;

Selasa, 08 Januari 2008

ILMU TANAMAN, MENJADI SOLUSI MASA DEPAN?


Pujangga Belanda Gerbrand Adriaenz Bredero (1585-1618) mengatakan “het kan verkeren”, secara bebas dapat diartikan segala sesuatu dapat berubah. Beberapa tahun yang lalu, ilmu tumbuhan masih dipinggirkan dan kalah pamor dengan ilmu kesehatan manusia. Pada masa lampu pandangan bahwa tanpa tumbuhan tidak akan ada kehidupan belum mendapat tempat. Namun saat ini segalanya berubah

Suara sosok karismatik, salah satunya adalah peraih Nobel, Al Gore, telah mendorong banyak orang menyadari bahwa planet kita tengah berada dalam kondisi krisis dan penelitian tumbuhan menjadi bagian penting dalam membangun dunia yang berkesinambungan. Oleh sebab itu para peneliti di bidang pertanian dituntut untuk memiliki komitmen keras untuk menciptakan dunia yang lebih baik dengan dukungan dari stageholder lainnya seperti: akademisi, industriawan demikian halnya dengan pemerintah. Sulit untuk membayangkan, namun dalam 10 tahun ke depan pertambahan 3 juta penduduk, kebutuhan pangannya harus dipenuhi dengan kondisi lahan pertanian yang terbatas. Disamping itu, standar hidup di negara berkembang akan terus berkembang dimana konsumsi terhadap produk peternakan bakal meningkat, dimana sekali lagi akan meningkatkan kebutuhan bahan pakan ternak dalam jumlah besar yang juga berasal dari tumbuhan. Di level yang berbeda, pemanasan global cenderung merubah iklim dimana tanaman baru harus dikembangkan dengan mengatasi tekanan dan menigkatkan toleransi penyakit

Tanaman juga memiliki potensi sebagai bahan baku energi, dan akan menjadi solusi penyediaan energi masa depan. Namun sistem pertanian kedepan harus dibangun pengaturan agar terjadi keseimbangan antara penyediaan kebutuhan pangan dan biomass untuk memproduksi energi. Apalagi menurut EPSO, tanaman akan solusi utama terhadap krisis energi masa depan.

Secara tradisional, tanaman dikonsumsi salah satunya untuk memperoleh nitrogen-melalui protein. Namun pengembangan tanaman bioenergi mempunyai tujuan yang berbeda. Biofuel dibuat dari karbon dan hidrogen, dan kandungan nitrogren tidak dibutuhkan dalam konteks ini. Oleh sebab itu, untuk memproduksi bioenergi yang memiliki efisiensi tinggi maka harus harus meminimisasi input dari pupuk, air dan pestisida yang dapat meningkatakan kandungan nitrogen dan mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya yang menghasilkan karbohidrat.

Oleh sebab itu model pengembangan pertanian bakal melibatkan setiap bidang ilmu tanaman. Ahli botani dan ekologi membantu mengidentifikasi tanaman sumber bioenergi atau pangan, pemulia dan ahli agronomi membangun varietas baru dan model pertanian berkelanjutan, ahli molekul biologi tanaman melalukan mengindentifikasi dan modifikasi cell untuk perbaikah hasil produksi. Namun akhirnya keseluruhan bidang ilmu tersebut harus membentuk kerangka kerja yang mengintegrasikan segala pengetahuan baru agar secara keseluruhan dapat diarahkan mengoptimalisasikan produktifitas tanaman.

Pada masa lalu, ilmu tanaman sering dipandang kurang penting dibandingkan ilmu di bidang kesehatan dan banyak mahasiswa yang lebih menyukai mempelajari binatang dari pada tanaman. Namun saat ini terjadi sebuah titik balik, banyak peneliti muda yang memilih melakukan penelitian di bidang tanaman. Dan para peneliti tanaman tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan dunia. Untuk meraih tujuan ini, maka sangat perlu untuk senantiasa meningkatan kesadaran pentingnya penelitian tanaman dan menjadikan ilmu pengetahuan tanaman di posisi yang terhormat. (Sumber: SeedQuest [terjemahan])

Tidak ada komentar: