;

Rabu, 24 Oktober 2007

MENYIASATI PENGANGKUTAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PESAWAT


Mengangkut bibit ke tempat yang dituju melalui darat adalah suatu hal yang biasa dan wajar, namun bagaimana jika penangkar benih dituntut untuk memenuhi sebuah pemesanan bibit kelapa sawit dalam jumlah atau volume besar dengan jarak lokasi yang dituju sangat jauh.

Seolah perbuatan nekat, apabila pengangkutan bibit kelapa sawit dalam jumlah besar dengan jarak lokasi yang dituju begitu jauh jika dilakukan dengat pesawat udara ketimbang dilakukan melalui darat. Pekerjaan ini merupakan suatu perjuangan yang cukup berat yang telah dilakukan oleh sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perbenihan di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur dalam penyediaan bibit kelapa sawit untuk pembangunan perkebunan di daerah setempat. Jarak yang harus ditempuh antara lokasi sumber benih dengan lokasi yang dituju sekitar seribu kilometer yaitu dari Kabupaten Kutai Kertanegara ke kabupaten Nunukan yang terletak jauh di wilayah utara di daerah perbatasan dengan Malaysia.

Maka pengangkutan bibit yang dipilih adalah dengan pesawat udara karena dinilai akan lebih cepat sampai, sementara angkutan dengan kendaraan darat atau laut akan memakan waktu lama dan bisa membuat bibit rusak di jalan. Namun biaya pengangkutan dengan pesawat tidaklah murah, untuk itu perlu mensiasatinya.

Tentunya perlu mempertimbangkan segala resiko yang harus dihadapi, dengan memperhatikan faktor teknis dalam persyaratan benih yang harus dipenuhi setibanya di lokasi.

Untuk mengangkut benih menggunakan pesawat kecil yang mempumyai kapasitas tidak dapat menampung banyak muatan, perlakuan yang dipilih untuk mengoptimalkan proses pengiriman adalah dengan mencabut bibit dengan mengikutsertakan sedikit tanah menempel di akar yang telah disiram dengan air agar sebagian tanah dapat melekat pada akar.

Bibit tersebut kemudian disusun rapi pada karung basah kemudian diikat sebelum diangkut dengan kendaraan ke bandara untuk kemudian diangkut dengan pesawat udara. Selama di dalam perjalanan perlu tetap diatur kelembabannya, jika perlu dilakukan penyiraman. Pekerjaan perlu dilakukan dengan cepat sehingga diperlukan tenaga dengan jumlah yang memadai.

Bibit yang dicabut mulai pagi hari diharapkan dapat dipindah tanam kembali di sore harinya, atau paling lambat sehari setelahnya. Dari pengalaman dua kali pengangkutan, ternyata bibit tetap dalam keadaan segar ketika sampai di tempat tujuan untuk dipindah tanam kembali di polybag besar.Mungkin inilah salah satu alternatif terobosan mengatasi kelangkaan bibit di lokasi terpencil. Masih memerlukan penelitian lebih lanjut tentang keberhasilannya dan pada saatnya nanti perlu adanya pedoman teknis angkutan bibit kelapa sawit dalam kondisi umur muda tanpa membawa polybagnya. (Ir. Kunarso, MP)

Kamis, 11 Oktober 2007

PESAN DARI KAMI

Tim Website Pengawas Benih Tanaman bersama ini mengucapkan:

"SELAMAT IDUL FITRI 1428 H, MOHON MAAF LAHIR & BATIN"

Kepada seluruh rekan PBT beserta keluarga...

FENOMENA BUAH JARAK PAGAR BERBIJI KOPONG


Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan penyebab terjadinya benih kopong pada tanaman jarak pagar, yaitu pengaruh faktor genetik, non genetik, serta pengaruh kedua-duanya. Pada uraian berikut ini akan disajikan salah satu penyebab terjadinya fenomena buah jarak pagar berbiji kopong tersebut berdasarkan pengamatan di KIJP Asembagus.

Tanaman jarak pagar yang mempunyai sifat unggul, agar mampu berproduksi secara maksimal sepanjang tahun sangat memerlukan ketersediaan air dan nutrisi. Terpenuhinya air dan nutrisi pada jarak pagar akan memacu terbentuknya premordia bunga dan buah secara normal sehingga tanaman jarak pagar siap dipanen setiap 4-7 hari sekali. Tanaman jarak pagar dalam lingkungan yang kering masih mampu membuat premordia bunga dan buah secara baik walaupun jumlah kapsul yang terbentuk menurun akibat penyerbukan yang kurang sempurna.

Terjadinya fenomena buah kopong pada jarak pagar akan dijumpai pada musim kemarau bila pada fase pengisian polong terjadi kekurangan nutrisi esensial air.

Penurunan juga terjadi pada diameter dan berat biji jarak pagar lebih rendah dibandingkan musim penghujan dengan lingkungan basah. Keterbatasan air dan nutrisi akan berpengaruh langsung dan mengganggu terbentuknya susunan karbohidrat di dalam biji jarak pagar tidak bias terbentuk sempurna yang mengakibatkan biji kopong.

Sedangkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan penambahan pupuk organic yang mempunyai sifat daya simpan air tinggi atau melalui pupuk berimbang dari pupuk tunggal atau pupuk majemuk. Tanaman jarak pagar adalah tanaman tahunan yang mampu berbuah dan dapat dipanen sepanjang tahun sehingga dosis pupuk diperlukan lebih tinggi dibandingkan tanaman semusim lainnya. Upaya penanggulangan biji kopong juga dapat dilakukan dengan memberikan pupuk lengkap cair yang diaplikasikan melalui daun dan diberikan beberapa kali (Edi Purlani, sumber: Info Tek Jarak Pagar)