Gorontalo tengah bergegas mengembangkan perbenihan perkebunan. Pada tahun 2009 saja Propinsi muda ini sudah melepas 2 varietas unggul kelapa dalam. Dan tahun ini sudah mengusulkan 3 varietas tebu.
Keseriusan pemerintah provinsi dalam menggali potensi sumber daya genetik lokal patut diacungi jempol. Pasalnya Propinsi di Sulawesi ini gencar mengupayakan pelepasan varietas unggul. Pada tahun 2009 yang lalu 2 varietas kelapa, Keramat dan Molowahu, ditetapkan sebagai varietas bina stelah dinyatakan lulus pada sidang TP2V tanggal 16 Nopember 2009 di Jakarta serta ditetapkan sebagai varietas bina oleh Menteri Pertanian pada tanggal 28 Desember 2009.
Kelapa Dalam Molowahu memiliki potensi produksi tinggi 3,3 sampai 3,4 ton kopra/ha/tahun dengan kadar minyak 67% dengan ciri spesifik stigma buah menjorok ke arah dalam dan tangkai tandan buah pendek. Sedangkan kelapa Dalam Kramat memiliki potensi produksi tinggi 2,5 sampai 3,1 ton kopra/ha/tahun dengan kadar minyak 65 % dengan ciri spesifik stigma buah menonjol ke dalam dan tangkai tandan buah pendek.
Varietas Unggul Kelapa Dalam Molowahu dan Kelapa Dalam Kramat merupakan kebanggan masyarakat Provinsi Gorontalo dan akan dijadikan komoditi unggulan provinsi tersebut kedepan. Saat ini ketersediaan benih kedua varietas kelapa tersebut saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan program peremajaan dan pengembangan kelapa di provinsi Gorontalo, BPT Molowahu sudah terseleksi 600 pohon induk dan BPT Kramat terseleksi 500 pohon induk.
Varietas Unggul Tebu
Namun geliat Propinsi penghasil jagung tersebut tidak berhenti sampai di sini. Pada tahun 2010 ini Propinsi Gorontalo kembali mengusulkan 3 varietas tebu dan 1 varietas cengkeh. Untuk tebu, varietas yang diusulkan adalah GTO 1, GTO 2 dan GTO 3. Sekaligus usulan perdana varietas tebu dari wilayah Sulawesi.
Terkait dengan pelepasan varietas, ketiga jenis tebu unggul tersebut telah menjalani Orientasi Varietas (ORVAR) yang sudah diawali sejak Masa Tanam (MT) 2007/2008 di 2 (dua) lokasi, yaitu Molohu dan Saripi. Data hasil percobaan tanaman pertama (Plant Cane/PC) telah terhimpun pada panen bulan September 2008.
Percobaan dilanjutkan pada tanaman keprasan (Ratoon Cane/RC) tahap 1 yang rencana dipanen pada bulan Agustus 2009, tetapi karena kebun percobaan tersebut terbakar maka data hasil RC1 kedua kebun tersebut tidak dapat dikumpulkan. Tanaman tetap dilakukan keprasan untuk memperoleh data RC2 pada MT 2009/2010. Pada MT 2008/2009 dilaksanakan di satu lokasi tambahan Saripi dengan masa tanam Agustus 2008. Panen percobaan dilaksanakan pada Agustus 2009. Setelah panen dilanjutkan pada RC 1 yang rencana akan dipanen pada 2010.
Dari data hasil yang dapat dihimpun hingga tahun 2009, tampaknya belum cukup memadai untuk penyusunan dokumen pelepasan. Untuk itu pengujian ORVAR yang berjalan tetap dicermati dan dilengkapi dengan tambahan pengujian pada MT 2009/2010, yaitu PC Gandaria, RC 1 Bululi, RC 2 Molohu dan RC 2 Saripi. Diharapkan pada bulan Juni 2010 sudah dapat dipanen seluruhnya sehingga pengumpulan data hasil pengujian dan kajian data teknis calon varietas yang akan diusulkan menjadi benih bina telah memadai untk penyusunan dokumen pelepasan.
Untuk memenuhi ketentuan penyusunan proposal pelepasan vaietas tebu secara terbatas (unggul lokal), diperlukan data perkembangan dan produktivitas varietas non-bina GTO 1, GTO 2 dan GTO 3 di kebun HGU dan kebun rakyat dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Disamping itu juga diperlukan penyusunan diskripsi varietas dan data teknis pengembangannya. Hasil pengujian adaptasi ORVAR diharapkan telah selesai dikumpulkan pada akhir Juni 2010, sehingga proposal pelepasan varietas GTO 1, GTO 2 dan GTO 3 dapat diserahkan pada Juli 2010. Penyusunan proposal diharapkan dapat dibantu oleh P3GI dan BBP2TP Surabaya.
Pelepasan varietas ini sangat penting mengingat sesuai dengan amanat UU No. 12 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 1995 dinyatakan bahwa benih unggul hanya dapat diedarkan ke masyarakat apabila sudah dilepas oleh Menteri Pertanian. Sehingga varietas asal Gorontalo yang sudah dilepas bisa digunakan secara luas tidak hanya oleh masyarakat setempat, juga konsumen benih di propinsi lain.
Rabu, 25 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar