;

Rabu, 13 Februari 2008

DEPTAN IMPOR BIBIT SAWIT 70 JUTA POHON


Pemerintah berencana melakukan impor bibit sawit sebanyak 60-70 juta pohon. Negara importir pertama yang diharapkan adalah Malaysia. Jumlah bibit impor tersebut untuk mencukupi kekurangan kebutuhan bibit sawit untuk kegiatan peremajaan dan perluasan areal perkebunan sawit tahun 2008 yang diperkirakan memerlukan 230 juta bibit.

“Tahun 2008 memang kita kekurangan bibit sawit. Di Indonesia sudah ada tujuh sumber benih sawit nasional, namun hanya 159 juta bibit sawit yang dapat dihasilkan dari tujuh sumber benih tersebut. Untuk itu, kebijakan pemerintah lakukan impor bibit,” kata Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, Ahmad Manggabarani, Selasa (5/2).

Ahmad menyayangkan peraturan ekspor bibit sawit Malaysia yang masih ketat dan memang, lanjutnya, lebih diutamakan terlebih dahulu untuk perkebunan-perkebunan sawit di Malaysia. “Oleh sebab itu kita harus memberi peluang yang besar pada perkembangan produksi bibit kita,” kata Ahmad.

Ahmad menegaskan bibit sawit yang datang dari negara pengimpor tidak boleh direct impor. Bibit sawit tersebut harus melalui negara ketiga sebelum masuk ke Indonesia untuk dilakukan pencucian, penggantian kemasan/packaging, dan kegiatan karantina lainnya. Ia mencontohkan jika bibit sawit datang dari Costa Rica tidak boleh langsung ke Indonesia, tetapi dilakukan kegiatan karantina di Miami sebagai negara ketiga.

“Termasuk orang-orangnya tidak boleh lewat dari 1x24 jam. Dengan demikian diharapkan cendawan akan mati,” katanya.

Ahmad menambahkan revitalisasi perkebunan kelapa sawit seluas 400.000 hektare merupakan bagian dari sasaran pembangunan perkebunan tahun 2008, selain karet rakyat 75.000 hektare, dan kakao 50.000 hektare.

“Target sasaran revitalisasi perkebunan kelapa sawit tahun 2008, 350.000 hektare untuk perluasan dan 50.000 untuk peremajaan. Target luasan yang cukup besar dalam revitalisasi perkebunan. Semua dana berasal dari perbankan,” jelas Ahmad.
(effatha tamburian)

Sumber: Sinar Harapan

Tidak ada komentar: