;

Minggu, 18 Mei 2008

POHON INDUK, KEBUN ENTRES DAN PENGEMBANGAN KLON KAPUK


Hasil persilangan kapuk Jawa dengan klon Congo yang diminati petani adalah (RKxBW) C atau Muktiharjo 1 yang lebih dikenal dengan (MH 1) dan (RRxBW) C atau Muktiharjo 2 (MH 2). Karena hasil persilangan merupakan kapuk hibrida maka pengembangannya dilakukan secara vegetatif dengan cara okulasi. Untuk menunjang kegiatan tersebut disiapkan pohon induk dan kebun entres sebagai sumber entres.

Pohon Induk dan Kebun Entres
Pohon induk sebagai sumber entres telah disiapkan sejak lama yaitu pada tahun 1932- 1934. Jumlah pohon induk MH 1 sebanyak 40 pohon dan MH 2 sebanyak 25 pohon dan Togo B sebanyak 15 pohon. Untuk mengantisipasi kekurangan mata entres ditanam lagi pada tahun 1982 kebun induk MH 1 sebanyak 60 pohon, dan MH 2 pada tahun 1987 sebanyak 25 pohon.di KP Muktiharjo, Pati. Hal ini dilakukan karena pengembangan kapuk melalui biji tidak dianjurkan, karena akan mengalami segregasi dan tidak seunggul induknya. Pengembangan kapuk di petani atau perkebunan dianjurkan hanya secara vegetative yaitu dengan okulasi.

Mata entres harus berasal cabang tegak, karena mata yang berasal dari cabang yang menyamping akan tumbuh menyamping juga. Mngingat sulitnya mendapatkan cabang entres tegak dalam jumlah banyak, maka disiapkan kebun entres sebagai “Bank Mata Entres” masing-masing klon harapan MH 1, MH 2 dan Togo B seluas 0,5 ha (Gambar 10). Jarak tanam 2,0 m x 1,0 m. Setiap 6 bulan dapat dilakukan pemangkasan dan tunas yang tumbuh ditinggalkan 2 cabang, setiap cabang terdapat 10 -15 mata entres (Sahid, et al.,1991)

Pengembangan klon MH 1, MH 2 dan Togo B
Minat pengguna terhadap klon harapan MH 1, MH 2 dan Togo B sangat tinggi, hal ini tercermin pada permintaan yang masuk dan dilayani oleh KP Muktiharjo. Klon-klon tersebut telah ditanam disentra sentra produksi kapuk seperti Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Malang, Pasuruan, NTB dsb (Dikutip dari buku yang berjudul "Kapuk" karya Bapak Dr. H. Moch Sahid, Peneliti di Balittas Malang)

Tidak ada komentar: