Produksi minyak sawit dan inti sawit di dunia mencapai sekitar 51 juta ton. Dari sekitar 13 juta hektar tanaman produktif setidaknya bernilai US$46 miliar. Berdasarkan data Oil World tahun 2010, minyak sawit menguasai perdagangan minyak nabati internasional. Indonesia sendiri menyumbang 49% dari produksi tersebut, disusul Malaysia sebanyak 37% dan sisanya negara-negara lain, seperti Colombia, Ivory Coast, Nigeria, dan Papua New Guinea.
Bagi Indonesia minyak kepala sawit merupakan komoditas penting. Komoditi ini mampu menghasilkan 21,1 juta ton minyak kelapa sawit dari sekitar lebih 7,8 juta hektar perkebunan. Tak heran jika minyak kelapa sawit mampu menyumbang devisa US$11,3 miliar buat perekonomian Indonesia dan menyerap langsung sekitar 4,5 juta tenaga kerja.
Selain itu sektor industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu perangkat penting dalam pembangunan sosial-ekonomi, khususnya untuk daerah pedesaan. Areal tanaman kelapa sawit diperkirakan meningkat terus hingga 12 juta hektar pada tahun 2015.
Di sisi lain, pemuliaan benih kelapa sawit pun terus berkembang pesat. Hal ini lantaran untuk mencari bibit unggul yang mampu memproduksi kelapa sawit yang tinggi dan berkualitas. Demikian juga dengan Indofood group melalui anak usaha di perkebunan kelapa sawit yakni PT Salim Ivomas Pratama (SIMP) dan PT PP London Sumatera Tbk (Lonsum).
Kedua anak usaha di bawah bendera Salim group itu diharapkan dapat menjamin kesinambungan suplay minyak kelapa sawit bagi proses manufaktur pangan dan lainnya. Di samping itu juga sebagai sumber pendapatan tambahan. Dengan demikian sekaligus juga turut memajukan pembangunan sosial-ekonomi pedesaan.
Indofood sendiri memiliki landbank seluas 400.000 hektar yang di antaranya 200.000 hektar telah ditanam dan 90% merupakan kelapa sawit. Diperkirakan laju penanaman dan replanting kelapa sawit dalam Salim group mencapai sekitar 35.000 hektar per tahun.
Untuk mendukung program ini, Indofood juga melalui anak usaha lainnya yakni PT Sarana Inti Pratama (SAIN) pada tahun 1998 membuat kebijakan strategis untuk memulai program pemuliaan tanaman dan produksi benih kelapa sawit. Kebijakan ini sekaligus mempersingkat prosesnya dengan cara mengintroduksi bahan pemuliaan yang sudah unggul dari ASD Costa Rica.
Menurut Head of Plant Breeding PT SAIN, Tatang Tahir Kusnadi, tujuan program pemulian ini untuk menghasilkan hibrida DxP berkualitas unggul dengan hasil dan kualitas minyak yang tinggi. Sehingga pada akhirnya demi mendukung upaya pengembangan perkebunannya.
Kapasitas produksi benih perlu memiliki batasan supaya produksinya menjadi efisien dari segi kualitas dan kuantitas. “Surplus benih akan dipasarkan kepada pihak ketiga, sedangkan tambahan pendapatan yang diperoleh diinvestasikan kembali untuk penelitian pemuliaan tanaman selanjutnya,” ungkap Tatang.
Keragaan Kualitas Benih
Projeni terpilih maupun projeni RRS II memiliki kadar mesokarp + inti (M/B + I/B) yang baik yakni masing-masing 85,6% dan 85,8% dibandingkan projeni SC yang hanya 83,9%, walaupun kadar I/B projeni SC lebih tinggi yaitu 6.8%. Projeni hibrida terpilih maupun projeni RRS II memiliki rendemen total minyak (TOER) yang lebih tinggi yakni masing-masing 27,9% dan 27,4% dibandingkan projeni SC yang hanya sebesar 24,6%.
Projeni terpilih memiliki kandungan minyak dalam mesokarp segar (Mi/M1) dan rendemen minyak sawit (OER) yang lebih baik yaitu masing-masing 58,9% dan 26,2% dibandingkan projeni SC dan RRS II. Walaupun rendemen minyak intinya relatif rendah, namun projeni terpilih menunjukkan rendemen total minyak (TOER) yang lebih baik yaitu 27,9%.
Rangkuman nilai rerata projeni hibrida terpilih
1. Produksi total minyak (TO1, umur 4-7 thn) ton/ha/thn
2. Potensi produksi minyak total (TO2, umur 6 thn) ton/ha/thn
3. Potensi produksi TBS (FFB2, umur 6 thn) ton/ha/thn
4. Pertumbuhan meninggi yang relatif baik = 62,8 cm/tahun
5. Rendemen CPO = 26 %
6. Rendemen minyak total (TOER) = 28,7%
Dalam percobaan ini, PT SAIN telah menempuh jalur cepat dalam program pemuliaan kelapa sawit dan produksi benihnya dengan cara mengintroduksi dari ASD Costa Rica pada tahun 1998 sebanyak 99 projeni hibrida DxT/P (RRS II) berikut selfing/sibbing tetuanya melalui pendekatan pemuliaan RRS (reciprocal recurrent selection) yang selanjutnya ditanam pada tahun 2002/2003 di Kebun Perbenihan Lindai.
Berdasarkan hasil produksi selama 4 tahun pertama, telah dipilih 25 projeni hibrida yang menghasilkan total minyak (=TO1) terbaik dengan intensitas seleksi 25% untuk reproduksi benih hibrida komersial dengan menggunakan selfing/sibbing tetuanya.
Perkiraan performa rata-rata produksi umur 4-7 thn (ton/ha/thn) dari projeni hibrida terpilih yang terdiri dari 4 sumber genetik berbeda adalah TO1 = 7,9, CPO1 = 7,4, PKO1 = 0,45 dan FFB1 = 27,5. Perkiraan potensial produksi pada umur 6 tahun (ton/ha/tahun) adalah TO2 = 9,4 , CPO2 = 8,9 , PKO2 = 0,54 , FFB2 = 32,7.
HINC = 64 cm/thn dan RL = 506 cm.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kualitas hibrida SAIN yang terdiri dari varietas Calabar, Ekona, Ghana dan Yangambi menunjukan hasil memuaskan. Dalam sidang TP2V pun dalam putusannya menyetujui keempat varietas benih kelapa sawit PT SAIN disetujui untuk dilepas.
Sumber: Media Perkebunan Online
Kamis, 29 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar