Minggu, 01 November 2009
SAWIT TIDAK BERBUAH, PETANIPUN MERINGIS
Benih oplosan ketika dipasarkan tampak mengiurkan. Harga murah, produksi diklaim tinggi oleh si penjual, ditambah dengan layanan pengiriman sampai lokasi penanaman. Namun ketika ditanam, petani baru menyadari dampaknya. Ternyata tanaman lambat berbuah dengan tingkatproduksi rendah atau tidak berbuah sama sekali.
Demikian pulalah nasih 2 petani di Kabupaten Paser di Propinsi Kalimantan Timur. Saat ini mereka hanya bisa mengelus dada, setelah menyaksikan perkebunan sawitnya tidak kunjung mendatangkan kekayaan.
Salah satu petani yang naas tersebut telah menanam hampir 25 ha selama kurang lebih 6 tahun. Ironisnya hingga saat ini belum berbuah. Padahal menurut pengekuannya biaya yang ia keluarkan sudah cukup besar, mulai dari land clearing hingga perawatan tanaman.
“ Ini semua gara-gara saya nekat menggunakan benih tidak bermutu. Ingin mendapatkan benih murah, malah saya akhirnya rugi saat ini”, dimikian penuturannya.
Karena tidak lagi yakin tanamannya bakal menghasilkan, maka ia memutuskan akan membongkar kebunnya. Dan sawit-sawit yang tidak produktif tersebut akan digantukan tanaman baru yang bahan tanammnya berasal dari sumber benih resmi. “Lebih baik begitu, meskipun mengeluarkan biaya, tapi ini lebih baik dari pada terus menerus merugi”, ungkapnya.
Namun lain lagi dengan petani lainnya di tempat yang sama. Lahannya hanya sawitnya hanya 6 ha dan ia sudah menanam selama 7 tahun. Sialnya dari hasil investigasi tim dari Balai Pengawasan Beni di Kalimantan Timur diketahui seluruhn tanamannya adalah pejantan alias psifera. Hanya menghasilkan serbuk sari namun tidak memproduksi buah . Dan karena lagi memiliki dana maka ia hanya bisa menunggu pasrat, moga-moga terjadi keajaiban dan tanamannya mulai berbuah. Iapun mendapatkan bahan tanamannya dari penangkar ilegal.
Oleh sebab itu penggunaan benih sawit unggul bermutu merupakan keharusan bagi setiap pekebun sawit. Dimana bahan tanaman unggul hanya dapat diperoleh melalui 8 sumber benih (PPKS, PT Socfindo. PT. Lonsum. PT. Bina Sawit Makmur, PT. Dami Mas Sejahtera, PT. Tunggal Yunus, PT. Tania Selatan dan PT. Bakti Tani Nusantara) maupun penangkar yang memiliki kerjasama waralaba dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dan PT. Bakti Tani Nusantara. Jika tidak, nasib maka calon petani sawit bisa mengalami nasih naas seperti dua petani asal Kalimantan Timur di atas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar