanya itu, tanaman hasil persilangan perlu diuji lebih lanjut. Apakah tanaman itu kemudian tetap akan memiliki kualitas unggul jika ditanam di luar kebun percobaan.

Intinya untuk menghasilkan benih dengan kualitas seperti yang dinikmati oleh para konsumen benih saat ini diperlukan usaha bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun. Hasil saat ini dapat dicapai tidak lepas dari jasa para breeder untuk menghasilkan bahan tanam yang unggul.

Oleh sebab itu wajar jika harga benih bermutu dijual relaif mahal apalagi jika dibandingkan dengan benih asalan. Harga benih bermutu berkisar antara Rp. 4.000, - s/d Rp. 10.000,-. Berbeda dengan benih asalan yang dijual seharga Rp. 2.000,- bahkan lebih rendah. Karena di dalam harga benih unggul sudah tercakup insentif yang akan dibayarkan kepada para breeder.

Oleh sebab itu, dengan membeli benih unggul dalam negeri kita telah turut menghargai jerih payah para breeder kita. Karena apa yang mereka kerjakan tak lain untuk memberikan manfaat yang besar bagi "Anda" para pengguna benih.

Tidak ada komentar: