Kamis, 11 Februari 2010
HEBATNYA VARIETAS SOCFINDO
Menarik memang!. Ketika banyak calon pekebun di Indonesia berusaha mendapatkan benih Costarica asal Amerika Selatan (Costarica), ternyata PT. Socfindo mengekspor benih ke wilayah Amerika Selatan tepatnya ke Colombia.
Aneh tentunya. Pekebun dari negara di Amerika Latin tersebut jauh-jauh membeli benih dari Indonesia. Padahal di negara tetangganya Costrarica terdapat juga sumber benih.
Hal ini dipastikan terkait kualitas bahan tanaman milik PT. Socfindo.
Namun seperti apakah keunggulan varietas milik PT. Socfindo tersebut?
Dari bahan tanaman asal Socfindon diperoleh tanaman dengan produksi rata-rata hingga 30 ton TBS /ha/tahun. Dengan produksi optimal mencapai 40 ton TBS/ha/tahun.
Menariknya, rendemen minyak dari sawit asal Socfindo bisa mencapai 25 persen. Dengan produksi rata-rata CPO mencapai 7 ton CPO/ha/tahun.
Barangkali ini menjadi alasan mengapa pekebun asal negara di Amerika Selatan tersebut berminat membeli benih asal PT. Socfindo.
Pada tahun 2009 yang lalu tercatat PT. Socfindo mengekspor sebesar 3,4 juta kecambah. Dua juta kecambah dikirim ke Colombia, sisanya ke beberapa negara Afrika yang masih perusahaan Group PT. Socfindo sendiri.
Socfindo menawarkan 2 jenis varietas unggul yakni DxP Unggul Socfindo (L) dan DxP Unggul Socfindo (Y). kedua jenis tersebut telah ditetapkan sebagai benih bina.
Pada tahun 2010 PT. Socfindo menargetkan produksi 32 juta dengan proporsi 30 juta untuk dalam pasar domestik, 2 juta untuk ekspor. Dengan harga per kecambah Rp. 9.500,- .
Pemesanan Benih [klik]
Rabu, 10 Februari 2010
KLON UNGGUL KAKAO GENERASI KETIGA
Walaupun klon generasi pertama dan kedua masih layak digunakan mengingat produktivitas dan mutu hasilnya baik, namun tetap masih diperlukan klon kakao yang lebih unggul. Oleh karena program pemuliaan kakao dengan sasaran diperolehnya bahan tanaman unggul yang lebih baik dari klon unggul sebelumnya.
Sehubungan dengan itu Puslitkoka Jember telah melakukan seleksi dan uji multilokasi terhadap beberapa klon kakao mulia dan lidak. Dengan tujuan memperoleh klon unggul yang memiliki sifat: produksi tinggi, mutu hasil baik, tahan terhadap hama dan penyakit utama seperti hama helopeltis dan penggerek buah kakao (PBK). Sedangkan mengenai peyakit, misalnya busuk buah (Phytopthera palmivora) dan penyakit vascular streaj dieback (VSD).
Adapun klon kalao unggul generasi ketiga terebut antara lain:
Pertama, kakao mulia ICCRI 01, dan ICCRI 02 yang memiliki sifat daya hasil tinggi >2 ton/ha/tahun. ICCRI memiliki daya hasil 2,51 ton/ha dan ICCRI adalah 2,34 ton/tahun dan mempunyai daya adaptasi yang baik, serta tahan terhadap hama Heleopeltis dan penyakit busuk buah (Phytopthera palmivora)
Disamping itu klon ICCRI 01 dan ICCRI 02 meunjukkan sifat komponen hasil yang lebih baik, yaitu biji/tongkol 30, berat per satu biji kering di atas 1 gram. Hasil analisa kadar lemak pada biji menunjukkan > 50 persen yaitu kadar lemak biji klon ICCRI 01 sebesar 59 persen dan klin ICCRI 02 sebesar 58 persen.
Kedua, kakao mulia ICCRI 03, dan ICCRI 04 yang memiliki sifat daya hasil tinggi >2 ton/ha/tahun. ICCRI 03 memiliki daya hasil 2,09 ton/ha dan ICCRI) adalah 2,06 ton/tahun dan mempunyai daya adaptasi yang baik, serta tahan terhadap hama Heleopeltis dan penyakit busuk buah (Phytopthera palmivora)
Hasil analisa kadar lemak pada biji menunjukkan > 50 persen yaiotu kadar lemak biji klon ICCRI 03 dan klin ICCRI 04 sebesar 55 persen.
Sumber: Puslitkoka Jember
Minggu, 07 Februari 2010
KECAMBAH NORMAL VS ABNORMAL
Gambar di atas menunjukkan perbedaan fisik antara kecambah yang normal yang layak digunakan, dengan kecambah abnormal yang sebaiknya diafkirkan.
Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan
Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan
Kamis, 04 Februari 2010
MEDIA TANAM UNTUK BIBIT SAWT
Agar kecambah berkembang menjadi bibit yang sehat, maka perlu digunakan media tanam yang sehat. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan media tanam adalah:
1. Campuran yang digunakan tanah mineral (70%) + pasir (20%)+bahan organik (10%)
2. Media prenursery disaring untuk mendapatkan tanah yang homogen dan menghindari adanya batu atau bongkahan tanah.
3. Pencampuran pupuk dan bahan organik dilakukan pada saat penyaringan
Penggunaan media tanam yang tidak ideal membuat tanaman tumbuh kerdil. Seperti terlihat pada gambar di atas yang menggunakan tanah liat atau gambut.
Gambar. Kondisi Bibit dengan Media Tanaman yang Tidak Baik.
Sumber: Socfindo
1. Campuran yang digunakan tanah mineral (70%) + pasir (20%)+bahan organik (10%)
2. Media prenursery disaring untuk mendapatkan tanah yang homogen dan menghindari adanya batu atau bongkahan tanah.
3. Pencampuran pupuk dan bahan organik dilakukan pada saat penyaringan
Penggunaan media tanam yang tidak ideal membuat tanaman tumbuh kerdil. Seperti terlihat pada gambar di atas yang menggunakan tanah liat atau gambut.
Gambar. Kondisi Bibit dengan Media Tanaman yang Tidak Baik.
Sumber: Socfindo
Langganan:
Postingan (Atom)