;

Minggu, 27 Februari 2011

MEMBELI BENIH SAWIT UNGGUL TIDAK MEMBUTUHKAN SPEKULASI

Banyak calon pekebun yang menganggap mendapatkan benih sawit membutuhkan spekulasi. Mereka berusaha mencari bibit dari satu penangkar ke penangkar yang lain. Atau mencoba mencari jalur-jalur belakang untuk mendapatkan benih unggul. Namun semakin seorang pekebun berspekulasi mendapatkan benih sawit semakin besar peluangnya menggunakan benih sawit palsu.

Mengapa tidak? Membeli benih sawit pada dasarnya tidak membutuhkan berbagai alternatif dan pencarian yang intensif. Pasalnya penyedia benih sawit unggul untuk kecambah hanya 8 sumber benih yakni PPKS, PT. Socfindo, PT. Lonsum, PT. BTN, PT. Dami Mas, PT. Tunggal Yunus, PT. BSM, dan PT. Tania Selatan. Diluar 8 sumber benih tersebut dipastikan illegal.

Sedangkan untuk bibit, sumbernya hanya dari penangkar yang berwaralaba dari sumber benih resmi yakni PPKS dan PT. BTN. Di luar itu dipastikan legal. Meskipun saat ini jumlah bibit di lapangan saat ini terbatas namun masih ada beberapa penangkar pewaralaba yang memiliki bibit yang siap disalurkan.

Hanya saja banyak pekebun yang berspekluasi diakibatkan informasi yang terbatas dan ketidaksiapan dalam menerima kenyataan dari investasi benih itu sendiri. Sebagai disebutkan bahwa sumber penyedian benih unggul pada dasarnya tidak banyak. Hanya 8 sumber benih dan beberapa penangkar pewaralaba. Dan tidak dari sumber lain.

Tidak dari orang ketiga atau dari perusahaan yang mengklaim memiliki benih unggul yang dijual dalam bentuk peti, kantung. Karena benih unggul hanya dijual per kecambah, sedangkan peti dan kantung adalah media untuk melakukan pengiriman.

Namun tidak semua pekebun mengetahui hal tersebut. Khususnya yang baru pertama kali membangun kebun kelapa sawit.

Ketidaksiapan berinvestasi benih ditandai dari keterkejutan mengetahui harga kecambah yang ternyata tidak mudah. Pasalnya harga benih sawit resmi tidak murah berkisar Rp. 7.000 sd Rp. 10.000,-.

Sedangkan untuk bibit di atas 12 bulan di atas Rp. 25.000,-. Jadi jika seorang pekebun ingin membeli 1.000 barang bibit unggul sawit berumur 12 bulan maka ia harus menyiapkan uang sebanyak min Rp. 25 Juta. Banyak pekebun mengeluh “ harga bibit mahal sekali”.

Padahal dari investasi tersebut penghasilan yang diperoleh juga cukup sebanding. Jika membeli bibit unggul maka pekebun memiliki kesempatan memperoleh produksi hingga 30 ton. Misalnya saja harga TBS Rp. 1.700,-/kg. Maka utk setiap ha petani bisa memperoleh pengghasilan hingga Rp. 51 juta.

Untuk 1 Ha dibutuhkan bibit sekitar 150 (beserta sulaman) maka biaya yang dikeluarkan Rp. 3.750.000,-. Apakah investasi Rp. 3.750.000 cukup mahal untuk mendapatkan penghasilan Rp. 51 juta/ha setiap tahunnya?

Jika tidak menggunakan bibit unggul maka pekebun berpeluang kehilangan produksi hingga 50% atau penghasilan sekitar 25 juta. Hal ini dialami oleh sejumlah petani kelapa sawit di Sumut yang umumnya hanya memperoleh produksi TBS +10 Ton/ha/tahun meskipun sudah mencapai umur puncak produksi.

Hanya saja memang untuk mendapatkan benih unggul terdapat beberapa kesulitan antara lain sumber benih umumnya tidak selalu ada di seluruh wilayah pengembangan sawit. Sehingga pekebun, jika ingin mendapatkan benih unggul harus juga berlelah-lelah mengunjungi sumber benih dan menyiapkan dana tidak hanya untuk membeli benih namun juga ongkos pengiriman.

Namun tidak ada salahnya bersusah-susah saat ini mendapatkan benih unggul jika kemudian Anda bisa bersenang hati karena memperoleh penghasilan yang lebih dari biaya yang Anda keluarkan.

Kamis, 17 Februari 2011

BIBIT SAWIT UNGGUL BISA DIDAPAT DI BALIT SEMBAWA


Balai penelitian karet Sembawa yang berada Sumatera Selatan ternyata tidak hanya memasarkan benih karet unggul namun juga bahan tanam sawit bersertifikat. Balai Penelitian tersebut menjalin hubungan waralaba dengan PPKS Medan sehingga memiliki otoritas menjual benih asal sumber benih tersebut.

Selain menjual kecambah, Balit Sembawa juga menjual bibit kelapa sawit. Gambar di atas adalah bibit sawit umur 3 bulan yang tengah ditangkarkan di Balit Sembawa.

Bibit ini diprioritaskan bagi petani di daerah Sumatera Selatan. Bibit ini baru akan dipasarkan setelah berumur 9 sd 12 bulan. Sebelum disalurkan bibit ini akan disertifikasi oleh Balai Benih Sumatera Selatan.

MENAWARKAN KEMENYAN KUALITAS PREMIUM


Anda membutuhkan kemenyan kualitas terbaik untuk kebutuhan ekspor?

Kami menawarkan kemenyan getah kering, berupa lempengan asal Tapanuli Utara. Kemenyan kualitas premium ini kami tawarkan seharga Rp. 200.000,- franko Pahae, Tapanuli Utara. Stok tersedia > 1 ton setiap minggunya untuk setiap pemesanan langsung kami kirim dari Pahae, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Kemenyan Tapanuli Utara sudah dikenal sebelum masehi, disinyalir digunakan untuk oleh kerajaan Mesir Kuno. Dan hingga saat ini pohon dan komoditas perkebunan ini masih dipertahankan penduduk Tapanuli Utara sebagai sumber penghasil masyarakat, karena merupakan kemenyan kualitasi nomor 1 yang sesuai dengan kebutuhan konsumen di luar negeri. Sehingga dijamin bahwa produk yang kami tawarkan memiliki kualitas yang terbaik

Oleh sebab itu bagi yang berminat dapat menghubungi nomor 081585961253, 081218812213 (Bapak Sitompul). 085925077652 (Bapak Hendra Sipayung)

Minggu, 06 Februari 2011

Terbesar Kedua di Dunia, Keanekaragaman Hayati Indonesia Baru Tergarap 5%

Terbesar Kedua di Dunia, Keanekaragaman Hayati Indonesia Baru Tergarap 5%
[Unpad.ac.id, 19/10] Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Brasil dalam hal keanekaragaman hayati. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia, 15,3% nya terdapat di Indonesia. Luar biasanya, keanekaragaman hayati Indonesia banyak yang berpotensi untuk dijadikan obat, dan potensi hayati yang luar biasa ini perlu dieksplorasi dan dimanfaatkan untuk kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

“Potensi keanekaragaman hayati yang telah kita gunakan, rata-rata kurang dari 5% dari potensi yang kita miliki. Selain itu, dari 1.790 paten per tahun, paten yang dihasilkan dari aplikasi lokal hanya 117,3 saja, padahal potensi yang belum tereksplorasi masih sangat banyak,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unpad, Prof. Tri Hanggono, saat mengisi acara Seminar Internasional bertajuk “Biotechnology Enchancement for Toipical Biodiversity” di Grha Sanusi Hardjadinata (Aula Unpad), Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Selasa (19/10).

Dengan potensi luar biasa yang dimiliki Indonesia, Prof. Tri mengatakan bahwa perlu adanya pemberdayaan yang lebih intensif untuk melakukan penelitian di bidang tanaman obat sebagai alternatif lain pengobatan di bidang kesehatan. Dari total 28.000 spesies tumbuhan obat di Indonesia, telah diidentifikasi 1.845 sifat obat. Hingga saat ini, telah 283 spesies yang telah dieksplorasi aktif senyawanya.

“Hayati sebagai obat akan menjadi sumber utama molekul baru bioaktif dalam berbagai bidang kesehatan, pertanian dan industri teknologi. Ini juga sebagai alternatif untuk menjawab dan memecahkan masalah kesehatan. Selain itu, tanaman obat di Indonesia merupakan aset nasional dengan nilai ekonomis tinggi,” ungkapnya.

Seperti yang dituturkan Prof. Tri, salah satu potensi tanaman Indonesia yang telah diteliti oleh tim dari FK Unpad dan FMIPA Unpad adalah buah mahkota dewa yang mempunyai potensi sebagai agen antikanker. “Pemahaman kita dalam isolasi senyawa aktif dan eksplorasi mekanisme, menghasilkan senyawa alami yang menunjukan bahwa senyawa aktif dari tumbuhan obat mahkota dewa dapat digunakan sebagai terapi alternatif sebagai anti kanker,” tuturnya.

Berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang biologi hayati. “Indonesia adalah negara yang subur makmur dengan kekayaan megabiodiversity tropis, Namun memiliki prestasi kurang dalam produk berbasis bioteknologi dan penelitian biologi,” kata Prof. Tri.
Sumber daya biologi hayati yang dimiliki Indonesia, sebenarnya bernilai jauh lebih tinggi dari emas atau logam bahan bakar minyak mulia, terutama ketika dibawa dan dilakukan pengembangan lebih lanjut dalam produk turunan, namun hanya 6,2% saja produk yang telah dipatenkan.

Untuk memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia, Prof. Tri menghimbau bahwa harus ada yang melakukan pemetaan keanekaragaman hayati sebagai basis data untuk mengeksplorasi kekayaan hayati bangsa Indonesia. Selain itu adanya penyebaran dan penguasaan bioteknologi yang lengkap dalam upaya meningkatkan pemberdayaan keanekaragaman hayati kita untuk kepentingan bangsa.

“Bioteknologi memainkan peranan penting dalam meningkatkan pemahaman kita tentang kekayaan alam, harus ada upaya yang serius dengan penekanan pada pemanfaatan perkembangan penelitian dalam bidang bioteknologi untuk kesejahteraan dan kesehatan bangsa kita,” himbau Prof. Tri. (eh.)

Sumber: Bio-fob

MENCEGAH PENYAKIT LAYU DAN NEMATODA PADA PEMBIBITAN NILAM

Tanaman nilam sangat rentan terhadap serangan penyakit layu dan nematoda. Oleh karena itu sebelum menetapkan calon lahan untuk pembibitan perlu mendapat beberapa perhatian antara lain :

Untuk mengurangi penyebaran penyakit layu sebaiknya lahan yang digunakan merupakan lahan baru, minimal selama 3 ( tiga) tahun tidak ditanami dengan tanaman yang dapat menjadi inang dalam penyebaran penyakit layu seperti tomat, terong, kentang, dan lain-lain.

Untuk mengurangi penyebaran nematoda maka pengolahan tanah harus sempurna, untuk itu perlu dilakukan pengolahan tanah beberapa kali.

Sebaiknya kebun pembibintan mempunyai sumber air yang dapat diambil pada saat musim kemarau, penyiraman dilakukan secukupnya.

Media yang dipakai dalam polibag sebaiknya menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang yang telah matang (bukan pupuk kandang yang masih baru) yang bebas penyakit dengan pemberian desinfektan.

Untuk pembibitan sebaiknya tidak pada lahan yang terlalu terbuka dan menggunakan naungan (paranet).

Serta melaksanakan pemupukan dan pemeliharaan sesuai dengan standar teknis yang telah ada dan menggunakan benih yang berasal dari sumber benih resmi dan bersertifikat.

Selasa, 01 Februari 2011

KEUNGGULAN VARIETAS SAWIT TOPAZ

Data di atas membuktikan jika varietas Topaz, milik sumber benih PT. Tunggal Yunus, memiliki keunggulan dilihat dari produksi TBS. Menariknya, tingginya produksi hasil ini (di atas 25 Ton TBS/ha/tahun) tidak hanya dicapai pada lahan kelas 1 namun juga di daerah gambut dalam.