Minggu, 07 Juni 2009
TERSEDIA LAHAN 3 JUTA HA UNTUK PENGEMBANGAN SAWIT
Artikel ini ditulis bukan bermaksud mengiklankan lahan untuk pengembangan sawit. Melainkan untuk mengangkat sebuah ironi. Ketika Indonesia bergairah, bahkan bernafsu, mengambangkan sawit, hingga banyak hutan maupun lahan-lahan gambut yang dikonversi menjadi lahan sawit. Ternyata, di sisi lain banyak lahan produktif yang berada dalam kondisi terlantar.
Berdasarkan data yang dilansir oleh Sawit Watch saat ini terdapat 3 juta lahan tidur milik perusahaan perkebunan di Indonesia. Oleh pemerintah Izin peruntukkan lahan tersebut adalah untuk pengembangan sawit. Tapi entah mengapa lahan tersebut tidak dimanfaatkan untuk membangun kebun, melainkan dibiarkan begitu saja oleh pihak pengembang. Padahal mungkin saja lahan tersebut tadinya adalah hutan perawan yang dialihkan fungsinya oleh pemerintah.
Sawit Watch menduga ada indikasi trik-trik nakal perusahaan tertentu untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek. Karena lahan-lahan tersebut bisa digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan kredit Perbankan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Barangkali menunjukkan lemahnya pengawasan pemerintah terhadap pemanfaatan izin yang telah diberikan kepada pihak swasta. Seharusnya perusahaan yang bertindak nakal tersebut dapat dikaji ulang untuk penarikan izin, dan perudangan-undangan memungkinkan hal tersebut.
Seharusnya lahan-lahan tersebut bisa dimanfaatkan bagi masyarakat, untuk tujuan yang lebih produktif. Apalagi saat ini banyak anggota masyarakat yang hidup sebagai buruh tani karena tidak memiliki lahan, termasuk juga di sentra pengembangan sawit. Demikian dijelaskan oleh sumber dari Sawit Watch.
Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi produsen terbesar di dunia yang absolut cara ternyata tidak sulit. Tidak perlu mengubah fungsi lahan gambut, atau mengubah fungsi hutan menjadi lahan sawit. Cukup dengan memanfaatkan lahan-lahan terlantar yang jumlahnya 3 juta ha tersebut. Jika saja lahan tersebut ditanami, saat ini maka bisa dibayangkan peningkatan produksi sawit Indonesia 3 tahun mendatang. Pasti akan melonjak naik secara pesat. ( Sumber: Media Perkebunan)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar