;

Kamis, 29 Januari 2009

VANIA 1 DAN VANIA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU VANILI

Masalah utama dalam budidaya vanili (Vanilla planifolia Andrews) di Indonesia adalah produksi yang masih rendah dan penyakit busuk batang vanili (BBV). Namun saat ini telah ada 2 varietas panili unggul yang relative resisten terhadap penyakit di atas, yakni VANIA 1 dan VANIA 2.

Dari hasil pengujian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
menunjukkan bahwa varietas unggul vanili VANIA 1 dan VANIA 2 mampu beradaptasi sangat baik di lingkungan tumbuh di Manggisari, Pekutatan, Negara-Bali atau lokasi yang mempunyai agroklimatik sama dengan lokasi tersebut dengan produksi jauh di atas varietas lokal.

Rata-rata produksi varietas VANIA 1 selama 3 kali produksi (2005-2007) adalah sebesar 7,687 ton polong basah /ha, atau setara dengan 2,178 ton polong kering/ha. Rata-rata jumlah tandan/tanaman sebanyak 8,333 tandan, kadar vanilin sebesar 2,80% di atas standar mutu, rata-rata panjang polong kering 20,153 cm, tetapi rentan terhadap penyakit BBV.



Produksi rata-rata yang dihasilkan varietas VANIA 2 selama 3 tahun adalah sebesar 6,760 ton polong basah/ha, atau setara dengan 1.851 ton polong kering/ha. Produksi polong kering varietas VANIA 1 dan VANIA 2 jauh di atas klon lokal dan rata-rata nasional yang hanya mencapai 0,654 ton/ha dan 0,119 ton/ha. Rata-rata jumlah tandan/tanaman sebanyak 7,055 tandan, kadar vanilin sebesar 2,98%, rata-rata panjang polong kering 19,250 cm dan toleran terhadap penyakit BBV.

Saat ini kedua varietas ini telah ditetapkan sebagai benih bina, yang merupakan syarat sebuah varietas bias digunakan secara luas. Bibitnya dapat diperoleh di kebun benih milik Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Endang Hadi Poentyanti dan Laba Udarno)

Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Jl Raya Pakuwon-Parungkuda Km 2, Sukabumi 43357
Telpon : (0266) 531241
Faksimile : (0266) 533283
E-mail : balittri@plasa.com ; balittri@gmail.com

MENINGKATKAN ANTIBODI TANAMAN MELALUI TEKNOLOGI IMUNISASI


Imunisasi atau induksi resistensi atau resistensi buatan adalah suatu proses stimulasi resistensi tanaman inang terhadap patogen tanaman tanpa introduksi gen-gen baru. Teknologi imunisasi atau proteksi silang merupakan salah satu cara pengendalian penyakit tanaman dengan menstimulasi aktivitas mekanisme resistensi melalui inokulasi mikroorganisme non patogenik atau patogen avirulen maupun strain hipovirulen serta perlakuan substan dari mikroorganisme dan tumbuhan pestisida nabati.

Mekanisme induksi resistensi (imunisasi) menyebabkan kondisi fisiologis yang mengatur sistem ketahanan menjadi aktif atau menstimulasi mekanisme resisten yang dimiliki oleh tanaman. Imunisasi tidak menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan dapat meningkatkan produksi pada beberapa tanaman meskipun tanpa adanya patogen dan memberikan suatu cara untuk bertahan terhadap stres lingkungan ( Tuzun dan Kuc, 1991; Kloper, 1997).

Prainokukasi dengan agens penginduksi dapat mengaktifkan secara cepat berbagai mekanisme resistensi tanaman, diantaranya akumulasi fitoaleksin, dan peningkatan aktivitas beberapa jenis enzim penginduksi seperti ß-1,4-glukosidase,chitinase dan ß-1-3-glukanase. Senyawa fitoaleksin adalah sustansi antibiotik yang diproduksi oleh tanaman inang apabila ada infeksi patogen atau pelukaan. Senyawa fitoaleksin nampaknya lebih banyak terbentuk dalam tanaman jika menggunakan mikroorganisme non patogenik dibanding hypovirulen (Fuchs et al., 1997; Rahmini, 2005).

Sinyal penginduksi resisten dapat berupa agens penginduksinya atau sinyal yang disintetis tanaman akibat adanya agens penginduksi. Sinyal tersebut diproduksi pada suatu bagian tanaman, namun dapat berperan pada bagian lainnya. Transinduksi sinyal dapat ditransfer secara intraseluler sehingga menimbulkan sistem ketahanan tanaman secara sistemik..

Teknologi imunisasi (induksi resisten) dengan menggunakan mikroorganisme sebagai penginduksi sudah dikembangkan dan digunakan di lapangan di negara-negara maju beberapa tahun sebelumnya (Tuzun dan Kuc, 1991), pada berbagai tanaman komersial seperti tomat, kentang, gandum, strawberry, dll.

Pada tahun 1980an Komada seorang peneliti Jepang mempublikasikan temuannya mengenai penggunaan Fusarium oxysporum non patogenik (F.o.NP) untuk menginduksi ketahanan tanaman ubi jalar terhadap penyakit busuk Fusarium. Hasil temuan itu menjelaskan bahwa penggunaan Fo.NP efektivitasnya tidak berbeda nyata dengan penggunaan Binomil yang merupakan fungisida andalan untuk pengendalian penyakit tersebut saat itu (Ogawa and Komada, l988).

Di Indonesia penggunaan mikroorganime ini sudah dikembangkan pada tanaman vanili khususnya untuk penyakit BBV selama beberapa tahun terakhir ini (Tombe, 2004) dan sudah aplikasi sampai tingkat lapang, sedang penggunaannya pada penyakit BPB (busuk pangkal batang) pada tanaman lada baru proses awal yaitu pada tingkat rumah kaca (Noveriza et.al. 2005).

Hasil penelitian BALITTRO pada tanaman vanili telah ditemukan Fo.NP strain F10-AM yang diisolasi dari tanaman vanili sehat. Pra-inokulasi stek vanili dengan menggunakan konidia isolat itu dapat menghambat infeksi patogen BBV pada tanaman yang diberi perlakuan. Mikroorganisme itu telah diproduksi dalam bentuk formula agar memudahkan pelaksanaannya dan sudah dipatenkan di Ditjen HAKI.

Sejak tahun 2001 teknologi ini telah digunakan secara luas di beberapa propinsi di Indonesia terutama di Bali untuk pengendalian penyakit BBV. Penyebaran dan aplikasi teknologi ini dilaksanakan dalam bentuk waralaba dengan pihak swasta lokal yang pada saat ini telah berada di 12 propinsi di Indonesia.

Aplikasi pada tanaman kakao
Adapun penerapan teknologi imunisasi untuk tanaman kakau adalah sebagai berikut:

Benih yang digunakan adalah benih yang sudah direkomendasikan oleh Departemen Pertanian. Benih tersebut berasal dari buah berbentuk normal,sehat dan sudah matang.

Buah dipotong membujur, lalu benih yang berada dibagian tengah diambil dan dibersihkan dengan serbuk gergaji/cocopit dan dicuci dengan air bersih kemdiaan dicelup kedalam BioFOB EC selama 10 menit kemdian dikeringkan anginkan.

Sebelum benih disemaikan terlebih dahulu dicelup sekali lagi dalam larutan BioFOB EC. Bisa juga menggunakan BioFOB WP akan tetapi sebelumnya dicelup dulu kedalam air aqua/air minum, kemudiaan benih tersebut dicampur dengan BioFOB WP.

Benih yang selesai diberi perlakuan selanjutnya 1/3 bagian dibenam kedalam lapisan pasir yang diatasnya telah diberi dengan Organik-FOB yang telah terdapat dalam bedengan (Tanah bedengan dicangkul sedalam 30 cm, kemudiaan lapisan atas di beri pasir setebal 10 cm dan diatasnya ditaburi dengan organik-FOB secukupnya)

Setelah 4 – 5 hari dipesemaian benih sudah berkecambah, selanjutnya dipindahkan kedalam polybag 20 x 30 cm media tumbuh. Media yang digunakan dalam polybag adalah campuran tanah, pupuk OrganoTRIBA, pasir dengan perbandingan 2:1:1. Satu kecambah cacao kedalam lubang sedalam telunjuk, lalu lubang ditutup dengan OrgnoTRIBA.

Polybag berisi kecambah disimpan dilokasi pembibitan dengan jarak 60 cm dalam pola segitiga sama sisi. Lokasi pembibitan dinaungi dengan paranet atau ayaman bambu atau sejenisnya yang terapat dilokasi.

Pembibitan disiram 2 kali sehari kecuali kalau ada hujan. Untuk merangsang pertumbuhan tanaman bibit dapat disirim dengan BioTRIBA 2 minggu sekali dengan dosis 10 ml/l. Pemupukan dapat dilakukan setiap 2 minggu dengan menggunakan NPK 2 gr/bibit sampai umr 3 bulan. Bibit siap tanaman setelah berumur 4 – 5 bulan dan berdaun 20 – 45 helai

Minggu, 18 Januari 2009

PEDOMAN TEKNIS PEMURNIAN KEBUN ENTRES KARET

Permurniaan Entres dilakukan untuk menjamin keseragaman klon dari entres yang akan digunakan. Dimana kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat/Balai Penelitian beserta Instansi terkait. Sekaligus syarat kelayakan kebun entres untuk dapat memproduksi entres.

Pedoman Teknis Pemurnian Kebun Entres Karet Tahun 2009 disusun sebagai panduan bagi yang berkepentingan/berkompeten dalam rangka memenuhi ketersediaan entres karet yang sesuai standar. Pedoman ini dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.[download file]

Sumber: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi

Rabu, 14 Januari 2009

HARGA KECAMBAH SAWIT UNTUK TAHUN 2009

Pada tahun 2009 ini delapan sumber benih menargetkan produksi aktual secara nasional sebesar 150 juta kecambah. Delapan sumber benih terdiri dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, PT. Socfindo, PT. Lonsum. PT. Bina Sawit Makmur, PT. Dami Mas, PT. Tunggal Yunus, PT. Tania Selatan dan PT. Bakti Tani Nusantara.

Sedangkan untuk harga kecambah di tahun 2009 tidak banyak perubahan. Seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.


Diharapkan di tahun ini kebutuhan masyarakat terhadap benih sawit bermutu semakin tercukupi.

Selasa, 13 Januari 2009

MEMBUTUHKAN BENIH/BIBIT SAWIT DAN KAKAO?

Kakao dan kelapa sawit merupakan komoditas unggul di sektor perkebunan. Saat ini tengah terjadi pengembangan besar-besaran untuk kedua komoditas tersebut. Namun kendala yang sering dihadapi para pekebun adalah penyediaan benihnya.

Oleh sebab itu, kami mencoba membantu rekan-rekan yang ingin mendapatkan benih kakao dan sawit unggul bermutu. Dan kami akan mengarahkan Anda ke pembenihnya secara langsung.

Untuk informasi selanjutnya hubungi Hendra di no 085925077652

PERUBAHAN KEBIJAKAN PERBENIHAN SAWIT DI AWAL TAHUN


Di awal tahun 2009 Direktorat Jenderal Perkebunan memberlakukan kebijakan baru terkait dengan pengeluaran dan pemasukan benih sawit di wilayah Indonesia. Pertama peluang ekspor benih sawit oleh produsen benih dalam negeri akan dibuka. Kedua, akan dilakukan pembatasan impor benih dari luar negeri. Kebijakan ini diambil bertujuan memelihara perkembangan industri benih dalam negeri.

Pemerintah akan membuka keran ekspor kelapa sawit ke luar negeri. Kebijakan tersebut diambil sebagai antisipasi menumpuknya stok benih produsen benih akibat penurunan permintaan. Tidak lain dampak dari krisis global yang telah menghempaskan harga CPO. Padahal sebelumnya kecil kemungkinan sumber benih dalam negeri dapat melakukan ekspor.

Mengawali tahun 2009, produsen benih mendapatkan peluang menjual kecambahnya ke luar negeri. Tidak hanya kepada perusahaan satu grupnya di luar negeri namun juga pada perusahaan yang bukan satu grup. Kebijakan ini tidak saja berlaku untuk kecambah namun juga untuk pollen (tepung sari). Dimana produsen benih dalam negeri diperbolehkan menjual pollennya ke luar negeri, selama tidak ada produsen benih lainnya yang membutuhkan. Dan salah satu perusahaan benih nasional yang telah merencanakanakan mengekspor pollennya ke Afrika adalah PT. Socfindo.

Namun izin ini masih dibatasi hingga kuota 20 juta kecambah. Jika pengajuan ekspor benih kelapa sawit Indonesia secara keseluruhan telah mencapai angka tersebut, maka izin akan ditutup. Disamping itu, kebijakan ini dapat sewaktu-waktu berubah jika permintaan benih kembali melonjak dan melampaui kemampuan sumber benih memenuhinya.

Disamping ekspor, di awal 2009 ini pemerintah memberlakukan pembatasan impor benih. Perusahaan sawit di Indonesia hanya diperbolehkan mengimpor 25 persen dari kebutuhannya, jika tidak memiliki perusahaan pembenih yang masih satu group di luar negeri.

Sisanya, 75 persen harus diperoleh dari produsen dalam negeri. Sedangkan perusahaan yang memiliki produsen benih di luar negeri diizinkan mengimpor benih hingga 50 persen dari kebutuhannya benihnya. Disamping itu, untuk menyimbangkan kuota ekspor pemerintah akan membatasi total impor nasional hanya sampai 20 juta kecambah.

Menurut Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani, penerapan kebijakannya ini bertujuan mengamankan keberlangsungan usaha perbenihan sawit nasional. Krisis global telah mngakibatkan penurunan permintaan benih sehingga saat ini produsen benih mengalami kelebihan stok. Kondisi tersebut tentunya tidak menguntungkan bagi industri benih nasional.

Hal ini disampaikan beliau dalam pertemuan Evaluasi Perbenihan dan Eksplorasi Sumber Daya Genetis yang dilaksanakan di ruang Rapat Lt 1 Direktorat Jenderal Perkebunan pada hari Selasa (13/1/08). Dimana pertemuan tersebut dihadiri wakil dari seluruh produsen benih serta beberapa perusahaan swasta yang sedang mempersiap diri menjadi sumber benih sawit.

Namun, beliau menambahkan, kebijakan ini akan dievaluasi pada 6 bulan ke depan. Tujuannya mengantisipasi jika terjadi perubahan permintaan benih sawit. Bisa saja ke depannya permintaan benih sawit kembali bergairah seiring perbaikan harga CPO sehingga impor dapat kembali dibuka lebar. Sedangkan ekspor mau tidak mau harus kembali ditutup

Dan pada tahun 2009 ini delapan sumber benih menargetkan bisa mencapai produksi aktual secara nasional hingga 150 juta kecambah. Adapun sumber benih tersebut adalah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, PT. Socfindo, PT. Lonsum. PT. Bina Sawit Makmur, PT. Dami Mas, PT. Tunggal Yunus, PT. Tania Selatan dan PT. Bakti Tani Nusantara. Diharapkan di tahun ini kebutuhan masyarakat terhadap benih sawit bermutu semakin tercukupi.

Sabtu, 10 Januari 2009

KUIS BERHADIAH BUKU DAN UANG TUNAI

Sehubungan akan diterbitkannya buku tentang “ Waralaba Benih Kelapa Sawit”, yang ditulis oleh pengelola blog ini bersama dengan pakar Waralaba dari PPKS Medan dan Direktorat Jenderal Perkebunan, maka kami akan membagikan buku tersebut dengan cuma-cuma beserta uang tunai sebesar seratus ribu rupiah. Bagi rekan-rekan yang berminat, caranya gampang!. Cukup dengan menjawab pertanyaan kuis di bawah ini dengan tepat:

1)Sebutkan sumber benih kelapa sawit yang ada di Indonesia (minimal 5 produsen)!
2)Sebutkan prosedur pemesanan benih kelapa sawit di dalam negeri!
3)Bagaimana pendapat Anda , meningkatkan penggunaan bahan tanaman perkebunan bermutu pada masyarakat?


Jawaban dikirimkan via email hendra_has@deptan.go.id atau moan_bb@yahoo.com dengan menyertakan identitas lengkap. Pemenang kami pilih salah satu dari rekan-rekan yang mampu memberikan jawaban tercepat dan paling tepat.